
Dari sekian detil awal trek pertama, band emo ini sudah mampu menggiring pendengaran bahwa kita akan memasuki aksi epik suatu negara yang bersiap berperang. Emo dengan tema perang sudah cukup membuatnya unik, apalagi pada trek kedua dan berikutnya, Thirty Seconds To Mars memadukan pop elektronik 80an ala Duran Duran dengan gemerincing drum, bass dan gitar elektrik yang solid di dapur produksi.
Banyak break yang mereka tebarkan di hampir semua lagu begitu ampuh untuk membuat pendengarnya meloncat sambil mengocok air guitar. Bisa dibayangkan ini akan menjadi aksi dramatis di atas panggung yang menekan tombol histeria.
Lagu-lagu kuat di dalam album ini menyalakan anthem yang membakar jiwa sekaligus mengiris hati. Terbayang suasana hati seorang pejuang yang siap ke medan perang menyabung nyawa demi negaranya, meninggalkan keluarganya agar mereka tetap aman. Night of the Hunter, Kings and Queens, This Is War dan Vox Populi bisa menjadi nomor emo yang legendaris yang akan selalu diingat oleh penggemarnya.
Citra emo yang kinyis-kinyis lenyap dalam album ini. Album This Is War adalah sebuah album konsep yang dirancang matang untuk didengar secara lebih serius. Lagu-lagu yang terdapat di dalamnya tidak hanya dimaksudkan untuk menghibur pendengaran, tetapi juga bertujuan untuk mengetuk hati. Hati ini terasa tertonjok ketika gerungan vokal Jared Leto dan hentakan rock beralih ke paduan suara, yang mengambil The Wall dari Pink Floyd sebagai acuan.
This Is War adalah salah satu album terbaik dari tren emo yang diperkirakan tidak berumur panjang. Tapi kalau ada album konsep lainnya lagi seperti ini, rasanya sebaiknya emo tidak buru-buru padam.
Jarred Letto telah mengambil langkah yang benar. Mengabaikan karir peran filmnya dan lebih berkontribusi di sebuah band rock yang membuat namanya menjadi lebih harum. Dia mendapatkan stempel setuju dari penggemarnya.
Old Skuller
No comments:
Post a Comment