Monday, July 5, 2010

Gig Gossip: Lebaran Lewat, Bersiap Exodus


Nanti setelah bulan puasa dan Lebaran lewat, artis-artis internasional akan berhamburan kembali ke Indonesia. Bersiap untuk menghadapi serangan thrash dari band thrash kawakan yang termasuk band paling awal yang mengibarkan thrash. Exodus akan diboyong Solucites dalam perhelatan tanggal 29 September tahun ini di Plaza Selatan, Gelanggang Olah Raga Senayan, Jakarta.

Baru-baru ini Exodus meluncurkan album terbarunya berjudul Exhibit B: The Human Condition. Band kugiran ini pertama kali mengeluarkan album pada tahun 1985. Album pertamanya, Bonded By Blood, termasuk dalam jajaran album metal klasik.

Old Skuller

Thursday, July 1, 2010

Review Film: The Twilight Saga: Eclipse


Pergantian tampuk sutradara membawa secercah dan sediit peningkatan dibandingkan dua film sebelumnya. Adegan aksi mendapat durasi lebih banyak serta lebih panjang, sementara sutradara tetap bergelut dengan masalah adegan hubungan Edward dan Bella yang tidak menyakinkan. Karena Bella yang labil, ini menyebabkan saya yang duduk di bangku penonton tidak percaya kalau Bella mencintai Edward juga sekaligus mencintai Jacob.

Film Eclipse berpijak di dua tempat, satu kaki ingin memberikan ketegangan perkelahian mistis sedangkan kaki satunya lagi ingin mempertahankan romansa asmara. Adegan perkelahian mengalami peningkatan, tetapi adegan cinta melangkah di tempat. Kalau saja pemeran Edward dan Bella bisa diganti, mereka sebaiknya diganti. Karena tidak bisa diganti, mungkin diperlukan seorang sutradara bertangan besi atau produser seperti Les Grossman untuk membuat mereka lebih terlihat saling mendambakan satu sama lain di layar.

Adegan berdua antara vampir dan manusia ini seakan menjadi siksaan dan membuat saya ingin buru-buru mengetahui bagaimana kelanjutan sekumpulan vampir baru melawan keluarga Cullen yang kini dibantu pakta serigala. Bahkan saat Edward melamar Bella, saya tidak merasakan apa-apa dan tidak berharap nantinya akan dilamar oleh vampir.

Yang lebih menarik dari film sebelumnya adalah justru saat ketiga tautan cinta segitiga bertemu dalam satu adegan. Dengan banyaknya gurauan yang mengarah ke cercaan di Internet, Edward berkomentar apakah Jacob tidak punya baju, dan di adegan yang lain Jacob membalasnya kalau dia lebih 'panas' daripada Edward.

Akhirnya Eclipse menuntaskan plot dendam Victoria terhadap Bella dan menyusun kelanjutan bahwa di sekuel berikutnya keluarga Cullen akan menghadapi tantangan dari Volturi. Sejauh ini, Eclipse adalah yang terbaik dibandingkan dua film sebelumnya. Tapi masih belum bisa memuaskan karena terlalu sibuk untuk membahagiakan para perempuan yang menahan nafas saat melihat badan indah Jacob. Begitu sibuknya sampai saya baru sadar juga sampai film berakhir, gerhananya mana ya?

Not-so-pink Chick

Video Not Dead Yet: Muse - Neutron Star Collision (Love Is Forever)



Ini menjadi video klip yang serba biasa. Sebagai soundtrack dari eclipse, penyelipan scene dalam klip juga biasa. Cara menampilkan scene dalam latar belakang panggung juga sudah biasa. Kalau scene Eclipse juga dihilangkan, Muse yang berada di atas panggung dan berganti warna karena lampu juga sudah biasa.

Hip Master

Gig Gossip: Satu Lagi Tanggal Untuk Konser Slash Di Indonesia


Awalnya jadwal panggung Slash di Indonesia hanya pada tanggal 3 Agustus di Jakarta. Tapi karena Slash urung datang ke Bangkok pada tanggal 31 Juli, Mahaka Entertainment dengan sigap menawarkan Surabaya untuk mengisi jadwal Thailand yang hilang. Gayung bersambut dan jadilah Slash menyambangi penggemarnya di Surabaya.

