Indonesia termasuk negara yang dimanjakan oleh Hollywood. Lihat saja, pemutaran perdana film-film blockbuster hanya selisih hari atau bahkan bisa saja lebih dahulu daripada di sana. Jangan terlena dulu. Semua ini bukan karena Hollywood benar-benar mengistimewakan negara ini. Pemutaran perdana besar-besaran di seluruh dunia dikarenakan industri besar itu tidak mau kehilangan pundi-pundi uangnya.
Sebelum jaman ini datang, kita yang di Indonesia harus menunggu berbulan-bulan untuk sampai akhirnya menonton film yang sudah duluan hit di negara-negara lain serta artikel yang memuja-muji film tersebut sudah terpampang di mana-mana. Yang terjadi adalah kita sabar menunggu sampai filmnya naik ke bioskop, atau karena tidak ada kepastian kita menontonnya dari produk bajakan. Kalau saja jadwal tayang di bioskop terpaut waktu agak lama, maka bioskop bisa jadi sepi. Dengan kualitas produk bajakan yang buruk, paling tidak penonton sudah menikmati film itu sendiri ditambah rasa tidak ketinggalan.
Pemutaran perdana di banyak layar adalah antisipasi Hollywood terhadap pembajakan. Internet telah membuat bajakan bergerak lebih cepat. Tanpa perlu pengiriman keping fisik digital, hanya dari komputer di kamar, satu film yang baru saja selesai tayang perdana di belahan negara lain dapat didownload. Ini menyebabkan kerugian bagi Hollywood dan pengusaha bioskop.
jika dibandigkan dengan industri musik yang sudah terlanjur kacau balau, industri film masih sedikit beruntung. Hollywood ibaratnya diisi oleh pihak artis dan label, sedangkan bioskop di sini bertindak sebagai toko CD. Menjual film baru masih diuntungkan dengan hype, di mana calon penonton ingin buru-buru menonton sebelum ketinggalan. Menonton adalah gaya hidup. Ini berbeda dengan musik yang konsumennya merasa tidak apa-apa kalau ketinggalan sebentar.
Saat Hollywood, pihak importir film dan bioskop melihat peluang dan resiko kehilangan yang besar, maka ide pemutaran perdana besar-besaran diusung. Film baru yang diperkirakan akn menyedot banyak penonton diberi layar sebanyak-banyaknya. Kalau perlu dalam satu cineplex hanya menayangkan film itu saja.
Cara berjualan seperti ini membuat penonton mendapatkan peluang lebih besar untuk mendapatkan tiket dibandigkan jaman dulu yang satu sinepleks paling hanya menyediakan dua layar saja untuk film baru. Generasi sekarang ini memang dimanja dengan kecepatan, sehingga mereka merasa termasuk dalam komunitas global. Walaupun hanya lewat menonton film.
Old Skuller
Monday, July 13, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment