Monday, November 30, 2009

Review Album: Owl City - Ocean Eyes


Kapan terakhir kalinya kita dengar satu album pop penuh dan berani mengatakan ini album pop yang keren? Oh belum lama yang lalu, waktu dengar album keduanya Mika. Kini perasaan itu muncul lagi.

Owl City adalah synth pop band yang beranggotakan hanya satu orang saja, Adam Young orangnya. Dalam album yang diberi titel, Ocean Eyes, dengan memajang ikonnya Dubai, Adam Young tidak bertendensi untuk bersusah-susah. Justru itu seharusnya makna pop yang sesungguhnya. Gampang masuk kuping dan terdengar enak tanpa ada rasa bersalah.

Adam Young memainkan mesin drumnnya sehingga selalu memberikan atmosfir gembira dalam setiap lagunya. Synthesizernya memberikan kesan blip-blip lampu kelap-kelip, bukannya di suatu pesta rave, tapi lampu di kamar. Seperti yang digambarkan dalam klip Fireflies.

Perasaan gembira yang datang juga bukan perasaan melonjak-melonjak yang tiba-tiba datang merasuk mengajak berdansa sampai berkeringat. Tapi lebih tepat kalau dikatakan sebagai perasaan gembira ketika kita membuka jendela dan melihat embun pagi.

Kalau didengar sekilas, warna yang ditampilkan di setiap lagu hampir mirip-mirip, yaotu beat drum yang berentet dan synth bebunyian lonceng-lonceng kecil. Tapi putar lagi album ini, variasi beat drumnya menjadi tidak membosankan, dan synthnya adalah suasana yang dibangun untuk setiap lagu.

Owl City - Ocean Eyes, punya apa yang seharusnya ada di setiap album pop. Mudah dan senang untuk didengar. Bahkan album ini lebih tepat kalau dikatakan sebagai indah.

Kami sempat mendengar album ini hampir tidak dirilis di Indonesia. Karena perjuangan dari karyawan Universal Music Indonesia, akhirnya album ini bisa di dapat dengan lebih mudah di sini. Pilihan yang berani dan tepat.

Not-so-pink Chick

Layar Perak: 11 Tahun Jiffest dan Masih Yang Paling Besar


Kalau ada penghargaan untuk festival urban Jakarta yang masih tetap bertahan dan terus konsisten diadakan tiap tahun, maka penghargaan jatuh kepada Jiffest. Tahun ini adalah tahun ke-11 Jiffest hadir di tengah para penggemar film, atau buat mereka yang sekedar ingin ikut meramaikan bioskop.

Selama lebh dari satu dekade Jiffest berusaha menyajikan tontonan alternatif yang bukan biasa kita tonton di studio-studio yang dipenuhi film Hollywood dan film kacangan Indonesia. Sampai kemudian Jiffest mendapatkan saingan, yaitu DVD bajakan yang murah dan mudah sekali didapat. Di tengah deru kisruh digital, Jiffest sempat limbung. Panitia tentu bingung bagaimana menarik calon penonton yang sudah mendapatkan substitusi pemuasan dahaga menonton film lewat DVD bajakan. Jalan yang diambil adalah harus semakin kreatif.

Buat tema yang hip. Seperti yang dilakukan tahun ini dengan memutar ulang film-film Indonesia paling hit dalam 10 tahun terakhir ini. Mereka yang ketinggalan, tentunya tidak mau ketinggalan untuk yang kedua kalinya. Tidak perlu dipungkiri, hasrat menonton film Indonesia itu sebenarnya ada di masing-masing hati para penggila film, cuma kadang ragu saja. 10 ilm paling laris telah dijejerkan, waktunya untuk memperkaya pengalaman nonton film sendiri.

Selain itu, panitia Jiffest harus berkejaran dengan waktu. Film-film yang hendak diputar sebaiknya belum ada DVD bajakannya, paling tidak dalam versi yang "sudah bagus." Dengan begitu penonton bersedia melangkahkan kakinya ke tempat pemutaran.

Yang paling penting adalah eksklusifitas. Maksudnya bukan penonton Jiffest kemudian menjadi golongan eksklusif. Tetapi Jiffest harus punya film jagoan yang hanya diputar di Jiffest lebih dahulu. Tahun ini Jiffest menempatkan Sang Pemimpi, sekuel dari film laris Laskar Pelangi, di posisi terhormat dengan memutarnya di malam pembuka.

Jadi apa yang harus ditunggu? Nyamankan pantat kalian di pemutaran film-film Jiffest. Keterangan lengkap dan jadwal bisa dilihat di sini.

Hip Master

Gig Gossip: BMTH GGL LG


Untuk kedua kalinya, Bring Me The Horizon gagal lagi didatangkan ke Indonesia. Kalau sudah gagal untuk kedua kalinya biasanya tidak akan ada lagi ketiga kalinya. Jadi mari kita lupakan menonton BMTH di Jakarta.

Yang lucu, kegagalan kali ini adalah karena bentrok dengan jadwal rekaman mereka. Berikut kutipan dari blognya Om Adrie:
”Full apologies to all but due to the scheduling of the recording of the
next BMTH record the band will no longer be able to make the trip to
south east asia at the end of May - we would like to look to play in
Indonesia as soon as our schedule allows and we’ll let you know as soon
as we know when that is… BMTH WILL Come!!!”

Aneh sekaligus menggelikan. What a lame excuse. Tidak bisakah mereka mengurus jadwal? BMTH Will Not Come!!!

Not-so-pink Chick

Video Not Dead Yet: All Time Low - Weightless


All Time Low - Weightless

All Time Low | MySpace Music Videos


80-an kembali dijadikan tren di penghujung dekade awal milenium ini. Pop dicopy habis-habisan ditambahi dengan sentuhan sound modern. Tapi era glam rock tidak atau belum berhasil mencapai zaman keemasannya lagi. Atau glam mecari bentuk baru?

Emo dan terusannya yang cukup disebut pop rock sangat laku di era 2000-an ini. Apakah ini bentuk glam yang baru? Secara dandanan, sub genre ini mendapatkan olok-olok yang tiada henti. Secara bentuk musik, emo sampai ke pop rock 2000-an dilecehkan sebagai pengumbar musik yang hanya mengejar popularitas. Mirip dengan glam rock bukan?

