Tuesday, May 25, 2010

Review Album: Slash - S/T


Album ini disebut sebagai solo album pertama Slash. Judulnya pun diambil dari nama mantan gitaris band legendaris, Guns N' Roses, walaupun di sampulnya tertera RN'FR. Kita tahulah singkatan dari apa RN'FR.

Tanpa harus menengok ke belakang arsip Guns N' Roses yang hanya dalam hitungan jari, album yang dibuat oleh Slash setelah era Guns N' Roses jauh dari memuaskan, baik itu di Slash's Snakepit maupun Velvet Revolver. Tapi apa mau dikata, sebagai penggemar Guns N' Roses saya tetap penasaran dengan album terbaru yang menggaet banyak featuring artist di dalamnya ini.

Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah apakah album solo Slash ini akan menjadi Probot yang sama sekali berbeda dengan Foo Fighters apalagi Nirvana, atau mirip dengan Supernatural dari Santana yang mencoba untuk eksis lagi mengikuti kemauan dari pasar yang semakin muda? Artis yang diajak kerjasama oleh Slash berpijak di masa lalu dan masa sekarang. Masa lalu diwakili oleh Ozzy Osbourne dan masa sekarang diwakili oleh salah satunya Fergie dari Black Eyed Peas. Dengan begitu strategi yang dijalankan adalah merangkul pasar sebesar-besarnya. Ini membuat saya khawatir.

Trek pertamanya, Ghost, cukup menenangkan hati. Sayatan gitarnya terdengar lebih Slash dibandingkan usahanya sebelumnya setelah Guns N' Roses, keras dan kasar. Menanjak ke nomor-nomor berikutnya, jawaban atas pertanyaan sebelumnya muncul. Slash berusaha keras menggoreskan tanda tangannya, tapi juga secara luwes mengikuti gaya artis yang diajaknya.

Ozzy terdengar seperti Ozzy di solo albumnya. Doctor Aliby yang menampilkan Lemmy Kilmeister terdengar seperti deru Motorhead dengan siraman alkohol. I Hold On adalah fantasi Kid Rock mengentaskan southern rock dengan gitaris yang piawai. Bahkan lagu terbaik di album ini, yaitu nomor instrumental, Watch This, yang menggandeng Duff McKagan dan Dave Grohl nyaris seperti jelmaan Probot yang lagunya tidak jadi dimasukkan ke album.

Sedangkan Fergie yang dikhawatirkan banyak orang akan menjadi titik terlemah di album ini, bagi saya terdengar seksi, walaupun ini bukan single yang layak untuk dijagokan. Anehnya, single yang layak untuk diputar lebih sering di radio justru saya pikir adalah nomor Nothing To Say yang mengundang M Shadow, vokalis Avanged Sevenfold, sebagai pengisi suara. Nomor ini penuh energi untuk didengarkan sambil berjalan menggunakan iPod, dan terdengar bagai tutorial Slash kepada Avanged Sevenfold tentang bagaimana memainkan musik secara lebih baik.

Secara keseluruhan album ini lebih memuaskan daripada Slash's Snakepit dan Velvet Revolver. Jiwa dari Slash ada di sini walaupun dikaburkan oleh aspek komersial. Pemilihan trek bonus yang memasukkan Paradise City, nomor ikonik dari Guns N' Roses, bahkan terdengar seperti hanya mengejar sensasi saja. Memasukkan Cypress Hill dan Fergie ke dalamnya tidak membuat Paradise City menjadi lebih paten, dan Slash tahu betul itu.

Kebetulan sebelumnya album Guns N' Roses yang terkatung-katung, Chinese Democracy, juga keluar. Saya jadi mengerti mengapa Slash akhirnya harus mengambil jalan yang berbeda dengan Axl. Sebagai penulis lagu, Axl ingin melebarkan sayapnya dengan lebih ambisius, kompleks dan anggun. Sedangkan Slash tetap ingin berakar pada rock n' roll yang sederhana, pejal dan kasar. Sayangnya kapasitas Slash sebagai penulis lagu berada di bawah Axl. Pertanyaan dari mana musikalitas Gun N' Roses di jaman mereka berdua terjawab sudah.

Old Skuller

No comments:

Post a Comment

 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by