Masih belum ada yang berubah di cara penjualan tiket Java Muskindo agar bisa lebih laku di depan. Presale Pitbull pertama dihargai Rp 250 ribu untuk tribun dan lebih mahal sedikit Rp 350 ribu untuk festival. Tiket presale pertama ini hanya tersedia 200 lembar dan mulai dijual tanggal 1 April. Presale berikutnya adalah...waaa paragraf ini terlalu panjang kalau terus diisi oleh informasi harga tiket. Pada intinya beli tiket presale lebih murah sebelum mencapai harga normal Rp 400 untuk tribun dan Rp 500 ribu untuk festival. Lumayan bisa bantu promotor untuk membayar pembayaran di muka venue dan sebagainya.
Tetapi yang lebih menarik dalam posting ini adalah Om Adrie dari Twitternya mengkonfirmasikan bahwa konser Pitbull akan tidak dibatasi oleh umur. Berarti ada kemungkinan hanya akan ada satu pria botak yang menguasai panggung tanpa liukan panas dari penari seksi.
Yang cukup membuat panas suasana adalah rima sensual dan ajakan Pitbull agar penonton lebih banyak bergoyang. Itu intinya kan? Gila-gilaan di konser. Lupakan konser Pitbull di Jakarta bakal seperti video klip ini. Bisa-bisa digrebek oleh para mereka yang mengaku menegakkan agama.
Hip Master
Thursday, March 25, 2010
Video Not Dead Yet: Ecoutez - Sakit
Sebuah band dengan nama yang diambil dari bahasa Perancis seharusnya memiliki materi yang berkelas dan bergaya. Lagu Sakit dari Ecoutez punya dua hal tersebut. Kecuali video klipnya.
Karena namanya bernuansa Perancis, maka harapannya adalah video klip dari Sakit akan berisikan adegan romantis di mana hanya Paris yang mewujudkannya. Alih-alih mengalihkannya ke lokasi romantis di Indonesia atau di Jakarta agar anggarannya bisa ditekan, Ecoutez memilih taman entah di mana letaknya. Siapa yang masih suka ber-Rendezvouz di taman hayo angkat tangan?! Taman bisa jadi suatu tempat yang romantis. Apalagi jauh di dalam hati benak para kaum urban, mereka ingin sekali punya momen romantis di taman yang sayangnya sekarang lebih sering dipakai oleh mbak-mbak dan mas-mas pacaran sehingga kaum urban tidak mau gengsinya turun drastis ke titik terendah.
Hal lain yang gatal sekali ingin dikomentari adalah jaket oranye yang dipakai oleh si mas itu lho. Mungkin akan lebih kelihatan bagus kalau dipakai di mal, walaupun tidak yakin juga, tapi tentunya tidak dipakai di taman di siang hari bolong, kepanasan dan terang benderang.
Ini yang terakhir yang ingin dikomentari adalah mengapa begitu sering terjadi adegan sang kekasih mengejar pasangannya sampai ke bandara untuk berdamai karena sedang dirundung prahara. Tetapi terlambat sudah, pasangannya sudah naik pesawat pergi jauh, sehingga sang kekasih tidak lagi bisa menyatakan rasa cintanya yang paling dalam. Kenapa bisa terlambat? Kalo sudah tahu macet dan tidak ada harapan untuk mengejar, kenapa harus diteruskan perjalanan ke bandara? Atau kalau sudah lepas landas, masih ada kesempatan ketemu tatap muka lewat Yahoo! Messanger. Teknologinya sudah ada, tapi tidak bisa dipakai untuk ciuman berbaikan.
Ah saya terlalu mencari-cari bolong dari video klip. Sebenarnya dengan adegan seperti ini, dramatisasi pasangan sedang galau dilanda cinta semakin terasa. Aduh kalau sudah cinta apa saja bisa jadi benar. Termasuk pakai jaket oranye dan mengejar sampai ke bandara.
Hip Master
Labels:
Ecoutez,
Hip Master,
Universal Indonesia,
Video not dead yet
Wednesday, March 24, 2010
Gig Gossip: Apakah Pitbull Akan Membawa Rombongan Penari Di Jakarta?

Java Musikindo sdah mengkonfirmasikan Pitbull akan muncul di Jakarta tanggal 12 Mei ini di venue kesayangan Om Adrie, yaitu Tennis Indoor Senayan. Yang belum dikonfirmasikan adalah apakah Pitbull akan membawa serombongan penyanyi latar dan penari seksinya?
Penonton laki-laki mengharapkan penonton wangi semerbak juga memenuhi arena. Selain menonton yang nonton, mereka juga berharap mendapatkan sajian menarik di atas panggung. Tetapi jangan terlalu berharap dulu, karena ini patut diragukan.
Kalau bersedia untuk hanya menonton satu pria botak di atas panggung dengan nada hip hop yang ngetren sekarang, bersiaplah menabung. Karena Java belum mengeluarkan harga tiketnya.
Hip Master
Labels:
Gig Gossip,
Hip Master,
Jakarta,
Java Musikindo,
Konser,
Pitbull
Video Not Dead Yet: Lady Gaga ft. Beyonce - Telephone
Ternyata masih ada video klip yang memuntahkan anggaran besar dengan produksi yang ambisius. Lagunya boleh saja terlalu gampang untuk didengar, tetapi Lady Gara serius, bahkan terlalu serius dalam menggarap video klipnya. Beyonce boleh ikut bangga karena turut tampil dalam video klip ini.
Di versi penuhnya yang berdurasi 9 menit lebih ini, Lady Gaga begitu antusias mengganti kostum dan dandanan rambutnya. Tak ketinggalan, Beyonce berdandan ala fetish untuk mengimbangi keanehan Lady Gaga.
Tapi kenapa video klip se-epik ini masih menggunakan elemen yang diambil dari film lain. Mungkin Lady Gaga, sangat mengagumi Quentin Tarantino. Plek-plek dia ambil mobil truk Pussy Wagon yang muncul di Kill Bill Pt. 1. Ini sedikit menggangu perasaan, walaupun ini juga memperkuat citra aneh dari Lady Gaga.
Beberapa adegan yang muncul akan membuat para orang tua berpikir ulang dan berjaga-jaga kalau anaknya menggemari Lady Gaga. Tidak cuma urusan membunuh satu restoran dengan racun, adegan awalnya sudah bisa menyult kontroversi.