Salah satunya adalah All Time Low. Video klip Weightless memberikan gambaran olok-olok yang mereka terima, dan mereka tetap jalan terus karena toh masih tetap dapat dijual. All Time Low memberikan video yang lucu dengan cara menertawakan diri mereka sendiri.

Tonton terus video ini dari awal sampai akhir. Mereka memberikan sesuatu yang glam rock di jaman puncaknya tidak berani melakukannya.

Hip Master

Tayang Televisi: Pertanyaan Paling Bodoh Di Acara Talkshow


Talkshow tidak pernah menjadi acara paling populer di tanah nusantara. Kenapa tidak pernah mendapatkan rating tinggi, kata koran dan majalah yang pernah mewawancarai para pakar media, penonton televisi di Indonesia tidak menyukai tontonan yang bikin otak berpikir.

Karena itu, acara bincang-bincang yang ngawur-ngawuran seperti Empat Mata (sekarang menjadi Bukan Empat Mata), mendapat hati di banyak penonton. Acara kosong ini memberikan tawa yang renyah, sehingga kami berpendapat acara ini adalah tayangan lawak dengan setting acara talkshow.

Di dalam acara konyol ini, termasuk juga acara yang mengatasnamakan talkshow lainnya, selalu ada satu persamaan. Yaitu terdapat pertanyaan bodoh yang selalu ditanyakan oleh pembawa acara. Pertanyaan paling bodoh itu adalah: "Sedang sibuk apa?"

Cmon lah. Dalam sebuah acara yang sifatnya mewawancarai seseorang, maka si pewawancara harus lebih dulu melakukan riset. Kalau saja pembawa acara sudah melakukan risetnya maka pertanyaan bodoh seperti itu tidak akan muncul. Pertanyaan yang seharusnya muncul adalah pertanyaan yang bersifat mendukung film, acara televisi, buku atau album terbaru dari tamu acara. Lagi pula apa untungnya mengundang tamu yang lagi tidak punya kegiatan apa-apa. Karena itu tamu yang diundang pasti harus punya kesibukan tertentu.

Memang membuat tayangan talkshow bukanlah hal yang mudah. Malah terhitung sulit. Pembawa acara harus punya kapasitas sebagai penghibur dengan cara yang cerdas, mampu melakukan wawancara dengan ringan tapi sanggup menjual barang dagangan si tamu tanpa harus terlalu berpromosi dan lagi-lagi harus sanggup mengundang senyum.

Bagaimana caranya? Terus terang kami tidak tahu caranya. Tapi kami adalah penonton yang tahu dengan apa yang ingin kami cari di televisi.

Not-so-pink Chick

Review Album: Ensiferum - From Afar


Mengikuti perkembangan arah genre metal kadang menggelikan. Perkembangannya tidak hanya didasari oleh musik saja, tetapi juga tema. Karena itu lahir lah metal bajak laut dan metal lagu rakyat atau dalam bahasa Inggrisnya folk metal. Ensiferum mengambil tema folk metal.

Musiknya adalah campuran dan kombinasi dari musik Eropa jaman kegelapan, power metal, melodic death dan vokal yang kasar. Sudah terbayang? Mendengarkan satu album Ensiferum seperti membawa kita kembali ke Eropa abad pertengahan dengan diiringi soundtrack metal. Dalam From Afar kita akan merasakan hembusan dingin angin di Eropa Utara, mengarungi lautan, penjelajahan ke desa-desa kecil, mabuk di tavern dan tentunya peperangan klasik.

Berarti ini adalah album yang bagus, karena kami bisa merasakan apa yang Ensiferum coba tawarkan kepada kami. Riff dan gempuran drum yang bertalu tidak diragukan lagi. Elemen folk tidak hanya berada di lapisan atasnya saja, tetapi berhasil masuk ke dalam ritme modern gitar, bas dan drum. Vokal kasar juga efektif digunakan tanpa menjadi terlalu menggelikan.

Apakah kami bilang tidak terlalu menggelikan? Karena ada momen yang sebenarnya terasa menggelikan, tetapi kemudian hilang dilibas oleh deru sound metal modern.

Kalau saja kami bisa lebih flus mendengarkannya tanpa mencoba mencari bahan tertawaan, Ensiferum adalah band yang serius. Serius dengan tema yang dibawakannya. Sampai anginnya pun terasa menusuk tulang.

Old Skuller

Thursday, November 26, 2009

Hidup Gaya: Sale Terus Menggoda


Bagi kami kamu perempuan, sale adalah kata yang sangat menggoda. Sale adalah kata sakti yang membuat kami mengeluarkan uang lebih banyak dari yang semestinya dan membeli barang yang belum tentu kami perlukan.

Logika dari sale adalah kesempatan untuk membeli barang dengan harga lebih murah dan kalau tidak cepat-cepat maka kesempatan itu akan hilang. Setahun belakangan ini, sale selalu kita lihat di mana-mana. Sedangkan setahun belakangan ini, uang di saku semakin pas-pasan.

Kata koran-koran, sale adalah cara terakhir dari para penjaja untuk mengembalikan gairah belanja yang melesu setelah negara ini terkena dampak krisis dunia. Dan dasar orang-orang Indonesia gila, saat mal-mal besar melancarkan jurus sale, yang terjadi tempat parkir tidak bisa lagi menampung gairah belanja yang berlebihan.

Coba perhatikan lagi. Sale sebenarnya tiap hari dilakukan oleh mereka. Hanya saja untuk waktu tertentu mereka menggembar-gemborkannya. Momen libur panjang akhir pekan juga tidak luput dari godaan sale. Para keluarga di kota-kota besar (maksudnya Jakarta dan sekitarnya) yang kehilangan akal mengajak pergi keluarganya untuk bersantai bersama, ujungnya lari ke mal.

Di sana, maka keluarga akan mengeluarkan uang untuk jajan dan kalau naluri mumpung sale muncul, biaya akhir pekan jadi melonjak.

Moral dari posting ini (damn, kenapa tema hari ini harus terlalu positif. Salahkan ke Hip Master) jangan terlalu tergoda untuk langsung membeli sale. Karena besok juga masih ada sale yang lain. Sale akan selalu ada.

