Friday, July 17, 2009

Review Album: Chriss Cornell - Scream




Old Skuller dan Not-so-pink Chick tidak mau menulis review album ini, karena katanya mereka tidak tega menghujat Chriss Cornell. Lagipula dengan CDnya di tangan Hip Master, maka Hip Master bisa memberi sudut pandang yang lain, daripada langsung mencelanya tanpa mendalami lebih lanjut.


Berkolarasi dengan Timbaland adalah keputusan yang aneh sekaligus logis bagi seorang Chriss Cornell. Untuk apa dia harus mengeluarkan album solo yang soundnya sama dengan Soundgarden dan Audioslave. Chriss Cornell jelas mengikuti saran dari para kritikus yang menganjurkan untuk memberi warna lain jika seorang anggota grup band merilis album solo.


Timbaland adalah pilihan yang tepat untuk di duduk kursi produser. Chriss tahu album Scream ini harus berbeda, dan Timbaland menyanggupinya. Timbaland tidak berusaha untuk keluar dari area yang dia ketahui, sedangkan Chriss dengan berani tidak perlu mengubah suaranya menjadi cempreng berefek. Justru kombinasi aransemen hip hop dan vokal tegas Chriss menjadi duet yang menimbulkan dilema. Jelas ini hip hop, tetapi ini juga khas Chriss. Kombinasinya juga tidak menjadi sekedar tempelan yang tidak nyambung. Dengan tepat keduanya berbaur.

Part Of Me adalah trek pembuka yang menghentak keyakinan. Bagi mereka yang mencari distorsi dan belum percaya benar bahwa Chriss Cornell seberani itu, pasti akan mematikan CD ini dalam hitungan 10 detik pertama, dan kemudian CD ini dibiarkan berdebu, atau diberikan kepada orang lain yang tdak peduli, atau mencoba mendapatkan sedikit uangnya kembali dengan menjualnya di jalan Surabaya. Tapi bagi Hip Master, Part Of Me adalah trek pembuka yang tepat. Karena menjelaskan apa keseluruhan isi album, juga membuat pendengarnya salah tingkah. Kaki ini dibuat bergoyang, tapi juga sekaligus membuat kepala banging (menghentakkan bukan bahasa Indonesia yang tepat untuk banging).

Cover album ini seperti mengatakan bahwa Chriss akan menuju arahan yang berbeda dengan menghancurkan gitarnya. Tetapi mungkin ini hanya mencari sensasi saja. Mendekati akhir, yang bagi penggemar Soundgarden tidak akan sampai ke titik ini karena keburu mematikannya di detik-detik awal, soundnya terjadi perubahan. Climbing Up The Wall adalah lagu yang anthemic untuk dinyanyikan bersama. Dan tetap ikuti sampai akhir, ada lagu tersembunyi yang beraroma blues. Tampaknya Chriss Cornell tidak benar-benar akan keluar jalur. Ini hanyalah eksperimen yang berani.


Hip Master

No comments:

Post a Comment

 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by