Hentikan pencarian video terbaik untuk tahun ini. Jelas Lady Gaga sudah memimpin jauh di depn dan terlalu sulit untuk dikejar.
Hip Master
Labels:
Beyonce,
Hip Master,
lady gaga,
Video not dead yet
Monday, March 15, 2010
Cas Cis Cus Musik: Metallica Dan Kerusuhan
Konon, band metal terbesar yang pernah ada, Metallica, pernah dua malam berturut-turut mengelar konsernya di stadion Lebak Bulus, Jakarta. Di malam pertama, terjadi kerusuhan yang meluluh-lantakkan Lebak Bulus dan Pondok Indah. Ribuan penonton tanpa tiket mencoba merangsek masuk sehingga polisi harus bekerja keras mengamankan lingkungan sekitarnya. Musik tetap berjalan di dalam arena konser, sedangkan kerusuhan terjadi di luarnya. Pada jaman itu Ungu belum ada, makanya yang diserbu konsernya Metallica.
Hal yang hampir sama terulang lagi. Bandnya sama, Metalica. Tempatnya di Bogota, Kolumbia sana. Dilaporkan tiga orang tertusuk benda tajam, satu polisi terluka dan paling sedikit 160 orang diamankan. Berarti di Bogota belum ada Ungu.
Old Skuller
Labels:
Cas Cis Cus Musik,
Metallica,
Old Skuller
Friday, March 12, 2010
Layar Perak: Tetap Tidak Tergerak Nonton Eclipse
Dengan tambahan 1 menit 20 detik, kami masih belum tergerak untuk menonton Eclipse, walaupun pada akhirnya akan nonton juga. Dilihat dari trailernya, film ini tidak akan memperlihatkan sesuatu yang baru. Penonton masih akan disuguhi oleh konflik cinta segitiga yang berkepanjangan. Bahkan iming-iming ketegangan tampaknya tidak bisa mengalihkan perhatian penonton untuk lebih memperhatikan cinta segitiga yang semakin absurd.
Telah ditetapkan tanggalnya 30 Juni. Seperti film sebelumnya, Indonesia akan dapat jatah istimewa tanggal yang sama dengan pemutaran perdananya di seluruh dunia. Bukan karena ingin memanjakan penggemar Twilight, tapi agar penggemarnya tidak keburu menonton dari keping bajakan.
Not-so-pink Chick
Labels:
Eclipse,
Layar Perak,
Not-so-pink Chick,
trailer,
Twilight
Layar Perak: Lelucon Terburuk Perfilman Indonesia
Bukan hanya ini menjadi lelucon terburuk tahun ini, tapi juga merupakan lelucon terburuk yang pernah terjadi di industri perfilman Indonesia. Setelah sempat diberitakan tidak jadi dirilis karena mengandung kandungan gambar yang vulgar, Hantu Puncak Datang Bulan bertarnsformasi menjadi Dendam Pocong Mupeng.
Dengan kecanggihan akrobatik ini, kami dibuat terbengong-bengong. Selain lomba membuat judul yang teramat buruk, ternyata juga ada lomba untuk membuat sensasi. Cuma karena ganti judul terus sekarang bisa beredar begitu? Kami sendiri tidak percaya kalau sedia kalanya film ini dilarang rilis.
Kami menjadi yakin film ini memang sudah direncanakan untuk dirilis dengan cara seperti ini. Karena merasa kehebohan ganti judul kurang kuat menendang pantat, maka artis utama berlagak akan menuntut produser karena bayarannya belum sepenuhnya diterima, Terus tahu-tahu produsernya membuat pernyataan kalau bayarannya akan dipenuhi kalau filmnya rilis. Jreng jreng jreng filmnya ganti judul, dengan judul yang lebih buruk.
Mau tahu trailer filmnya? Cari sendiri di YouTube. Kami sendiri tidak tega pasang posternya di sini.
Not-so-pink Chick
Dengan kecanggihan akrobatik ini, kami dibuat terbengong-bengong. Selain lomba membuat judul yang teramat buruk, ternyata juga ada lomba untuk membuat sensasi. Cuma karena ganti judul terus sekarang bisa beredar begitu? Kami sendiri tidak percaya kalau sedia kalanya film ini dilarang rilis.
Kami menjadi yakin film ini memang sudah direncanakan untuk dirilis dengan cara seperti ini. Karena merasa kehebohan ganti judul kurang kuat menendang pantat, maka artis utama berlagak akan menuntut produser karena bayarannya belum sepenuhnya diterima, Terus tahu-tahu produsernya membuat pernyataan kalau bayarannya akan dipenuhi kalau filmnya rilis. Jreng jreng jreng filmnya ganti judul, dengan judul yang lebih buruk.
Mau tahu trailer filmnya? Cari sendiri di YouTube. Kami sendiri tidak tega pasang posternya di sini.
Not-so-pink Chick
Labels:
industri film,
Layar Perak,
Not-so-pink Chick
Thursday, March 11, 2010
Layar Perak: Demam Twilight Tahun Ini Dimulai Sekarang!
Lanjutan dari saga cinta segitiga antara manusia, vampir dan manusia serigala, Twilight: Eclipse akan diputar tahun ini. Fans Twilight tidak perlu menunggu terlalu lama untuk melanjutkan pekikan tercekatnya melihat badan sempurna si serigala jejadian.
Dengan cerdik histeria dipicu dengan 10 detik pertama dari trailer Eclipse. Besok versi penuh dari trailer Eclipse akan diluncurkan. Dari 10 detik pertama ini, tidak terlihat sesuatu yang baru. Masih masalah cinta yang sama. Bahkan 10 detik ini tidak membuat hati tergerak untuk antri di loket dan masuk ke bioskop.
Semoga di trailer versi penuhnya, bisa dilihat sesuatu yang ditunggu-tunggu. Lebih banyak adegan kekerasan yang melibatkan vampir baik, vampir jahat dan serigala jejadian. Semoga saja di filmnya nanti porsi cinta tidak didramatisir habis-habisan layaknya roman picisan. Tapi sepertinya harapannya terlalu besar mengingat dua film sebelumnya.