Not-so-pink Chick


Foto dari www.sxc.hu

Cas Cis Cus Musik: Playlist adalah Mix Tape Jaman Ini


Libur akhir minggu panjang lagi. Tapi kalau pilihan kita adalah lebih banyak di rumah, apa yang baiknya kita lakukan? Apa yang bisa simultan dilakukan sambil mempersiapkan diri untuk ujian? (Kenapa tema posting hari ini harus terlalu positif? Old Skuller bertanya-tanya)

Kalau kita akhir-akhir ini terlalu sering keluar rumah dan tidak sempat lagi lebih banyak mendengarkan koleksi musik, kenapa tidak kita kembali saja dulu ke musik. Bongkar lagi koleksi CD dan cek kembali koleksi digital di dalam hard disk.

Mari kita teruskan kesenangan ini. Jaman dulu ada yang disebut dengan mix tape, yaitu merekam sejumlah lagu hit atau yang kita sukai yang sumbernya dari berbagai album, mengumpulkannya dalam satu kaset. Sekarang kita mengenalnya dengan playlist.

Susun kembali lagu-lagu yang mau kita dengarkan sepanjang hari. Karena format digital bisa menyediakan lebih banyak tempat daripada kaset, maka buatlah sebanyak-banyaknya. Dan kalau ternyata ada satu dua lagu yang tidak kita suka, loncati saja ke lagu berikutnya.

Kalau sudah begini, siapa yang perlu membeli CD kumpulan hits?

Old Skuller


Foto dari www.sxc.hu

Layar Perak: New Moon Masih Yang Paling Heboh Minggu Ini


Menyambut liburan tanggung, tiga hari libur berurutan tapi setelahnya didera ujian akhir semester, maka nonton bioskop bersama teman-teman dan makan sate kambing bersama keluarga menjadi pilihan yang logis. Akhir minggu panjang kali ini tidak bisa banyak membuat ruang gerak untuk pergi ke lebih banyak tempat. Sisakan tenaga buat berpikir di minggu depannya.

Setelah selesai puas makan sate kambing di rumah beserta keluarga, saatnya untuk mencari kerian di luar rumah. Tidak banyak waktu yang bisa dipakai memang, karena persiapan untuk ujian harus sudah dimulai.

New Moon masih tetap bisa dijadikan pilihan yang tepat. Walaupun terdengar review pro dan kontra terhadap lanjutan Twilight Saga ini, tapi rasa penasaran yang menang. Lebih baik nonton tapi kemudian menyesal dari pada tidak ikut dalam arus tren nonton Twilight.

Buat yang masih belum berhasil menonton karena kehabisan tiket atau malas mengambil sisa tempat duduk terdepan, maka saatnya untuk berjuang lagi. Akhir minggu ini, New Moon masih akan terus diserbu penonton.

Bioskop cukup cerdik memanfaatkan momen akhir minggu panjang ini. Lebih banyak layar yang disediakan untuk memajang cerita percintaan vampir dengan manusia biasa. Pilihannya adalah menonton akhir minggu ini atau terpaksa menunggu sampai ujian selesai.

Hip Master

Wednesday, November 25, 2009

Review Album: Breaking Benjamin - Dear Agony


Dalam sejarah musik rock, sub genre modern rock menempati posisi yang paling bawah. Walaupun modern rock meneruskan istilah rock tak pernah mati, hanya berubah bentuk, tetapi sub genre ini tidak banyak menghasilkan inovasi dan variasi.

Mari kita lebih jujur dengan diri sendiri. Modern rock memang berhasil menendang kuping karena kesederhanaan dan proses mixing yang membuat suara yang keluar lebih kencang. Tetapi modern rock terjebak pada kemiripan. Lick pendek, riff berat, ritem patah-patah dan vokal adalah elemen-elemen yang diadopsi oleh banyak band modern metal. Bahkan lebih parahnya lagi, kami tidak bisa mengingat wajah dari band-band ini.

Breaking Benjamin tidak banyak berbeda dengan band yang lain. Album terbarunya sangat mengejar sensasi momen pendengaran pertama. Lagu-lagunya membuat kami tertarik mendengarnya pada putaran pertama dan kedua. Tapi mulai putaran ketiga album ini tidak menyisakan sesuatu untuk lebih dieksplorasi lagi. Pada putaran-putaran berikutnya kami merasakan Breaking Benjamin terlalu nyaman dengan formula pasaran modern rock.

Dear Agony tidak berhasil untuk membuat pendengarnya semakin nyaman dalam putaran-putaran berikutnya. Saran kami, pinjam saja album ini dari orang lain. Setelah dua tiga kali mendengar, pinjamkan lagi kepada orang lain. Maka sensasi pendengaran pertama tidak terganggu.

Dalam momen pendengaran pertama, trek-trek seperti Fade Away, I Will Not Bow, Lights Out dan Dear Agony masih bisa enak dinikmati.

Not-so-pink Chick

Video Not Dead Yet: Britney Spears - 3


3

Britney Spears | MySpace Music Videos


Kami tegaskan lagi, kami meyukai Britney Spears. Karena itu, apa pun yang berhubungan dengan Britney dalam posting kami akan selalu subyektif. In fact, semua posting kami di L@L berbau subyektif.

3 meneriakkan Britney masih jauh dari berakhir, kepada mereka yang mengharapkan Britney akan tenggelam dalam timbunan lemak. Trik yang sama masih dipakai oleh Britney. Kedua tangan mendekati kepala, satu tangan menyentuh pipinya dan pancaran sensualitasnya.

Segala yang dicari dan diperlukan dalam diri Britney masih tetap ada di video klip ini. Kalau masih meminta lebih, maka kalian adalah makhluk serakah jahanam.

Hip Master

Video Not Dead Yet: Justin Bieber - One Less Lonely Girl



Musik tidak harus selalu berlirik destruktif. Seperti halnya film, musik juga memberi tempat kepada artis yang menuliskan lirik tanpa tendensi menyerang pihak lain. Atau singkatnya lirik yang bisa dinikmati oleh seluruh keluarga.

Bayangkan kita mendengarkan Justin Bieber bersama keluarga. Bayangkan kita menonton video klip Justin Bieber bersama ayah dan ibu kita. Mereka akan manggut-manggut karena liriknya tidak perlu dikhawatirkan akan menjerumuskan anaknya ke lubang pesta tak berdasar. Untuk urusan video klipnya, yang perlu mereka khawatirkan adalah ada pemuda bertampang sopan yang tanpa perlu mengenal lebih dalam sudah mengajak dansa.

Sekarang saatnya kita menertawakannya. Pertama, perempuan dalam video klip ini kelihatan terlalu lebih tua untuk Justin. Yang kedua, One Less Lonely Girl, hahahahahaha.