Pemegang tiket di Jakarta boleh kecewa sdah memebli tiket dengan harga terlalu tinggi. Di Surabaya, tiket pertunjukan Slash dijual dnegan harga 350 ribu dan 250 ribu. Keduanya adalah kelas berdiri dengan harga termahal seharusnya di paling depan dong.

Untuk mereka yang ingin menonton Slash dari luar Jakarta, lebih baik terbang ke Surabaya. Karena tiket lebih murah, penginapan lebih murah, makan lebih murah, tidak terlalu macet dan segalanya yang membuat Jakarta terlihat keterlaluan.

Old Skuller

Layar Perak: XXI Epicentum Epik

Dari satpam yang berjaga di lobi Epicentrum kami mendapatkan jawaban kalau XXI berlokasi di ujung dari Epicentrum. XXI menempati bangunan sendiri di sayap Epicentrum, sehingga membuat saya terlihat bodoh kala menanyakan di lantai mana XXI terdapat. Melihat wujud bangunannya, saya baru menyadari mengapa XXI Epicentrum menempati bangunan sendiri, karena satu studio XXI di Epicentrum adalah studio yang terbesar dengan kapasitas sampai 500 orang.

Dengan studio yang besar, saya sempat berpikir akan melihat banyak kerumunan orang mengantri tiket dan menunggu jam tayang Eclipse, tapi saya ternyata salah. Mungkin karena baru dibuka semenjak Mei lalu, belum banyak orang yang tahu.

Memasuki studio 1 yang besar, kami crew L@L mendapat tempat duduk lima baris dari depan. Awalnya saya pikir deretan ini adalah baris yang paling maksimal untuk menonton bioskop. Tapi saat saya melihat layar di studio 1, baru saya sadar mengapa mbak-mbak yang memberikan tiket bertanya sampai dua kali apakah kami yakin dengan pilihan kami.

Karena studionya termasuk berukuran jumbo, layar yang dipakai juga ekstra besar. Belum sebesar layar Imax di Keong Emas, tetapi dari pengalaman kami berpindah-pindah bioskop, ini adalah layar terbesar yang pernah kami lihat. Di lain waktu, saya pasti akan memilih deret lebih ke belakang dan tidak mungkin bersedia untuk menonton di baris paling depan di XXI Epicentrum.

Pengalaman layar besar ini terasa cukup berbeda. Saya merasa lebih menonton bioskop dari pada biasanya, apalagi dibandingkan dengan studio kecil. Ini membuat XXI Epicentrum bisa menjadi pilhan untuk menonton film-film berkelas epik.

Hip Master

Wednesday, June 30, 2010

Layar Perak: Demi Eclipse, Yang Tidak Perlu Kami Lakukan

Menyambut pemutaran perdana seri ketiga dari Twilight Saga: Eclipse, banyak orang rela untuk berkemah demi mendapatkan kesempatan menonton terlebih dahulu dibandingkan yang lainnya. Tapi ini tidak terjadi di Indonesia. Saya tidak melihat adanya tenda-tenda dan kantong tidur di depan mal yang memutar film ini tadi pagi.

Saya sempat dengar, penggemar Twilight di Indonesia yang kebanyakan masuk kalangan usia sedang menikmati libur sekolah, sudah mulai tumpah ruah memperebutkan tiket masuk. Twitter sudah dihujani kicauan mereka yang akan dan sudah menonton.

Sedangkan kami, karena kebaikan hati seseorang kami tidak perlu mengantri untuk mendapatkan tiket hari ini. Walau pun kami sering berbicara jelek mengenai saga ini, tapi kami memberanikan diri untuk datang dan turut larut dalam euphoria Eclipse.

