Monday, July 13, 2009

Whatever: Selera Musik Tidak Sejalan Dengan Perilaku Lalu Lintas

Ada penelitian yang mengatakan perilaku seseorang bisa dipicu oleh musik yang didengarnya. Misalnya kalau suka lagu menye-menye, maka orangnya romantis, sedangkan kalau musiknya metal nan bising maka perilakunya akan cenderung agresif. Apakah ini berlaku di Indonesia?

OK. Kita harus akui disiplin tertib lalu-lintas di tanah air ini sedang rendah-rendahnya. Jalur satu arah dibuat dua arah, ngebut sembarangan, berhenti di tempat yang bukan tempatnya, berputar di tempat yang bukan tempatnya dan lain-lain. Walaupun tidak semuanya begitu, tetapi cukup untuk dibilang banyak orang-orang yang tidak mempedulikan etika berlalu-lintas demi kepentinganya sendiri untuk bisa lebih cepat sampai di tujuan.

Kalau disambungkan dengan penelitian tentang musik, maka seharusnya para pemakai jalanan lebih banyak mendengarkan musik keras. Tapi kami tidak percaya.

Publik Indonesia lebih menyukai musik mendayu-dayu, dan ini mereka bawa saat berkendara. Pengendara mobil memutar lagu-lagu merdu populer, tapi tetap seperti buta melihat rambu jalan. Pengendara bis malam memutar video bajakan berisikan klip lagu-lagu melayu, dan mereka tetap memacu badan panjangnya seperti kesetanan.

Kalau pengendara motor? Sebelum berangkat mereka mendengarkan radio yang memutar lagu populer dahulu. Atau mencolokkan headphone ke kedua telinga sambil terus menyusuri jalan. Pantas mereka susah mendegarkan.

Not-so-pink Chick
Ditulis di hari pertama anak-anak sekolah kembali masuk, dan kita semua tahu apa akibatnya bagi lalu-lintas Jakarta

No comments:

Post a Comment

 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by