Hip Master

Video Not Dead Yet: Owl City - Fireflies


Fireflies

Owl City | MySpace Music Videos


Sangat mudah untuk jatuh cinta dengan lagu Fireflies yang dilantunkan oleh Owl City ini. Owl City adalah band yang beranggotakan satu orang saja, yaitu Adam Young. Fireflies punya elemen yang menarik pendengaran. Lagunya disusun untuk kemudian mencapai puncaknya dan kemudian menurun untuk membuat pendengarnya ingin mendengar puncaknya lagi. Semua itu terjadi dalam kurang dari empat menit. Jadi albumnya patut untuk dicoba.

Video klip yang mengambil suasana kamar mengingatkan kepada video dari Mika. Tapi nuansa yang ditampilkan berbeda. Video klip Fireflies menunjukkan kreatifitas dengan dana terbatas. Kamar dengan segala pernak-perniknya seakan menjadi setting panggung Adam Young. Menyenangkan melihat peralatan rumah dan mainan biasa bisa menjadi lebih bermakna untuk sebuah "panggung."

Not-so-pink Chick

Monday, November 23, 2009

Gig Gossip: Desember Punya Bandung - Zoot Woman



Desember milik Bandung. Setelah jenuh mendatangi konser di Jakarta dengan venue itu-itu lagi, bersiaplah untuk ke Bandung.

Kenakan baju paling keren kalian untuk bergembira bersama Zoot Woman di Eldorado, tanggal 19 Desember. Harga tiket terjangkau: Rp 150 ribu untuk modal panitia sebelum grupnya naik panggung, dan Rp 200 ribu harus ditebus kalau sok-sokan tidak mau membeli tiket jauh hari sebelumnya.

Zoot Woman, berasal dari Inggris, menjanjikan kegemparan dengan sajian pop elektronik. Dijamin kepuasan penuh bagi mereka yang menyukai indie pop. Bersenang-senang bersama teman-teman setelah mendapatkan amarah karena rapor bertaburan warna merah adalah pilihan yang sangat mudah.

Hip Master

Gig Gossip: Punk Weekend di Bandung Euy

Punk not dead. Apalagi di Bandung. Kalau mau mengadakan konser Punk, adakan di Bandung.

Setelah selesai didera ulangan akshir semester, siapkan uang untuk berakhir minggu penuh punk di Bandung. Catat: dua hari berturut-turut, tanggal 12 dan 13 Desember, Bandung akan punk banget.



Setelah pernah secara lengkap MxPx datang ke Indonesia, kini MxPx All Stars yang datang. Karena secara lengkap MxPx tidak bisa datang, maka tanpa kurang akal, Mike Herrera sebagai anggota original MxPx menggandeng Kris Roe dari The Ataris dan Chris Wilson dari The Summer Obession. Band all starts ini akan naik panggung di Dago Tea House, Sabtu tanggal 12 Desember. Untuk tiketnya berharga Rp 165 ribu sebelum hari pertunjukan dan harga di depan pintu Rp 180 ribu.


Satu hari berikutnya pesta punk terus berlanjut. Kali ini punk yang lebih tradisional. Band punk yang sudah berumur 20 tahun, Total Chaos, akan menghajar Bandung dengan punk yang sebenarnya. Konser pada tanggal 13 Desember ini akan dijual dengan tiket seharga Rp 65 ribu untuk pre-sale dan di hari H melonjak menjadi Rp 125 ribu. Buat yang mencari cindera mata, tiket pre-sale + t-shirt event dilepas dengan harga Rp 115 ribu. Pagelaran ini akan diadakan di Yon Armed, Cimahi. Buat yang tidak kenal Bandung, siap-siap kesasar. Jadi persiapkan perjalanan menuju venue.

Dengan kurang dari Rp 300 ribu kalian sudah bisa menikmati punk weekend di Bandung. Memang Bandung punk pisan euy.

Old Skuller

Layar Perak: Seperti Diduga, New Moon Heboh


Termasuk di Jakarta, penayangan lanjutan dari Twilight Saga, mengundang antrian panjang pembelian tiket. EX XXI sebagai satu-satunya bioskop yang menayangkan New Moon secara ekslusif sejak Sabtu lalu dengan mengalokasikan empat studionya sekaligus, seperti dugaan mengundang antrian panjang. Seluruh tiket di semua jam tayang habis terjual. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut sampai hari Selasa depan, karena setelah itu New Moon akan dapat disaksikan di lebih banyak layar.

Senang juga mendengar keberhasilan New Moon menyedot penonton ke bioskop. Ini memperlihatkan bahwa bioskop belum sepenuhnya kehilangan pamornya sebagai sentra hiburan. Dengan film yang tepat, maka penonton akan berduyun mendatanginya.

Tetapi kalau berhubungan dengan film maka perilaku penonton tidak akan berubah banyak. Sepanjang bisa memberikan hiburan yang menyenangkan, maka film itu akan disambut baik. Dikasih sesuatu yang berat sedikit, penonton akan kabur. Selamanya akan seperti itu, karena memang sudah dasar manusianya. Apalagi ada yang ganteng di film itu.

Not-so-pink Chick

Review Film: 2012

OK, kami menjilat ludah sendiri demi atas nama pergaulan. Kami sepakat untuk tidak ikut mengantri di penayangan spesial lanjutan Twilight, yaitu New Moon yang diputar di empat studio EX XXI di Jakarta, dengan seluruh empat studionya. Pertama karena Tidak ada yang bersedia mengantri, sementara temannya yang lain berjalan-jalan di sekitar Mal, dan kedua tidak ada yang mau disalahkan kalau akhirnya perjuangan mengantri tidak menghasilkan tiket di tangan. Akhirnya kami menonton 2012.

Sebagai langkah awal, karena kami sudah mendengar berbagai cercaan terhadap 2012, kami menyetel ulang ekspektasi. Kami tidak ingin menonton film yang bagus. Misinya singkat, selama dua jam, hiburlah kami.

Penjelasan-penjelasan pendek yang ditebarkan sepanjang film, mengenai mengapa dunia tiba-tiba hancur, tidak terlalu kami hiraukan. Kunyahan pizzza kami lebih lezat daripada kemalasan penulis skenario yang tidak berusaha membuatnya lebih sains.