Not-so-pink Chick
Labels:
Eclipse,
Layar Perak,
Not-so-pink Chick,
Twilight
Review Album: Lady Gaga - The Fame Monster

Kalau hanya diberi dua kata untuk menjelaskan album ini, maka kedua kata tersebut adalah enak didengar. Dan seharusnya review album ini cukup berhenti di sini saja untuk menyakinkan album ini sebaiknya dibeli.
Namun review ini tidak bisa berhenti di dua kata saja. Tidak perlu disanggah lagi kalau Lady Gaga adalah ratu hit yang mengharu biru pendengar musik arus utama. Gema yang ditabirkan album sebelumnya, The Fame, masih bergaung sampai sekarang dan belum ada tanda untuk tenggelam. Pihak Universal Music Indonesia juga menkonfirmasikan bahwa penjualan album The Fame masih berjalan baik.
Karena itu pemunculan The Fame Monster dirasakan seperti album yang dipaksakan harus keluar mengingat Lady Gaga masih memiliki daya jual dan belum terlupakan. Di jaman seperti ini, orang mudah untuk lupa dan dilupakan.
Bukan berarti album ini berisikan lagu yang tidak bisa didengar. Faktanya, seperti yang kami bilang dari awal, album ini enak didengar. Tapi jalinan antar lagu tidak terasa sebagai album penuh. Ini terasa seperti mengumpulkan lagu yang tersisa dari sesi rekaman sebelumnya dan tambahkan beberapa lagu baru untuk kemudian bisa dianggap sebagai album baru. Industri telah sepenuhnya memanfaatkan sukses fenomenal Lady Gaga untuk mengeruk keuntungan lebih besar.
Hal ini tidak sepenuhnya ditampik oleh perusahaan rekamannya. The Fame Monster disebt sebagai expanded album dari album sebelumnya. Jadi ini menjadi semacam pelengkap dari album sebelumnya. Apa pun itu namanya selama masih enak didengar kami terima saja. Lagi pula tidak terlalu penting juga menjelaskan lebih jauh mengapa secara teknis album ini enak didengar bukan?
Bad Romance punya segala yang diperlukan untuk menjadi hit. Intro yang bisa dibuat bernyanyi bersama dan hook di mana-mana. Selanjutnya kita dibawa mengingatkan kembali bahwa dulu di jaman 80-an ada yang namanya pop elektronik. 20 tahun kemudian, pop elektronik dihidupkan kembali dengan lebih memukau.
Alasan lain untuk membeli album ini adalah bagi mereka yang belum membeli album sebelumnya. The Fame Monster dipaketkan bersama dengan The Fame. Cepat dapatkan sebelum euphoria ini menghilang.
Old Skuller
Labels:
lady gaga,
Old Skuller,
Review Album,
Universal Indonesia
Gempita Panggung: Jangan Ragu 'Tuk Bersenang-Senang Di Ancol Bersama Misfits

Metal sudah membuktikan kalau konsernya bisa berjalan aman dan nyaman. Sedangkan punk masih menyiratkan tanda tanya bagi penggemarnya yang ingin mendatangi arena pertunjukan. Aksi Total Chaos di Bandung akhir tahun lalu yang berujung band tersebut tidak bisa menyelesaikan setnya karena keburu terjadi anarki di atas panggung oleh para penonton gratisan yang merangsek, membuat penggemar punk atau khususnya penggemar Misfits sempat ragu-ragu untuk datang ke acara.
Mungkin untuk mengantisipasi kejadian yang akan tidak menguntungkan, baik bagi penonton yang sudah membayar tiket, Solucites sebagai promotor yang mengharapkan investasi kembali dan band yang ingin menghibur, pertunjukan diadakan di Ancol untuk alasan keamanan. Senayan dinilai terlalu mudah untuk bocor ditembus karena lokasinya yang sangat di tengah kota dan begitu banyak pintu masuk. Sedangkan untuk masuk Ancol saja orang sudah harus membayar. Pintu gerbang Ancol akan menjadi penyeleksi pertama bagi mereka yang nekad untuk masuk tanpa bayar.
Selanjutnya pihak promotor juga seharusnya mempersiapkan barisan keamanan yang lebih ketat dibanding biasanya. Kalau di konser metal kita melihat terlalu banyak orang berseragam bersliweran tanpa kerjaan, di acara Misfits keberadaan mereka sebaiknya disiagakan walaupun semoga tidak diperlukan.
Karena itu, kami crew L@L yakin pertunjukan akan berjalan lancar dan mulus tanpa terganggu insiden yang akan mengganggu kenikmatan menonton konser. Untuk membuktikannya, kami akan berangkat ke Ancol dan bersenang-senang.
Eeeee...udah beli tiketnya belum? Belum. Bagaimana sih...cepet beli. Yang 100 ribu sudah habis, jadi minimal bakal ada 500 kepala hadir di sana. Presale kedua dengan haga 150 ribu masih dijual.
Old Skuller
Labels:
ancol,
Gempita Panggung,
Konser,
Misfits,
Solucites
Gig Gossip: Lagi-lagi Bandung Seru Euy

Bertepatan pada tanggal 9-11 April, Lian Mipro yang sekarang lebih senang membuat eksibisi distro plus festival musik, menggelar acaranya di Bandung, pusatnya ladang distro tumbuh subur. Di tiga hari yang diharapkan akan bersinar cerah itu, bertempat di Monumen Perjuangan Bandung, 100 lebih merek clothing akan menjajakan jualannya, dan puluhan band akan tampil.
Untuk menyemarakkan suasana maka akan tampil band metalcore dari Jerman yang sebelumnya pernah menggemaparkan ibu kota. Caliban akan datang untuk kedua kalinya, kali ini Bandung adalah kota sasarannya.
Harga tiket juga jauh lebih murah dibandingkan harga tiket Caliban waktu menggempur Jakarta. Bahkan juga tetap lebih murah dibandingkan tiket The Misfits yang akan naik panggung di hari yang sama, tidak jauh dari sana di Jakarta. Cukup keluarkan 5 sampai 10 ribu, maka sudah bisa jalan-jalan lihat-lihat koleksi terbaru dari merek clothing ternama dan terhibur dengan dentuman keras band yang seakan tidak puas kalau penontonnya belum capek terduduk kelelahan.
Hip Master
Labels:
bandung,
Caliban,
Gig Gossip,
Hip Master,
Lian Mipro
Wednesday, March 10, 2010
Video Not Dead Yet: Kotak - Pelan-pelan Saja
Klip ini punya dua syarat utama dari video klip power ballad glam rock band. Syarat pertama, adegan band memainkan instrumennya dengan cool. Dan yang kedua, pengadeganan dramatisasi lirik lagu yang cheesy abis. Hasilnya tidak terlalu buruk, kalau dilihat dari sejarah video klip ben glam rock 80-an.
Waktunya pelajaran sejarah lewat YouTube. Ingat-ingat nama band glam rock yang sering disebut-sebut oleh para om. Ketikkan namanya dan voila, muncullah pria-pria gondrong menyanyikan cinta. Karena saking cheesynya, memebuat semuanya jadi lebih baik.
Old Skuller
Labels:
Kotak,
Old Skuller,
Video not dead yet
Review Buku: The Lost Symbol

Seperti dua buku sebelumnya yang menempatkan Robert Langdon sebagai tokoh utama, perasaan ini terbius menjadi percaya saja dengan makna dari simbol-simbol yang berada di sekeliling kita sehari-hari. Kali ini Dan Brown yang makin piawai meramu thriller ke dalam lembaran bukunya membawa ke ranah yang lain, di luar agama, walaupun masih menyerempet sedikit banyak.
Robert Langdon kini harus terbang ke pusat pemerintahan Amerika Serikat, untuk memecahkan makna dari simbol yang tersembunyi di piramida Mason. Berkutat dengan sempitnya waktu, Langdon harus berhasil menemukan lokasi kata yang hilang, seperti yang ditunjukkan oleh piramida Mason, untuk menyelamatkan teman baiknya yang disandera oleh seorang maniak, digambarkan dengan bagus oleh Dan Brown.
Buku ini memiliki segala yang diperlukan untuk membuat film seru selama dua jam penuh. Sebut saja lika-liku pemecahan simbol, simbahan darah, tokoh villain sakit, tokoh utama yang selalu lolos dari maut dan twist di ujung cerita. Masih kurang, buku ini memasukkan beberapa merek untuk kemudian bisa dikutip menjadi sponsor saat fim dibuat, atau jangan-jangan mereka sudah membayar sejak buku ini ditulis.
Dan Brown masih mengambil elemen-elemen di buku sebelumnya dalam usaha Langdon memecahkan teka-teki. Untuk memecahkan teka-teki maka Langdon harus mengkorelasikannya dengan artefak atau karya seni lainnya. Ini membuat pemecahan teka-teki tidak bisa hanya mengandalkan satu artefak saja. Jalinan teka-teki yang runit membuat kita percaya dengan apa yang dituliskan oleh penulisnya.
Apalagi kita begitu sangat ingin membuka lembaran berikutnya untuk mengetahui apa yang terjadi. Kecepatan bertutur tanpa harus bertele-tele serta godaan untuk cepat-cepat mengetahui apa yang kemudian terjadi, membuat pembacanya melupakan lubang-lubang dalam plot.
Baru terpikir kemudian setelah buku selesai dibaca. Kalau kata yang hilang sebenarnya berada di sekitar kita tetapi sudah tidak lagi disadari, mengapa organisasi Mason harus bersusah-susah membuat peta yang dienkripsikan? Kalau memang berada di sekitar kita, mengapa harus susah payah dijaga?
Ini membawa pikiran ke film-film Indonesia yang sedang seru-serunya diproduksi. Begitu banyak orang yang menghujatnya karena plot buruk yang berlubang-lubang seperti jalanan Jakarta. Film-film Hollywood yang sering dijadikan patokan kebagusan juga penuh lubang, hanya saja mereka pintar meramunya. Beri ini, beri itu, maka perhatian penonton akan teralih melupakan cela. Buku yang dibuat pun sama saja. Tapi cukup terhibur kan saat membacanya?
Not-so-pink Chick
Labels:
Dan Brown,
Lost Symbol,
Not-so-pink Chick,
Review Buku
Layar Perak: The Hurt Locker Membawa Harapan

Akhirnya The Hurt Locker mengalahkan Avatar yang menghabiskan anggaran sampai berpuluh-puluh kali lipat dan pembuatan yang bertahun-tahun. Banyak orang bersorak, melihat kuda hitam benar-benar bisa menyalip di tikungan terakhir.
Agaknya panitia Oscar melakukan hal yang tepat. Walaupun setelah didapuk menjadi film terbaik tahun ini The Hurt Locker tidak akan dapat menaikkan pemasukan secara signifikan, bahkan seujung kuku dari Avatar, tetapi ini memberikan harapan.
Harapan bahwa film yang baik masih diperhatikan. Harapan bahwa film yang baik masih ditonton. Harapan bahwa film yang baik masih akan dibuat.
Hip Master
Labels:
Hip Master,
Layar Perak,
oscar
Wednesday, March 3, 2010
Video Not Dead Yet: Ke$ha - Blah Blah Blah ft. 3Oh!3
Nokia sepertinya tidak tahu kalau hasilnya akan seperti ini. Di tengah usahanya untuk mengejar ketinggalan dibandingkan merek smartphone lainnya yang sedang panas, investasi Nokia kali ini terlihat sia-sia.
Kalau ada yang menanyakan sudah nonton video klip Ke$ha terbaru yang bernuansa pesta, dengan dia melompat-lompat dan perubahan penampilannya? Kami akan jawab blah blah blah.
Not-so-pink Chick
Labels:
3Oh 3,
Kesha,
Not-so-pink Chick,
Video not dead yet
Gempita Panggung: Satu Lagi Ide Brilian, Makan Minum Sepuasnya Buat Pemegang Tiket VIP
Masalah ini lebih sering muncul kala nonton festival. Masalah ini muncul kalau perut sudah minta diisi air dan benda padat yang bisa dikunyah setelah menghabiskan energi di depan panggung atau berdesakan mencari lokasi yang paling yahud buat nonton siapa yang di atas panggung.
Di tiket sudah tertera: dilarang membawa makanan dan minuman. Bagi yang ngotot untuk bawa barang haram ini ke dalam arena, mereka akan berhadapan dengan para jagal penyita di titik pemeriksaan badan. Hampir mirip seperti kita masuk bandara udara.
Perlakuan seperti ini diterapkan karena penyelenggara ingin memuaskan sponsor yang telah membayar cukup mahal untuk menjadi penyedia hajat hidup orang banyak di arena yang sesak dengan manusia kelaparan. Terjadilah monopoli. Harga makanan dan minuman diangkat setinggi-tingginya karena manusia-manusia di dalamnya tidak punya pilihan. Terjebak di arena festival selama berjam-jam, rasanya tidak mungkin kalau tidak makan dan minum. Mungkin mereka yang suka pingsan di acara seperti ini adalah mereka yang tidak siap membawa uang secukupnya untuk membeli asupan, alhasil pingsan lah jadinya.
Yang juga cukup menyebalkan adalah sudah bawa uang yang cukup tapi antrian panjang terjadi dalam rangka perebutan ransum. Biasanya ini terjadi setelah festival jalan cukup lama dan sudah masuk ke jam lapar. Kok ya kebetulan jam lapar ribuan orang bisa pas bareng waktunya.
Di antara mereka yang bersungut-sungut sambil mengantri pasti terdapat orang-orang yang punya duit lebih. Nah, dengan latar belakang permintaan dan penawaran ini, kami punya ide brilian. Selain menambah pemasukan dari special show, golongan yang ini juga bisa semakin dikuras uangnya. Tawarkan tiket VIP yang memberikan akses kepada mereka akan makanan dan minuman tanpa harus mengantri dan dapat dikonsumsi sepuasnya.
Bayangkan acara kawinan yang super duper ramai, sehingga antrian makanannya sampai mengular. Sementara di suatu sudut ruangan yang terbukauntuk dilihat oleh undangan tapi tidak bisa dimasuki, terdapat ruang makan untuk keluarga penganti. Di sudut ruangan ini, hanya segelintir orang yang bisa menikmati makan dan minum berlimpah seperti tak ada habisnya.
Tempatkan ruangan spesial ini di berdekatan dengan titik yang kemungkinan akan terjadi antrian panjang untuk membungkam lapar. Dipastikan orang-orang yang berada di ruang VIP itu akan berasa seperti di langit ketujuh, bisa ditonton oleh ribuan orang yang lain pula. Abadikan momen berharga ini dan upload segera ke Facebook dan Twitter.
Karena membayar lebih tiket VIP, maka perlakuan juga turut VIP. Dengan mengumpulkan pemegang tiket VIP di satu ruangan, makin kelihatan siapa saja yang VIP. Sudah beli tiket mahal-mahal kok orang yang laing tidak tahu. Rugi dong.
Not-so-pink Chick
Labels:
Gempita Panggung,
Not-so-pink Chick
Layar Perak: Kami Tunggu Killers

Puas nonton Rumah Dara. Tahun 2011 Mo Brothers akan memutar film sakit berkutnya bertajuk Killers. Begitu dong kalau mau promosi film. Satau tahun sebelum rilis resmi promo sudah jalan. Calon penonton dibuat penasaran setengah mati. Mereka diajak ikut serta menebak-nebak plot cerita dan menerka deretan kasting.
Script masih dibuat dan shooting akan dijalankan setelah kasting selesai. Satu tahun jadi terasa terlalu lama. Eh 2011nya kapan nih? Jangan-jangan akhir 2011. Kami tunggu!
Hip Master
Labels:
Hip Master,
Killers,
Layar Perak,
Mo Brothers
Review Album: Creed - Full Circle

Band yang menjadi tonggak dari sejarah sound modern rock ini tidak pernah menjadi perhatian kami. Walaupun memiliki tiga album sebelumnya, tetapi peristiwa bubarnya Creed di tahun 2004 dan reuni lima tahun kemudian tetap tidak membuat saya lebih tertarik. Menjamurnya band-band modern rock juga tidak menjadi perhatian kami, karena menurut kami tidak ada pembeda di antara mereka. Ketika kami tidak tahu siapa yang didengar di radio, kami sulit untuk menerka siapa band modern rock ini yang sedang diputar. Berbeda ketika dengan cepat kami bisa mengira ini permainan gitar Eddie Van Halen, walaupun yang diputar adalah single baru yang belum pernah didengar sebelumnya.
Creed memiliki apa yang dimaui oleh anak muda pada era 1990-an saat awal mereka muncul, yaitu citra suara yang keras dan vocal kasar yang melodik. Mereka lebih keras daripada band glam dan jauh lebih lembek daripada band metal. Berada di antaranya membuat modern rock sempat masuk ke papan tangga lagu menggantikan sound alternatif.
Resep yang disajikan Creed dalam album reuni ini, Full Cirrcle, tidak berbeda dengan album-album sebelumnya. Creed punya intro dan rif yang menggebrak, serta punya verse, bridge dan chorus yang mudah ditangkap. Semua itu itu disajikn dalam satu menit pertama tiap lagunya. Sehingga total 12 lagu dalam album ini sebnarnya bisa disingkat menjadi 12 menit saja untuk mendapatkan esensi dari keseluruhan album.
Nomor seperti Rain memang enak didengar. Fear menghentak dan sempat mencuri perhatian. Tapi sekali lagi, seperti album-album sebelumnya, Creed tidak bsa menyalurkan energinya sampai ke kami. Creed punya segudang rif dan produksi bagus untuk membuat suara yang keluar seperti menghancurkan tulang, namun tidak pernah terdengar benar-benar punya jiwa.
Satu menit dari setiap lagi sudah cukup. Kami tidak tertarik untuk mengulang memutar album ini karena tidak ada rasa yang bisa membuat kangen atau kemudian tumbuh rasa suka. Kalau pun band ini bubar lagi, kami juga tidak terlalu peduli.
Old Skuller
Labels:
Creed,
Old Skuller,
Review Album
Tuesday, March 2, 2010
Layar Perak: Poster Bisa Saja Menipu

Poster film di Indonesia sudah mengalami banyak kemajuan. Poster yang berfungsi untuk menghantarkan imajinasi calon penonton kepada film yang akan ditonton kini dibuat dengan lebih serius. Tidak hanya dengan mengambil satu adegan kemudian ditempelkan judul untuk dibuat posternya, pembuatannya sudah sampai harus dibuat khusus terlepas dari shootingnya sendiri.
Atas keseriusannya, maka poster film Indonesia, termasuk dengan judul horor seronok, semakin enak untuk dilihat mata. Walaupun ada yang mencari borok dari poster film Indonesia dengan membandingkan kesamaannya dengan poster lain dari film di luar negeri, perkembangan seharusnya tetap berjalan.
Saking bagusnya poster yang mengiringi film, ada kemungkinan calon penonton akan tertipu. Sekilas ketika melihat poster film Affair terbitan dari Starvision, sempat hati ini ingin meneruskan untuk menontonnya. Kemudian dari poster ini pulalah terungkap kalau sutradaranya adalah Nayato siapa lah begitu. Keraguan langsung datang tanpa dapat dibendung.
Gambar seorang wanita dengan memegang pisau berdarah dan badannya juga meninggalkan jejak darah sunguh memberikan imajinasi liar akan suguhan tontonan berdarah dalam film. Sudut pengambilan dan pencahayaan yang baik juga membuat berpikir kalau film ini semustinya punya kualitas yang sama.
Menengok trailernya, langsung saja keraguan ini terbukti. Nayato siapalah begitu tidak bisa lepas dari gaya editing MTV. Seperti tidak ada cara editing lain di dunia ini yang bisa membuat penonton untuk tertarik datang. Kesan yang didapat dari poster dan dari trailer juga sungguh berbeda. Kalau di poster kesan yang didapat tidak ada hantu-hantuan, hanyalah manusia yang buta karena cinta sehingga sanggup membantai, sedangkan di trailer kesan yang didapat adalah film aneh dengan hantu penasaran. Langsung diputuskan saat itu juga. Walaupun poster bagus tapi trailer tidak saling mendukung, film ini sebaiknya dilewatkan saja.
Ehm sebenarnya sejak tahu film ini sutradaranya siapa, keputusan untuk tidak nonton langsung terjadi. Urusan selanjutnya menonton trailernya hanya agar kelihatan lebay saja.
Not-so-pink Chick
Labels:
Affair,
Layar Perak,
Not-so-pink Chick,
Starvision,
trailer
Hidup Gaya: Datang Ke Konser Untuk Ditonton

Hanya ada di Indonesia. Kok ya ada menikmati musik genre tertentu dan datang ke pertunjukan atau festival dengan genre tertentu bisa menaikkan status. Padahal dari awal musik dibuat sampai sekarang, rasanya tidak ada keinginan dan maksud untuk menaikkan derajat seseorang karena menikmati musik. Pasti yang menulis lagu juga menginginkan lagunya didengar dan dinikmati oleh lebih banyak orang tidak hanya di kalangan tertentu saja. Kalau bisa begini enak dong. Dengar musik anu jadi terkesan dewasa, nikmati musik ini jadi dianggap keren. Wuih gampang banget orang tertipunya.
Jazz adalah makhluknya. Setiap mendengar kata jazz, orang langsung akan membayangkannya sebagai musik elit yang menawarkan kesempurnaan dalam bertutur nada. Karena sempurna maka tidak banyak orang yang memahaminya, hanya kalangan elit saja yang sanggup mencapainya. Karena itu, festival tahunan jazz yang mengumpulkan penampil jazz terbaik di muka bumi dengan penggemarnya dapat menyedot rombongan lain yang ingin terlihat menikmati jazz.
Sebutlah ada satu atau dua event besar jazz di Indonesia tiap tahunnya dan salah satunya memberikan sensasi ingin dilihat oleh orang lain. Dari ribuan orang yang datang ke festival terdapat segerombolan orang yang datang dengan tujuan yang lain. Sementara yang lain asik menikmati musik yang dihantarkan ari atas panggung, gerombolan ini kurang peduli dengan musik yang disajikan.
Tujuan utamanya bukanlah panggung. Yang mereka cari adalah status been there, sehingga statusnya terangkat ke permukaan sebagai golongan yang terbaik dari golongan-golongan yang lain. Masih mending kalau mereka berusaha untuk menikmati musik yang ada, masalahnya adalah kunjungan ritual ini menjadi gaya hidup.
Adanya Facebook dan Twitter sangat menunjang perilaku seperti ini. Foto-foto bisa disimpan di album Facebook. Atau kalau tidak sabar, foto dan status bisa secara bebarengan diupload ke Twitter. Dengan foto sebanyak itu dan update status sesring itu, apakah mungkin mereka menikmati musiknya. Tidak mungkin. Kami sudah perna mencoba untuk melakukan update status di setiap lagu, yang hasilnya kami jadi tidak terlalu mempedulikan apa yang ada di atas panggung. Musik jadi tidak bisa dinikmati.
Entah apa yang membuat mereka lebih tertarik untuk mendatangi event jazz dibandingkan dengan musik yang lain. Kalau untuk berpesta, masih ada event-event lain yang benar-benar mendukung. Sedangkan jazz menurut kami hampir sama dengan rock dan metal. Penonton beneran yang datang lebih bertujuan untuk menikmati.
Menonton konser rock dan metal lebih banyak berkeringat, sedangkan menonton jazz lebih kalem sehingga parfumnya masih tetap wangi sampai pulang. Mungkin karena ini orang-orang lebih suka pergi ke acara jazz. Karena kalau ingin wangi sampai pulang dan bisa berbaur wanginya dengan mulus ke kelompok orang yang lain, inilah tempatnya.
Sebenarnya kami juga tidak terlalu peduli dengan gerombolan ini. Selama mereka masih ada untuk membeli tiket dan memberi keuntungan buat promotor sehingga bisa semakin sering mengadakan pertunjukan, kenapa harus dimusuhi? Nikmati sajalah pertunjukannya.
Not-so-pink Chick
Labels:
Hidup Gaya,
Konser,
Not-so-pink Chick
Video Not Dead Yet: Orianthi - Highly Strung ft. Steve Vai
Kami sampai berbusa-busa membicarakan Orianthi. Enak dipandang dan bisa shred. Belum puas dengan video pertamanya, Orianthi tahu persis dia harus benar-benar bisa membuktikan kalau dia bisa bermain gitar. Cara yang paling ampuh adalah mempopulerkan nomor instrumentalnya. Hei...seorang gitaris piawai tidak bisa dibilang gitaris piawai kalau belum punya nomor instumental yang memamerkan kelincahan jari-jarinya.
Penampilan Orianthi terlihat, kata orang Jawa, njomplang kala disandingkan dengan sang dewa gitar. Orianthi begitu serius menangani gitar elektriknya, sedangkan Steve Vai dengan luwes seolah sedang memainkan permen di tangannya. Bahasa tubuh yang disampaikan Steve Vai lebih menarik, apalagi kalau dilihat dari pengalamannya bermain gitar di depan penonton. Walaupun kalah jauh dari segi penampilan, Orianthi masih bisa membuktikan bahwa dia adalah gitaris yang patut untuk diperhitungkan. Perhatikan jari-jarinya yang membuat nafas tertahan. Lihat duet bersahutan yang membuat permainannya terdengar sejajar dengan Steve Vai.
Steve Vai memang lebih jago. Sedangkan Orianthi juga masih punya waktu panjang untuk memperkuat talentanya.
Not-so-pink Chick
Labels:
Not-so-pink Chick,
Orianthi,
Steve Vai,
Video not dead yet
Monday, March 1, 2010
Review Film: Up In The Air

Sudah terlalu lama kami terperosok ke dalam liang gelap tak berujung yang berisikan skenario film ya gitu deh dan pengadeganan yang dilebih-lebihkan sehingga terkesan wah. Sampai kami terantuk oleh Up In The Air yang memberi kami kesadaran.
Film dengan gambar yang biasa saja tanpa berusaha melebih-lebihkan ini membenturkan kepala kami ke kenyataan, menjadi dewasa sucks. Terlalu banyak yang dipikirkan sehingga kenyataan manis di ujung hidungnya tidak bisa tercium dan terlalu banyak beban keuangan yang harus ditangung hampir seumur hidup untuk kenyamanan tidur di bawah atap.
Ryan Bingham adalah konsultan pemecat karyawan yang mendapatkan keuntungan dari kondisi kemerosotan ekonomi. Tiap harinya dia terbang dari satu lokasi ke lokasi lain untuk memberikan kabar buruk bagi karyawan. Dia terlalu banyak berpikir, terlalu banyak berencana sekaligus takut menghadapi masa depannya yang sebenarnya cukup jelas. Dengan mempertahankan gaya hidup berpindah-pindah lokasi, hari tuanya akan kesepian. Teman wanita yang ditemuinya saat bersilangan jadwal juga diperlakukan sebagai teman biasa yang tidak ada ikatan.
Di sisi lain tempat duduk saat Ryan mengerjakan tugasnya adalah mereka yang kebingungan bagaimana akan meneruskan hidupnya setelah tidak lagi punya pekerjaan. Tunggakan yang menumpuk akan menghantam mereka menghancurkan hidup.
Dua hal ini yang mencuat di Up In The Air, selain George Clooney yang merajalela memenuhi layar. Secara amat perlahan, penonton dibuat kecut karena film ini menggambarkan ketakutan mereka sendiri secara gamblang. Tanpa harus dibuat menjadi puitis. Beginilah kehidupan. Pilih dengan benar. Wow menjadi dewasa terasa sangat berat.
Walaupun tawa kecil seringkali muncul, tapi tawa yang muncul adalah menertawakan diri kita sendiri. Terasa getir.
Penyajian gambar yang biasa saja membuat penonton semakin ketakutan. Pesan yang disampaikan untuk memilih cinta dan pekerjaan adalah kenyamanan semu terasa mengedor jiwa. Ini hidup mereka sendiri yang terpampang di depan layar dan sekelilingnya gelap.
Satu setengah jam menuju puncak terasa cukup lama. Pada saat penonton ketakutan karena melihat tidak ada solusi, secercah harapan muncul di ujung sana. Hebatnya film ini tidak memberikan apa yang penonton mau. Kalau saja penonton mendapatkan keinginan mereka, niscaya film ini akan menjadi salah satu dari deretan film biasa yang lain.
Up In The Air menjadi tidak biasa karena peringatannya sangat keras membuat kita untuk terbangun dari tidur panjang. Film yang pasti akan kami tinggal dalam 15 menit pertama kalau ditonton lewat DVD ini sayang untuk tidak diteruskan sampai akhir. Karena di ujung film, justru kita mendapatkan banyak bahan untuk dibicarakan setelahnya. Termasuk betapa senangnya kami punya Live@Loud yang tidak bisa memecat kami sendiri.
Not-so-pink Chick
Labels:
Not-so-pink Chick,
Review Film
Tech & Ent: Apakah Mereka Mendengar Kicau Burung?

Setelah demam Facebook, Indonesia kini terkena demam Twitter. Dengan 140 karakter saja, pesan kita sampai ke semua follower dan kalau dinilai cukup menarik, maka pesan tersebut akan diteruskan ke follower yang lain.
Bukti kalau Twitter sedang tren di Indonesia adalah untuk beberapa kali topik yang berbau lokal sempat menjadi trending topic, apalagi yang berkaitan dengan bencana dan kematian. Satu tweet dari orang luar sana sempat mampir menanyakan kenapa tiap ada bencana di Indonesia kemudian bisa jadi trending topic? Ternyata tidak juga. Sempat ada beberapa topik yang gak penting-penting amat, sama sekali tidak informatif, juga masuk ke trending topic. Ini memperlihatkan wajah para pengicau burung di Indonesia, bahwa tweet yang menarik berkisar pada sesuatu yang maha penting seperti bencana dan sesuatu yang sama sekali tidak penting seperti tebak-tebakan nama artis.
Ternyata kicau burung Indonesia kini sudah melangkah lebih jauh. Mereka membangun suatu fans base yang kemudian diteruskan ke artis yang mereka sukai. Banyak di antara account Twitter fans base ini menggalang masa untuk membuktikan bahwa para penggila artis tersebut siap menyambut kedatangan, alias mereka menggelar konser. Tanpa lelah mereka berkicau untuk meminta artis datang ke Indonesia.
Mari kita mengesampingkan peran promotor dalam mendatangkan artis luar ke Indonesia. Agar mereka datang ke sini, maka perlu perantara yang menyiapkan segala kebutuhan artis akan panggung yang layak serta tentu saja akomodasi yang nyaman.
Tweet para penggemar sebenarnya juga punya peran penting dalam mendatangkan artis luar negeri. Dari jumlah pengikut bisa diperkirakan berapa banyak yang mau mengeluarkan uang untuk menonton konser. Hitungan bisnis mulai berjalan di sini. Kalau jumlahnya dianggap cukup layak, maka peluang artisnya datang akan semakin besar.
Selanjutnya artis bisa menawarkan diri ke promotor, apakah mereka bisa naik panggung di Indonesia. Kalau promotor tertarik, maka hubungan bisa berlanjut.
Hal seperti ini belum pernah terjadi sebelum era web 2.0. Jejaring sosial membuat komunikasi semakin transparan serta dapat menjerit sekuat tenaga. Jeritan tersebut akan sampai ke target, tapi masalahnya apakah mereka akan mendengarnya.
Dengan berjubelnya kicauan burung tiap hari, bisa jadi teriakan akan terlewat begitu saja. Tapi kalau kuantitasnya banyak, peluang juga seharusnya semakin besar. Siapa tahu Twitter sedang tersenyum dan membuat penggemar di Indonesia lebih beruntung.
Not-so-pink Chick
Labels:
Not-so-pink Chick,
Tech and Ent
Gig Gossip: Panjang Artis Luar dengan Artis Dalam Hampir Sama

Cek halaman daftar artis yang akan naik panggung di Java Jazz Festival. Panjang daftar artis luar sedikit lebih pendek, atau hampir sama panjang dengan artis lokalnya. Dan jumlahnya bukan dalam satuan tapi dalam ratusan.
Ini memperlihatkan beberapa hal:
1. Java Jazz Festival adalah festival terbesar di Indonesia
2. Festival ini memasukkan line-up yang seimbang antara penampil luar dan lokal
3. Kalau melewatkan festival ini maka akan kelihatan tidak gaul
Walaupun terlihat terseok-seok dalam memasukkan line-up ke dua festival lainnya, Java Jazz Festival adalah event yang Peter F. Gontha tahu benar. Dari tahun ke tahun, artis yang didatangkan baik dari luar maupun lokal semakin gagah saja. Keseimbangan antara luar dan lokal membuat banyak panggung dapat terisi lebih padat, sehingga sedikit kemungkinan menyisakan panggung yang kurang penonton.
Gosip sudah beredar, tahun depan, sang dewa gitaris latin, Santana, akan unjuk gigi di event paten ini. Kami tunggu. Untuk minggu ini nikmati saja buaian jazz dan pop tanggal 5, 6 dan 7 Maret di Kemayoran yang jauh dan sulit dicapai.
Old Skuller
Labels:
Java Jazz Festival,
Konser,
Old Skuller
Video Not Dead Yet: Iyaz - Replay
Tidak cuma satu, tapi ada dua video klip dengan lagu yang sama. Hebatnya lagi, video klip yang dibuat berikutnya adalah prequel dari video klip sebelumnya. Bingung? Industri musik dan uang bisa membuat segalanya mungkin.
Sampai awal Maret ini, Replay dari Iyaz adalah lagu paling catchy untuk tahun ini. Lagu ini layak untuk dibawa sebagai persiapan pesta dan menaikkan mood. Tidak ada yang salah di lagu ini, walaupun banyak elemen cheesy di dalamnya. Karena mudah dinyanyikan dan tidak terlalu memalukan, maka kejelekannya termaafkan.
Kembali ke video klip. Video klip pertama bagaikan anak yang tidak mau dilahirkan. Berhubung lagunya melejit menjadi hit, maka diperlukan suatu bahan jualan yang lebih baik. Efek visual yang diperlihatkan memampukan touch screen di udara dihilangkan. Bagian Iyaz bernyanyi di depan layar hijau dengan bendera berkibar sebagai gambar yang dimasukkan juga dihilangkan. Tentu saja ini adalah pilihan yang gampang, karena dua bagian ini adalah bagian yang membuat kita malas untuk melihat kembali video klipnya.
Video klip prequel, namanya juga prequel, menitikberatkan pada sisi romantisme menjalin asmara di lingkungan pantai. Memberi kesempatan lebih banyak untuk memperlihatkan kulit. Video klip prekuel memberi harapan lebih laku berjualan daripada yang pertama. Kalau sudah begini, siapa berani bilang prequel lebih buruk dari orisinalnya?
Replay
I Y A Z | MySpace Music Videos
Hip Master
Labels:
Hip Master,
Iyaz,
Video not dead yet
Gig Gossip: Tiket Diskon Misfits Mulai Dijual Hari Ini

Bukan lewat cara resmi-resmian, Solucites berkicau bahwa tiket Misfits yang akan berlangsung tanggal 10 April di arena Dome Pantai Karnaval Ancol sudah bisa mulai dibeli dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga biasa.
Menggunakan trik yang sama seperti Adrie Subono dalam menjual tiket lebih awal, tiket bisa dibeli dengan mengeluarkan uang Rp 100 ribu saja. Jumlah tiket yang dibandrol dengan diskon lebih dari 50 persen ini disebut-sebut hanya dalam jumlah yang sangat terbatas. Setelah jumlah terbatas habis, harga tiket akan naik menjadi Rp 175 ribu.
Walaupun mencontek habis trik Adrie Subono, tetapi Solucites harus kerja lebih keras untuk mengumpulkan followernya di situs burung berkicau. Pagi ini kami cek pengikut Solucites masih di angka 350-an, sedangkan Adrie Subono sudah mencapai 89 ribuan. Setelah follower cukup banyak dan turut aktif, barulah kicau burung menjadi lebih efektif.
Tetapi posting ini tidak bicara tentang teori pemasaran di jejaring sosial. Ini tentang Misfits yang akan menghancurkan Jakarta sampai luluh lantak. Jadilah bagian dari penghancuran ini dengan segera berada di antrian terdepan tiket diskon sebelum harga reguler di Jl. Ciranjang No. 9 Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Tiket juga bisa dibeli secara online. Maksudnya bagi yang tidak tinggal di Jakarta dan tidak bisa ikut mengantri, bisa kirim tweet ke temannya di Jakarta buat nitip dibelikan tiketnya.
Old Skuller
Labels:
ancol,
Gig Gossip,
Konser,
Misfits,
Old Skuller
Subscribe to:
Posts (Atom)