Wednesday, December 2, 2009

Layar Perak: Balibo Undang Kontroversi di Jiffest 2009



Ketika terbit berita tentang Balibo tidak lolos dari LSF untuk diputar di Jiffest, maka YouTube menjadi tempat mencari. Di salah satu halaman YouTube yang memajang trailer Balibo, komentar jadi berlanjut.

Film politik yang melibatkan reputasi negara lebih sering menimbulkan kontroversi. Balibo yang dalam keterangannya menyebutkan sebuah film yang berlatar belakang Timor Leste di tahun 1975, di mana lima jurnalis Australia hilang, juga menyulut sumbu pendek hubungan Indonesia dengan Asutralia.

LSF yang bisa jadi mewakili otoritas negara Indonesia memutuskan untuk tidak memberikan kesempatan film ini untuk diputar. Tidak ada keterangan lebih lanjut, alasan mengapa LSF tidak memberi ijin.

Bagaimana pun film adalah karya yang subyektif. Hasil akhirnya berasal dari pemikiran dan sudut pandang dari penulis ceritanya. Karena sudut pandang orang sering kali berbeda-beda, maka orang juga sering kali menanggapinya dengan cara yang berbeda-beda.

Kalau melihat dari cara pandang L@L dengan gaya sok analisa, LSF sebagai wakil negara yang seharusnya dan dididik untuk bercara pandang konservatif, melarang pemutaran film Balibo untuk meredam perseteruan lebih lanjut dan kemungkinan yang tidak diinginkan. Sedangkan dari pihak para pecinta nonton film, mereka berargumen bahwa sebuah film harus ditonton dengan cara yang lebih dewasa. Diskusi lebih lanjut boleh, tapi jangan sampai rusuh.

Sedangkan dari sudut pandang L@L (boleh dong kami berpendapat, negara bebas kan katanya), sekarang ini jaman digital. Kontroversi memicu rasa penasaran. Kalau memang benar-benar pengin nonton dan filmnya tidak boleh diputar di layar lebar, dengan sedikit usaha filmnya bisa dicari di Internet. Atau jangan-jangan filmnya sudah bisa dengan udah didapat di lapak DVD bajakan.

Old Skuller

No comments:

Post a Comment

 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by