Kemudian kita langsung meloncat ke frame di mana bumi mulai bergonjang-ganjing. Secara tidak masuk akal, jagoan kita bersama rombongan keluarganya berhasil meloloskan diri dari keretakan bumi dan letusan besar gunung berapi, menggunakan moda transportasi mobil dan pesawat terbang.

Karena sudah jelas banyak adegan tidak masuk akal, maka kami juga mengesampingkan pemikiran negatif "tidak masuk akal." Hasilnya, kami menikmati ketegangan jagoan kita dikejar-kejar oleh bencana, dan bagaimana dia berhasil lolos dari lubang jarum. Kalau saja terdapat sedikit pikiran "tidak masuk akal, nggak banget," rasa tegang itu tidak akan muncul sekelebat pun.

Mari sekarang kita tinjau efek visualnya. Roland Emerich bukan pertama kalinya membuat film bencana dan 2012 bukan satu-satunya film bencana yang pernah ada di pasar, karena itu penggambaran terbelahnya tanah, gunung meletus dan ombak besar tsunami bukan sesuatu yang baru. Yang membuat kami penasaran adalah bagaimana bentuk bahtera yang dibayangkan oleh Hollywood. Di 2012 diceritakan bahwa umat manusia hampir semuanya tersapu oleh bencana kecuali mereka yang berhasil naik ke bahtera. Bahtera rekaan Hollywood berbentuk seperti Titanic versi kapal batu. Gelombang besar yang melanda dunia berhasil ditaklukkan Hollywood dengan kapal sekeras karang.

Sebagai film hiburan, jangan terlalu anggap serius film 2012. Jangan terlalu dipikirkan apakah terdapat pesan subliminasi pada film tersebut. Pada akhirnya jangan terlalu anggap serius pro dan kontra terhadap film ini. Semuanya adalah keberhasilan publisis film 2012.

Old Skuller

Friday, November 20, 2009

Gig Gossip: Firehouse Lagi, Belum Ada Jaminan Juga Sih


Lama-lama kita makin tua juga mengikuti perkembangan jadi atau tidaknya Firehouse melangsungkan perjalanan tur di Indonesia. Berita ini baru saja masuk, Original Productions kembali mengumumkan rentetan konser Firehouse masih tetap jalan di Indonesia.

Tanggal untuk Jakarta sudah ditentukan, tanggal 12 Januari 2010. Venue berpindah ke tempat lebih luas, Tennis Indoor Senayan. Untuk band tua yang punya segmen penggemar sudah pegang duit, Original seperinya percaya mereka bakal bisa mengumpulkan 3000 penonton.

Tapi...buat yang berniat menonton, jangan senang dulu. Sudah sekian kalinya, konser ini dijadwalkan ulang. Jadi belum jaminan deh.

Bagi yang sudah bayar tiket, silakan berharap.

Old Skuller

Thursday, November 19, 2009

Video Not Dead Yet: Foo Fighters - Wheels



Video klip musik rock perlu neko-neko. Cukup siapkan ruang besar, hiasi sedikit, masukkan peralatan musik dan perlengkapannya, band siap beraksi dan jadilah sebuah video klip ala musik rock. Seperti di video klip terbaru dari Foo Fighters ini. Kami mendapatkannya bagaikan a bunch of rednecks menyanyikan lagu country, bersantai, dengan diiringi Foo Fighters.

Benar deh, Wheels terdengar seperti lagu country. Yang membedakannya ini Foo Fighters dan Dave Grohl yang menyayikannya.

Old Skuller
Buat generasi muda jaman sekarang, Black Sabath dan Led Zeppelin bisa jadi hanyalah legenda yang album-albumnya tidak pernah mereka dengarkan secara penuh untuk mengetahui lebih dalam mengapa band-band tersebut layak untuk disebut sebagai legenda. Lagipula siapa juga yang sekarang masih mendengarkan satu album penuh. Lagu-lagu yang disukai langsung dikonversikan ke MP3 dan masuk ke playlist di pemutar MP3.

Untungnya Wolfmother sebagai band dari generasi muda masih membawa warisan dari legenda yang semakin tua itu. Album kedua Wolfmother masih setia mengusung sound kuno yang drumnya tidak mengenal istilah trigger. Sound gitarnya menduplikasi sound yang pernah dipopulerkan oleh para sesepuh. Secara keseluruhan, album Cosmic Egg dari kuartet Andrew Stockdale pada vocal dan gitar, Ian Peres memegang bas dan keyboard, Aidan Nemeth mengiringi dengan gitar dan Dave Atkins di belakang drum, terdengar seperti album rock tua yang diremaster.

Cosmic Egg, walaupun nama albumnya terdengar konyol, sama sekali tidak menyuguhkan kekonyolan salama 50 menit lebih di 12 treknya. Wolfmother seakan memutar mesin waktu dan menghidupkan kembali kegemilangan apa yang sekarang sering disebut sebagai classic rock.

Jika di album sebelumnya Wolfmother terdengar lebih Led Zeppelin, dalam Cosmic Egg, mereka menambahkan kronologi musik rock dengan Black Sabath dan The Beatles. Di nomor pembuka, California Queen, sangat terasa bahwa Wolfmother memuja Black Sabath dengan sound gitar downtuned dan rif berat yang kelam. Baru pada nomor ketiga, Whitefeather, kita kembali mendengar Wolfmother yang sangat Led Zeppelin. Di nomor-nomor bertempo lambat, bahkan Wolfmother menyenandungkan harmoni ala The Beatles dengan tambahan rif gitar yang berat dan ketat.

Album kedua Wolfmother ini menunjukkan peningkatan performa mereka. Cosmis Egg adalah album lebih enak untuk dinikmati dibandingkan album pertama mereka yang dilabeli sama dengan nama grupnya. Nomor-nomor yang tampil di album ini lebih mudah masuk ke dalam telinga, bahkan sambil leyeh-leyeh sekali pun.

10,000 Feet menjadi salah satu favorit Old Skuller. Hampir mengingatkan kepada Kashmir, lagu ini memiliki riff tebal mengiringi alur vokal paten yang membuat Old Skuller menyembah-nyembah. Cosmic Egg, judul lagu yang konyol tapi sungguh hasilnya sangat eksplosif, juga menjadi nomor favorit. Kalau Led Zeppelin lebih ngerock inilah hasilnya. Tendangan bass drum yang lebih kecang masuk bareng dengan riff yang memuncak. Perasaan ini terasa terguncang.