Not-so-pink Chick

Tuesday, June 29, 2010

Layar Perak: Dua Film Tentang Facebook Atau Paling Tidak Salah Satunya Memakai Facebook Di Judulnya

Columbia Pictures akan mengeluarkan film bertemakan Facebook, yang tidak hanya tentang situs jejaring sosial ini saja tapi juga menceritakan mengenai sepak terjang Mark Zuckerberg mendirikan situs pertemanan yang sekarang masih digemari entah sampai kapan ada terobosan web berikutnya, bicara tentang web 3.0. Film berjudul The Social Network akan dirilis pada bulan Oktober tahun ini, dan entah apa yang akan membuat film ini jadi menarik. Ini tentang situs yang banyak orang pakai setiap harinya, jadi apakah perlu untuk melihat drama pendiriannya, atau cuma menggambarkan impian Amerika yang memperlihatkan seseorang bisa saja tiba-tiba jadi miliuner? Kenapa juga harus David Fincher yang membesut Se7en dan Fight Club harus berada di belakang layar The Social Network? Apakah ini akan jadi doku-drama yang kelam? Sebagian dari diri saya menolaknya, seperti menonton drama pendirian Microsoft juga terasa kurang menarik. Kecuali menontonnya di Discovery Channel.



Satu lagi tentang Facebook, atau paling tidak memakai judul Facebook di dalamnya. Facebook memang sangat populer di Indonesia, tua muda kaya miskin menggunakannya. Sering juga muncul berita kuning yang menceritakan keretakan asmara bahkan rumah tangga gara-gara kurang berhati-hati menggunakan Facebook. Yang ingin saya tonton adalah suatu drama thriller dengan twist bertubi-tubi dari keisengan ksperimen di Facebook (dengan cara yang cerdas tentunya), yang diujungnya akan berakhir dengan tragedi kecurigaan, ironi dunia nyata, cinta yang karam dan kengerian simbahan darah. Tapi film lokal ini sepertinya hanya akan mengambil Facebook sebagai pemanis saja, dan tidak akan mengeksplorasinya habis-habisan. I Know What You Did On Facebook akan mulai tayang 15 Juli, dan saya masih belum mengerti mengapa karakternya pada pakai komputer Apple semuanya. Apakah film ini dapat product placement dari Apple? Saya meragukannya.



Not-so-pink Chick

Monday, June 28, 2010

Review Film: Toy Story 3


Semenjak penampilan pertamanya hampir empat belas tahun yang lalu, langkah apa yang dibuat kreator Toy Story untuk membuat sekuel ketiga tetap memiliki ikatan dengan penonton versi orisinilnya sekaligus menarik untuk penonton baru? Sebagai film yang memiliki jejak sejarah, sebagai film layar lebar pertama keluaran Pixar dan film pertama yang sepenuhnya memakai teknologi CGI dalam pembuatan, pencipta Toy Story seprtinya tidak ingin buru-buru membuat sekuel ketiganya hanya untuk agar sekedar ada. Mereka perlu menunggu sepuluh tahun setelah sekuel keduanya untuk meramu skenario yang mengguncang ulu hati.

Karena jariaknya puluhan tahun, maka adalah pilihan yang logis untuk menceritakan Andy, sebagai pemilik mainan, tumbuh dewasa bersiap pindah tempat tidur ke perguruan tinggi. Mainan kesayangan Andy harus menerima nasib, teronggok tersimpan di loteng atau disumbangkan ke panti penitipan anak. Karena suatu kesalahpahaman, Woody dan teman-teman terdampar di panti penitipan anak yang dari permukaan terlihat seperti surga bagi mainan tapi sebenarnya dikuasai oleh kediktatoran Lutso, boneka beruang beraroma stroberi.

Sepertiga terahir film ini menjadi menarik kala keluarga mainan Andy harus bekerja sama untuk keluar dari penjara kungkungan Lotso dan kembali ke rumah Andy sebelum Andy berangkat ke perguruan tinggi. Tensi meningkat cepat membuat serial Prison Break terlihat seperti kawanan manja yang tidak mampu berpikir keras dengan segala kegagalan di usaha awalnya.

Sebagai film ketiga, Toy Story 3 memiliki kejutan di akhir film yang membuat semua rangkaian penokohan terjalin rapi. Sebagai film dari Disney, akhir film harus dibuat bahagia, Andy bahagia serta mainannya pun ikut bahagia. Toy Story 3 memenuhi tugasnya sebagai film penutup dan saya tersenyum puas karena penulis skenarionya berusaha keras untuk mempertahankan roh dari Toy Story yang membuat saya juga suka dengan versi orisinilnya. Jangan sampai ada Toy Story 4.

Not-so-pink Chick
 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by