Thursday, April 8, 2010

Cas Cis Cus Musik: Bikin Aktivitas Dong Agar Toko Rekaman Musik Ramai Kembali


Membuka toko yang menjual CD dan kaset (siapa juga yang masih jual kaset? orisinil adalah bisnis yang paling beresiko saat ini. Produk penjualan produk musik fisik semakin menurun, karena konsumer melirik ke produk digital atau kalau di Indonesia digoda oleh lapak penjual barang bajakan dan unduhan ilegal, menyebabkan toko ritel musik semakin sepi pengunjung apalagi pembeli. Kalau masih ada yang berani buka toko CD baru, maka apakah orang itu memang benar-benar cinta musik atau teramat gila.

Kejadian sama juga terjadi di seluruh penjuru dunia. Toko musik lengang bak kuburan, tidak ada gairah yang memompa aktivitas dan penjualan di sana. Tapi masih ada segolongan manusia, yang terdiri dari pemilik toko musik, musisi dan label rekaman, yang masih peduli akan kelangsungan hidup toko musik. Di Amerika Serikat dicanangkan Record Store Day untuk membuat toko musik bergairah. Berbagai aktivitas diadakan untuk menarik perhatian konsumen kembali ke toko musik dan berbelanja.

Ajang yang di negara asalnya mengkhususkan diri kepada toko musik independen ini, diselenggarakan tiap bulan April hari Sabtu ketiga. Banyak album baru yang dirilis pada tanggal ini. Tidak hanya album biasa, tapi CD dan piringan hitam edisi khusus yang diproduksi spesial menyambut event ini. Selain itu, musisi juga meramaikan toko-toko untuk membuat hari itu menjadi lebih spesial. Mereka didatangkan tidak hanya untuk menandatangani sampul album, tapi juga memberikan penampilan.

Cara seperti ini tidak ada salahnya untuk diadaptasi di Indonesia. Sejauh pengetahuan saya, antusiasme konsumen untuk mendatangi toko musik di Indonesia sudah lama hilang. Fenomena melesatnya penjualan produk fisik album terbaru Justin Bieber, My Worlds, pada akhir pekan lalu adalah pengecualian.

Tidak pernah terlihat antrian konsumen menanti album baru siap dibeli. Semakin jarang terlihat para musisi muncul di toko musik untuk berpromosi. Orang-orang yang kita temui di toko musik hanyalah penjaga toko. Dan kehadiran label rekaman hanya lewat banner-bannernya. Singkatnya, toko rekaman musik minim aktivitas yang dapat menarik pengunjung.

Kalau memang ada niat dan keinginan untuk tetap menghidupkan toko rekaman musik, maka harus ada kerjasama dari semua yang mencintai musik. Tidak hanya dari industrinya saja, tapi juga termasuk media dan konsumennya sendiri. Yang lebih penting lagi, harus ada ketulusan untuk membantu, selain memang diharapkan akan mendongkrak penjualan produk fisik. Tapi untuk saat ini, sebagai awal marilah bekerja sama dan membuat musik menjadi sesuatu yang bisa dipegang kembali.

Old Skuller

No comments:

Post a Comment

 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by