Pelajaran sejarah musik rock ini sudah dipastikan menjadi salah satu album terbaik di tahun 2009. Bahkan termasuk dalam album terbaik dekade 2000-an.

Old Skuller

Review Album: Shadows Fall - Retribution


Universal Music Indonesia termasuk cukup berbaik hati dengan penggemar metal di Indonesia. Sementara rilisan mteal semakin kering terlihat di display rak tok CD, rilisan UMI yang diambil dari Spinefarm Records cukup memberikan perbedaan di antara yang kebanyakan.

Sebagai penghargaan L@L kepada UMI, kami mengambil album Shadows Fall terbaru, yaitu Retribution untuk kami tulis reviewnya sekarang ini. Shadows Fall adalah band metal khas Amerika yang sekarang sering disebut juga sebagai modern metal, atau dengan kata lain kebingungan media untuk memberikan kategori.

Band yang berformat standar: satu vokal, satu drum, satu bass, dan dua gitar; jatuhnya menjadi tidak terlalu thrash, jauh dari death metal, mirip-mirip Gothenburg, sesekali terdengar metalcore, dan kadang punya momen old school hardcore. Segalanya serba di antara.


Tapi bukan karena segalanya serba di antara, Shadows Fall tidak bisa menyajikan metal yang solid. Mengumbar lick dan riff melodik tanpa harus menjadi melembek, metal yang mereka bawakan tetap bertenaga dan menderu. Brian Fair yang mengisi posisi vokal juga bukan pajangan. Dia bertanggung jawab penuh untuk menyakinkan pendengarnya dengan lirik yang positif. Untuk memastikan pesannya sampai ke pendengar, Brian Fair memilih vokal dengan pendekatan, sekali lagi, diantara vokal bersih dengan mengeram.

Trek pembukanya, The Path to Imminent Ruin, yang berupa petikan gitar akustik, memberikan gambaran bahwa album ini akan lebih mengumbar harmoni melodik. Selanjutnya mereka menggenjot dengan tegangan tinggi, nomor-nomor cepat yang tidak memberi kesempatan bagi berhenti menghantamkan kepalanya.


Duet gitar Jonathan Donais dan Matt Bachand memberikan nilai tambah. Kolaborasi mereka menghasilkan melodi padu dengn tingkat kepejalan tinggi. Serta solonya (betapa kami sangat menginginkan lebih banyak solo) tidak dapat dibilang asalkan suara gitar berjalan melejit sendirian. Solonya dimasukkan di waktu tepat sehingga memberikan efek woa pada mulut pendengarnya.

Retribution adalah album yang bisa dibilang bagus karena cukup memenuhi kebutuhan akan metal yang baik. Tapi ini bukanlah album yang akan menjadi klasik, jadi jangan minta sesuatu yang berlebihan. Untuk penggemar metal yang mencari CD dengan harga Rp 75 ribu, Retribution adalah pilihan yang tepat.

Old Skuller

Video No Dead Yet: Dream Theater - Wither



Walaupun Dream Theater band progresif, tapi videonya tidak ada yang progresif. Semua video klip mereka ada di area: ini pernah dilakukan oleh yang lainnya. Termasuk video klip Wither ini yang mengumpulkan potongan klip dari perjalanan tur mereka di manca negara.

Di menit 4:52, Old Skul
ler hampir tidak bisa percaya. Semua personil Dream Theater berpose dengan seorang fan yang membawa bendera merah putih. Kalau bukan bendera Indonesia, maka ini adalah bendera Monako. Tapi dari tampangnya sepertinya ini orang Indonesia.

Terdapat hal lain yang melintas saat melihat bendera merah putih di video klip ini:
1. Dream Theater tidak pernah melangsungkan konser di Indonesia, karena itu pasti ini diambil di negara lain.
2. Mike Portnoy dan John Myung pernah melakukan klinik di Indonesia, sehingga seharusnya mereka tahu banyaknya fans di Indonesia, tapi konser mereka di sini tidak pernah kejadian, entah kenapa tidak tahu. Hanya promotor Indonesia yang pernah mencoba mendatangkan mereka yang tahu sebabnya.
3. Dream Theater dan Indonesia memiliki hubungan yang membingungkan. Kalau mereka tidak berkeinginan untuk manggung di Indonesia, mengapa mereka memasukkan potongan klip ini ke dalam video klipnya? Apakah mereka mencoba menyampaikan pesan? Apakah mereka menyindir Indonesia?

Bagaimanapun, Old Skuller sangat menyukai Dream Theater, dan akan tetap begitu.

Old Skuller

Wednesday, November 18, 2009

Video Not Dead Yet: Colette Carr - Back It Up



Jangan dengarkan lagunya. Ini jelas penghinaan terhadap selera musik. Colette Carr pastilah bukan rapper. Dia hanyalah seseorang yang ingin juga mengambil untung dari pasar yang seleranya semakin tidak jelas.

Tapi videonya patut untuk ditonton. Tidak benar-benar suatu yang baru. Poin yang patut kami beri nilai adalah penyanyinya nekad untuk bermuka jelek dalam video klip ini, padahal ini video klip pertamanya. Walaupun ada juga scene yang memperlihatkan wajah sebenarnya dari Colette Carr.

Seperti dari awal kami bilang, ini bisa menjadi hit. Jadi salahkan lah pada dunia.

Hip Master

Video Not Dead Yet: 50 Cent - Baby By Me



Semua orang juga sudah tahu, 50 Cent, termasuk artis hip hop paling kaya. Apalagi dalam banyak, atau semua videonya, dia mempertontonkan gaya hidupnya. Jas sutra licin, mobil super mewah dan dikelilingi banyak wanita. Karena itu kami tidak perlu lagi melihat kekayaan 50 Cent yang lain di video yang lain.

Terlepas dari liriknya, yang mana sekarang ini para artis hip hop semakin meningkatkannya ke level yang tidak bisa semakin kami mengerti, Baby By Me memiliki beat yang memikat. Ne-Yo sepenuhnya menyelamatkan lagu ini dari kebosanan mendengarkan 50 Cent yang menggumam.

Kalau saja nomor ini dibawakan oleh rapper lain, kami tidak akan keberatan, selama beat asik dan Ne-Yo masih ada di dalamnya.

Kembali ke video, dengan kekayaan yang dimilikinya seharusnya 50 Cent bisa membuat video lebih baik yang lebih pintar dan cutting edge. Daripada membuat kami iri melihat baju bagus dan kemampuan dia menghabiskan uang.

Hip Master

Tuesday, November 17, 2009

Layar Perak: Kontroversi 2012 = Promosi Penglaris

Tidak kurang sampai yang terhormat Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan komentarnya terhadap beredarnya film 2012 yang menyinggung tentang kemungkinan berakhirnya dunia di tahun 2012. Selain itu, media juga semakin memanaskan keadaan dengan mengeluarkan hasil interview dari beberapa orang yang dikenal, ada yang pro dan ada yang kontra.

Kami sendiri sebenarnya malas menonton 2012. Dengan semakin serunya kontroversi ini, kami menjadi semakin malas. Sejauh ini kami tidak melihat korelasi kontroversi pro dan kontra dengan stimulasi untuk menonton 2012.

Bagi banyak orang, kontroversi yang timbul justru memicu mereka untuk menontonnya segera. Antrian membeli tiket semakin mengular. Apalagi MUI sudah berkomentar. Jangan-jangan sebentar lagi film ini diturunkan dari bioskop.

Dari awal promosi film ini memang untuk menarik kontroversi. Berbagai buku tiba-tiba terbit membahas 2012. Beberbagai acara televisi muncul menceritakan tentang akhir dunia. Semua itu berujung kepada keberhasilan tim publisis 2012.

Kami, yang sudah keseringan nonton film, tidak bisa lagi ditipu dengan gaya promosi seperti ini. Mau seheboh apa pun promosinya, kami yakin film dari Roland Emerich ini tidak akan memberikan sesuatu yang lebih kecuali efek visual, yang hampir semua film Hollywood juga menggunakannya. Ingat The Day After Tomorrow. Ingat 10.000 BC. Masih ingat betapa kita menyesal menonton film-film tersebut. Belajarlah dari pengalaman.

Satu hal yang sebaiknya menjadi kontroversi dan diprotes seharusnya adalah: Roland Emerich, berhentilah membuat film mahal yang buruk. Atau berhentilah sama sekali menjadi sutradara.

Hip Master

Video Not Dead Yet: Sang Pemimpi - Gigi



Belakangan ini, video klip Indonesia kelihatanny terjadi stagnasi. Tidak banyak berubah dan belum ada lagi terobosan yang dibuat oleh sutradara video klip.

Termasuk title track dari OST Sang Pemimpi yang dibawakan oleh Gigi. Video klip dari suatu soundtrack lebih sering terlihat terbagi dua, saat si artis menyanyi dan potongan dari klip film. Belum ada terobosan dari Indonesia untuk membuat dua hal ini mulus tersambung.

Kelihatannya produser film Indonesia masih belum berani mengambil tindakan seekstrem itu. Mengurangi porsi potongan klip, dan memasukkan unsur film ke dalam video klip. Mereka masih melihat video klip ini sebagai cara ampuh untuk mempromosikan filmnya, ya lewat potongan klip itu. Kalau misalnya dalam video klip cuma ditampilkan elemen-elemen kecil yang nantinya akan mengarah kepada film itu sendiri, misalnya Gigi menaiki kudanya Jimbron dan para pemain Sang Pemimpi tidak pernah terlihat, mungkin juga masyarakat kita di Indonesia masih belum siap betul untuk hal seperti ini. Tapi kalau nggak dimulai, kapan mulai pintarnya juga ya. Apalagi sekarang jaman mulai kepada arah pembodohan lagi.

Gigi sendiri di lagu ini menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan lagu-lagu terakhir mereka yang dibuat sebagai single dan video klip. Tapi masih bukan Gigi yang pernah kita tahu sebelumnya.

Not-so-pink Chick

Monday, November 16, 2009

Tayang Televisi: Metal di Acara Talkshow



Kami masih merasa aneh melihat satu band metal menyanyikan atau membawakan satu lagu di tayangan talkshow televisi yang hostnya memakai dasi. Sebera besar nama band metal tersebut, masih terasa aneh saja kelihatannya.

Lihat saja video ini. Mastodon, band metal yang sepenuhnya kami rekomendasikan untuk didengar dan rilis lokalnya sudah dikeluarkan oleh Warner Music Indonesia, menyumbangkan satu lagunya di Late Night Show with Jimmy Fallon.

Bayangkan Burgerkill di panggung Kick Andy. Karena ini belum kejadian jadi tentu saja kami tidak menemukan link ke clipnya.

Old Skuller

Friday, November 13, 2009

Review Album: Mika - The Boy Who Knew Too Much


Publik dan media selalu senang mengkotak-kotakkan musik. Tidak hanya dari genrenya saja, tapi juga sampai jenis kelamin. Ada musik yang untuk laki-laki, perempuan dan juga...gay.

Cher adalah penyanyi solo perempuan yang kabarnya banyak fansnya adalah gay. Sedangkan dari sisi ring lelaki ada Mika. Gaya flamboyan dan vokal falsetonya sering dikait-kaitkan dengan jenis musik yang banyak disukai oleh kaum penyuka sejenis.

Tapi ini tidak menghalangi kami di L@L untuk mengeksplorasi album terbaru Mika, The Boy Who Knew Too Much. Senangnya, keberanian kami terbayar lunas.

Penyanyi solo dari London ini membuka album dengan pop anthem yang menghentak. We Are Golden adalah pernyataan bahwa semua lagu dalam album ini akan sama menariknya dengan lagu pembukanya. Berikutnya kami diberondong dengan pop dance manis yang membuat kami ingin sekali lagi, sekali lagi dan sekali lagi memutar ulang seluruh albumnya. Rain tentu saja termasuk andalan yang sekarang sedang digeber di banyak stasiun radio.

Nomor-nomor baladanya juga sehalus perilaku Mika. I See You dan By The Time adalah nomor teramat manis yang bergerak pelan merasuk ke dalam hati. Album ini ditutup dengan nomor pedih Pick Up Off The Floor, melengkapi kebisaan Mika untuk bergerak di nomor dance penuh pesta sampai ke rintihan menggaruk-garuk lantai.

Untuk menjadi album pop baik memang memerlukan kerja yang teramat keras. Di sepanjang album, Mika memberikan kesederhanaan, sekaligus punya daya tinju yang teramat kuat. Semuanya konsisten dihadirkan dari awal album diputar sampai habis.

