Wednesday, December 2, 2009

Review Film: Ninja Assasin


Singkatnya, cerita dalam Ninja Assasin terlalu parah. Seorang ninja tang AWOL dari kelompoknya berencana untuk menjatuhkan kelompoknya. Dia punya rencana untuk mengikutsertakan pihak lain yang tertarik dengan cerita ninja, untuk bekerja sama membongkar kelompok pembunuh yang bagaikan legenda urban. Tapi kenyataannya, pihak lain tidak terlalu membantu amat tuh. Jadi kalau ada orang yang masuk bioskop dengan berharap mendapatkan cerita, maka orang itu adalah orang paling jenius di dunia.

Dari segi akting, tidak ada yang bisa diandalkan. Skenario yang mengharuskan para pemerannya untuk berdialog dalam kalimat-kalimat pendek, justru memang dibuat untuk memberi ruang lebih luas bagi pameran aksi membunuh.

Rain adalah daya pikat bagi penonton yang ingin menyaksikan wajah Asia ganteng yang pemutaran film ini pas dengan jadwal konser dia di Jakarta. Apalagi sempat ada adegan Rain mempertontonkan tubuhnya yang bebas dari lemak.

Mari sekarang kita masuk ke bagian paling asik dari film ini. Adegan pembukanya memberikan peringatan kepada penontonnya bahwa akan banyak darah tumpah di layar. Kematian demi kematian beruntun di depan mata seperti menggambarkan lirik mutilasi dari band Cannibal Corpse.

Aksi baku hantam yang muncul tiap lima menit adalah hiburan sebenarnya. Perkelahian adu pukulan, tendangan dan senjata khas ninja nampak keren. Sutradara dan koreografi perkelahian habis-habisan memeras otaknya untuk membuat adegan perkelahian di Ninja Assasin bagaikan The Matrix kelas B.

Bayangkan film cult American Ninja yang menjadi trademark aktor Michael Dudikoff dibuat ulang dengan mengganti adegan perkelahian menjadi aksi yang lebih memuaskan mata.

Old Skuller

No comments:

Post a Comment

 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by