Kalau kamu termasuk orang yang membeli konten digital dan tidak peduli dengan fisik packaging, maka teruskan membaca posting ini. Sebelum era digital, para konsumen harus memiliki kantung yang tebal untuk mendapatkan prduk-produk impor sampai datang ke depan rumahnya. Soal harga pokok produknya belum tentu lebih mahal. Di Internet, kalau rajin mencari, maka bisa didapatkan harga pokok yang lebih murah bahkan mungkin lebih murah daripada produk rilisan lokal berlisensi. Yang membuat konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang adalah untuk biaya pengiriman dan biaya bea masuk impor. Bisa jadi nilai total keseluruhan naik dua kali lipat dibandingkan dengan harga pokok produknya dan lebih mahal daripada membeli versi impor di toko lokal.
Sampai datanglah era digital. Produk-produk yang dulunya fisiknya harus dikapalkan kini bisa lebih cepat diterima di tangan pembeli dengan cara mendownloadnya.
Bagi penggemar buku, pembelian digital diterima dengan lebih baik. Selama harga digital bisa lebih murah daripada harga fisik impor di toko lokal, maka fitur digital ini akan sangat membantu.
Bagi penggemar film juga tidak banyak masalah. Siapa yang masih perlu untuk menyimpan cover dari DVD? Tapi siapa juga yang membeli film lewat Internet di Indonesia?
Pro dan kontra lebih banyak terjadi di industri musik. Banyak yang berteriak bahwa format digital belum bisa menjembatani kebutuhan semua artis. Tapi sebagai teknologi baru, maka pasar terus didesak untuk mengkonsumsinya dengan cara baru. Ini era digital man! Fisik sudah terlalu tua.
Bagi yang lebih mementingkan konten daripada sampul album, mereka sangat berterima kasih dengan tersedianya format digital. Para penggemar musik lebih mudah untuk mencari tambahan koleksi lewat Internet dan segera menikmatinya tersaji masuk ke dalam komputer.
Apalagi jelas biaya yang dikeluarkan lebih murah. Gampang dicari, lebih cepat sampai untuk dinikmati, tidak ada biaya pengiriman, tidak ada biaya bea masuk impor.
Saatnya untuk pindah ke digital? Mungkin belum sepenuhnya. Perlu satu generasi lagi untuk mendigitalkan semuanya.
Atau nanti tiba-tiba muncul teknologi baru yang menggantikan format digital? Kita tidak tahu.
Hip Master
Wednesday, October 7, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment