
Banyak orang mendengar musik. Banyak orang mengidolakan artis musik. Bahkan banyak orang di antara banyak orang itu terlalu serius mengidolakan artis musik sampai lirik dan gaya hidupnya diikuti. Di sini saya berani bilang bahwa membawa musik sampai ke titik yang ekstrim adalah suatu kesalahan besar.
Berapa banyak lagu cinta sejati yang pernah dibawakan oleh banyak artis? Mungkin porsi cinta adalah tema yang paling sering diangkat oleh artis musik. Tetapi berapa banyak juga dari artis yang di liriknya memuja cinta sejati akhirnya berujung pada hubungan putus sambung dan kawin cerai? Menurut statistik dari infotainment, jumlahnya mengisi porsi berita yang paling banyak diikuti oleh masyarakat. Senandung cinta sejati dan selamanya tidak akan pernah berakhir bagaikan lelucon dari mulut seorang komedian yang kemudian besok harinya direvisi dan diganti dengan lelucon yang lain.
Bagaimana dengan teriakan keputusasaan akan struktur masyarakat dan negara yang koyak? Ini juga menempati porsi yang banyak. Setiap negara punya pahlawan musiknya sendiri yang meneriakkan pemberontakan. Tapi ujungnya mereka mendapatkan begitu banyak uang dari ajakan revolusinya sehingga membentuk evolusi kekayaan untuk dirinya sendiri.
Lihat lagi berapa banyak artis yang mengajak pendengarnya untuk menjaga lingkungan demi warisan yang akan diturunkan ke anak cicit. Tema ini menjadi sangat tren karena segala berita yang berhubungan dengan pemanasan global. Tapi apakah ini benar-benar dilakukan dalam hidup para artis itu. Kekayaan cenderung membuat orang menjadi berlebihan. Dengan uang yang dimiliki mereka bisa membangun rumah yang maha besar sehingga memerlukan daya listrik yang besar juga serta aliran air yang deras untuk membuat tanamannya tampak rapi. Belum lagi konser egomaniak berskala stadium yang mengusung panggung maha besar dan tata lampu indah yang tentunya menyedot aliran listrik besar dan juga berton-ton minyak untuk mendukungnya.
Yang kelihatannya lebih ekstrim lagi adalah para artis yang menyalak buas akan aliran sesat yang mereka ikuti. Saya tidak yakin benar mereka menganut aliran sesat itu. Apa komentar dari ayah dan ibunya, atau bagaimana dia mempertanggungjawabkan liriknya kepada anaknya sendiri? Jawabannya adalah mereka tidak benar-benar beraliran sesat. Mereka hanya membuat-buatnya agar terlihat seram dan keren agar album dan tiket konsernya dibeli orang. Saya tidak pernah mendengar ada artis yang mengorbankan memotong kepala anaknya sendiri demi aliran sesat.
Tentunya argumen di atas tidak 100% benar. Tapi masih terdapat porsi kebenarannya. Mereka meneriakkan cinta tapi kawin cerai demi mencari cinta yang sebenarnya. Mereka meneriakkan pemberontakan tapi tidak berniat menjadi suksesor yang menumbangkan pemerintahan. Mereka mengajak menjaga lingkungan, dengan sebagian uangnya dianggarkan untuk membuat konser mewah dan sebagiannya lagi disumbangkan ke Green Peace. Dan pekikan sesat adalah sesuatu yang bisa diual di tengah kekacauan dunia.
Pada akhirnya musik, adalah seperti bisnis dan produk yang lain perlu sesutu pembeda dan perlu citra untuk kemudian dipersepsikan oleh penikmat dan pembelinya. Dengan datang ke konser anu dan membeli album serta kaosnya, maka penggemar akan merasa mereka telah melakukan sesuatu yang berguna untuk dirinya sendiri dan mungkin bisa berguna untuk orang yang lain. Dengan membeli produk-produk artis, maka pembelinya ingin dianggap di suatu golongan yang mempersepsikan artis tersebut. Tak ubahnya seperti konsumen membeli Mercedez dan BMW.
Seperti kata Joker, jangan terlalu serius.
Old Skuller
No comments:
Post a Comment