Monday, February 22, 2010

Review Film: From Paris With Love


Jangan tertipu dengan judulnya. Lihat saja posternya, ini adalah film aksi yang mengambil lokasi di Paris. Jangan juga tertipu dengan trailernya. Ternyata ini bukan film aksi komedi seperti Rush Hour yang memasangkan Jackie Chan dengan Chris Tucker. From Paris With Love memasangkan John Travolta dengan Jonathan Rhys Meyers, duet aksi spionase yang bermuatan baku hantam dan muntahan peluru. Aksi yang padat hanya memberi kesempatan penontonnya untuk tersenyum kecil, serta harus mencermati dialog untuk dapat mengerti hubungan dari satu adegan ke adegan lainnya.

Tiba-tiba saja James Reece yang diperankan oleh Meyers mendapatkan promosi sebagai agen lapangan dan tugas pertamanya adalah mendampingi Charlie Wax, agen lapangan urakan yang diperankan oleh Travolta. Tanpa mendapat brief lebih dalam, Reece mengalir saja mengikuti sepak terjang Wax membantai mafia pengedar narkotika yang kemudian malah berujung ke aksi terorisme yang hendak membunuh delegasi Afrika yang berkunjung ke Perancis.

Karena berdurasi pendek sekitar 90 menitan, maka lupakan detil-detil yang menggelitik seperti film-film spionase lainnya. Yang dijual di film ini adalah aksi dengan twist di tengahnya. Setelah menonton aksi tembak menembak dan kejar-kejaran akhirnya penonton dapat bernafas sebentar yang mengantarkannya ke twist yang membuat film sedikit lebih menarik.

Sebagai agen mata-mata, pasangan ini harus membuat keputusan secepatnya. Tidak ada tempat bagi pergumulan batin, karena akibatnya bisa-bisa nyawa melayang duluan dihantam peluru musuh.

Film spionase tentu harus menghidangkan sesuatu yang mengejutkan. Kejutan itu datang dari dialog-dialog pendek yang diluncurkan Wax seakan mengajari Reece akan caranya bertindak di lapangan. Satu titik akan menghubungkan ke titik yang lain, sampai ke titik yang berada di lingkungan sekitarnya sendiri tanpa disangka-sangka.

From Paris With Love mempunyai semua yang diharapkan dari film spionase. Aksinya sendiri, plot yang membelok tiba-tiba dan tentu saja perempuan yang kali ini tidak hanya dipasang sebagai pemanis.

Sayangnya tidak ada sesutu yang baru di film ini. Tidak ada hal yang mengguncang otak karena pada akhirnya ini hanyalah salah satu aksi terorisme yang lain. Tidak ada moral yang mengguncang jiwa untuk kemudian kita bahas sekeluar dari bioskop. Hasilnya, kami lebih banyak menikmati aksinya, walaupun lagi-lagi bukan barang baru, dan pulang tanpa membawa apa pun. Bahkan karena dibombardir dengan adegan aksi tanpa henti, kami baru sadar sedikit sekali potret Paris yang indah digunakan di film ini. Lalu apa gunanya diberi judul From Paris With Love? Karena ada kata Paris di situ, seharusnya kami diberi lebih banyak wajah Paris.

Hip Master

No comments:

Post a Comment

 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by