Wednesday, September 2, 2009

Whatever: Pilihan saat Sang Ikon Meninggalkan Band

Setelah Noel Gallagher menyatakan mengundurkan diri dari Oasis, maka mereka yang mengikuti langkah Oasis langsung juga menyatakan bahwa Oasis sudah bubar. Padahal Oasis belum sepenuhnya selesai, masih ada Liam Gallagher dan teman-temannya yang kami susah mengigatnya.

Ini terjadi juga pada band-band lain pada saat salah satu anggotanya yang paling terkenal keluar dari band tersebut, maka band itu telah dianggap bubar oleh para mereka yang menyebut dirinya penggemar, padahal band itu belum tentu bubar. Saat Sebastian Bach mundur dari Skid Row, banyak yang melihat bahwa Skid Row akan mati. Sedangkan pada kenyataannya Sebastian Bach tidak pernah lagi mengeluarkan album bagus. Oronisnya, dia kini lebih dikenal sebagai bintang reality show. Skid Row sendiri dengan anggota yang tersisa, ditambah dengan pergantian beberapa personil, tetap mengeluarkan album. Walaupun albumnya tidak pernah lagi sebaik album di era Bach, tetapi album Skid Row lebih baik daripada album solo Bach.

Lebih mundur lagi ke belakang, Genesis dan Marillion, keduanya ditinggalkan vokalis utamanya yang karismatik sekaligus motornya. Peter Gabriel dan Phish adalah ikon dari dua band tersebut. Kejadian ini ibaratnya kalau di Indonesia adalah Dewa ditinggal Dhani, dan Ariel meninggalkan Peter Pan. Tapi sejarah memeprlihatkan kedua band tersebut tetap terus jalan, dan terus memproduksi album.

Sebuah band bisa diibaratkan sebagai sebuah perusahaan. Selayaknya perusahaan, orang-orang yang mengisi posisi tertentu berubah silih berganti. Aktivitas PR telah membuat perusahaan juga memiliki ikonnya tersendiri, seperti mislanya Bill Gates yang identik dengan Microsoft. Padahal saat Bill Gates mengundurkan diri, maka Microsoft terus berjalan.

Apa yang tertanam bahwa band anu identik dengan si anu, tidak lain tidak bukan dikarenakan akivitas promosi dan PR yang dijalankan oleh mereka. Sebastian Bach tidaklah aka menjadi ikon kalau tidak ada gegap gempita pemberitaan. Karena saking seringnya berita tersebut keluar, maka pembaca sudah mematrinya di dalam kepala tanpa disadari.

Selanjutnya setelah ditinggal oleh si pembuat berita, maka sisa anggota band yang lain harus tetap berusaha agar lahan uangnya tidak habis. Mereka pasti sedikit terguncang akibat ulah para ahli komunikasi yang sebelumnya berhasil melambungkan ikon disertai oleh bandnya. Para ahli komunikasi kemudian akan lepas tangan dan berkomentar, sulit membangun brand band ini kembali karena sang ikon telah pergi.

Yang bisa dilakukan oleh band mendengar komentar dari ahli komunikasi yang tidak penting itu adalah tetap membuat album baru dengan kualitas yang lebih baik, dan tentu saja tidak lupa memasarkannya. Serta pilihan lainnya adalah tetap beraksi panggung dengan hit di masa sang ikon berada.

Terakhir, penggemar sebagai pasar juga harus memilih. Berhenti mendengarkan mereka karena kepercayaan sudah hilang, mengikuti sang ikon yang belum tentu akan menghasilkan sesuatu yang bagus, atau mengikuti band yang mungkin juga belum tentu mengeluarkan album bagus lagi tetapi paling tidak di panggung mereka memainkan hit lamanya.

Old Skuller

No comments:

Post a Comment

 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by