Album kedua Mika ini termasuk album terbaik yang pernah kami dengar sepanjang tahun ini. Sebagai album pop, maka album ini punya nilai lebih, karena seperti biasa tidak banyak album pop yang bagus.

Kembali ke paragraf awal, kalau dibilang Mika untuk gay, maka biarlah kami menjadi gay. Karena this album is so damn good.

Hip Master

Daftar Penting Gak Penting Gitu Deeeh: Ikon Horor Paling Serem Di Indonesia

Kita tidak menutup mata saat Freddy Krueger, Jason Voorhees dan Michael Myers muncul di layar besar dalam bioskop yang gelap. Kita masih paling takut dengan teror dari hantu gentayangan dan sosok seram dari mereka yang bisa berbahasa Indonesia. Kita punya segudang sosok seram dalam negeri yang terus dieksploitasi oleh industri film lokal.

Menyambut hari Jumat tanggal 13, berikut nama-nama yang sanggup menakut-nakuti para penonton film Indonesia sehingga membuatnya takut untuk kencing sendirian keluar dari studio bioskop dan terus terbawa mimpi sampai satu bulan penuh.

6. Arwah Penasaran
Banyak yang percaya bahwa mereka yang mati dengan meninggalkan dendam, maka arwahnya akan gentanyangan sampai rasa penasaran mereka tertuntaskan dengan membasmi orang-orang yang menzaliminya.



5. Jelangkung
Jangan coba-coba melakukan permainan maut ini. Sudah banyak korbannya berjatuhan. Walaupun bentuknya seperti mainan orang-orangan, tapi setelah dibacakan mantranya, maka setan akan merasukinya dan terus menghantui sampai dibawa kembali ke tempat asalnya. Datang tak diundang, pulang tak diantar.



4. Suster Ngesot
Legenda urban menceritakan terdapat satu rumah sakit yang dihuni oleh setan bersosok suster yang jalannya ngesot. Kabarnya Suster Ngesot masih belum berhenti melakukan penampakan. Hati-hati kalau terpaksa harus di sebuah rumah sakit tua. Jangan-jangan itu tempat Suster Ngesot berada.



3. Pocong
Hantu ini bangkit dari kubur dengan membawa sekalian apa yang melekat di badannnya, kain kafan putih dengan ikatan di kepala.



2. Kuntilanak
Hantu perempuan paling legendaris, sering disebut juga sebagai sundel bolong, yaitu versi lain dari kuntilanak dengan punggung berlubang. Memakai baju putih sampai kaki, rambut panjang dan tawa kikikan yang membuat merinding, Suzanna membuat mereka pemeran lain kuntilanak terlihat seperti Freddy Krueger.



1. Dara
Ikon horor paling mutakhir dari Indonesia. Jangan terlalu senang kalau tiba-tiba kita diundang ke rumah oleh seorang cewek cantik. Bisa jadi yang punya rumah adalah nyonya besar yang haus dengan darah. Dara is the mother of all evil.



Hip Master

Layar Perak: Berurai Air Mata di Emek Ingin Naik Haji



Bukan cuma di Lebaran saja, produsen film merilis film-film yang jadi andalan. Mizan dengan cerdik memanfaatkan momen Lebaran Haji untuk meluncurkan film terbarunya Emak Ingin Naik Haji.

Terus terang ini trailer yang bagus. Dalam durasi singkat kita tahu cerita seperti apa yang akan kita tonton. Sekaligus kita juga tahu, penonton akan dikuras air matanya, menangis sesenggukan di dalam bioskop. Sebagai film yang Islami, masukkan sedikit lah khotbah dari Aa.

Kami prediksikan, kalau saja penonton Indonesia tidak semakin mengetatkan ikat pinggang, film ini akan laku keras. Bakal jadi saingan beratnya Sang Pemimpi. Bagai kuda hitam, mencoba menyalip di tikungan terakhir.

Not-so-pink Chick

Whatever: Orianthi Lagi



Buat mereka yang belum benar-benar percaya this lady benar-benar bisa bermain gitar, check out this video. Orianthi membuka konsernya Steve Vai. Steve Vai ladies and gentlement. The god of guitar himself.

Not-so-pink Chick

Video Not Dead Yet: Orianthi - According To You



Terdengar seperti Demi Lovato. Setelah sampai ke bagian solo gitar, I would say, "Demi, you are way out of her league."

Yup, Orianthi adalah pemain gitar di konser This Is It dari mendiang Michael Jackson. Sebagai seorang legenda yang pernah menggamit gitaris ternama: Eddie Van Halen, Slash dan Steve Stevens, pilihannya ke Orianthi pastilah bukan sembarangan.

This video also made me laugh. Fret gitar yang berada di tengah layar menyindir game Guitar Hero. Orianthi memproklamirkan kepada dunia, begini seharusnya bermain gitar, bukan hanya memencet tombol di gitar mainan.

Poster Steve Vai dan Jimmy Hendrix di dalam video ini memberikan pernyataan kepada publik, khususnya mereka yang menyepelekan terlebih dahulu tanpa mendengar lebih dalam karena Orianthi seperti terlihat copyan Demi Lovato, cewek ini bisa main gitar. Check out the solo part, she is shreding!

Senang mendengar ada solo gitar yang cukup gemuk di dalam video manis ini. Kami sudah mendapatkan CDnya, dan kami akan kembali dengan review.

Not-so-pink Chick

Thursday, November 12, 2009

Album Review: Children Of Bodom - Skeletons In The Closets


Segala bayangan liar perkembangan metal yang pernah ada di pikiran kita cepat atau lambat pasti akan terjadi. Menggabungkan rap dan metal, terjadi. Memasang vokal bergaya opera di tengah hentakan metal, terjadi. Mengkombinasikan deathcore dengan elektronik, juga bisa terjadi. Memasukkan keyboard dalam rif gitar yang melodik serta memainkannya bagaikan shreding dalam solo, Children of Bodom sudah melakukannya 12 tahun lalu lewat album debutnya, Something Wild. Dan Children of Bodom masih yang terdepan di genre yang sering disebut sebagai melodic death metal dengan keyboard yang masif.

Di rentang karir mereka selama 12 tahun, band dari daratan dingin Finlandia ini, banyak merekam lagu-lagu cover. Versi cover dari Children of Bodom ditempatkan sebagai lagu bonus dan side B. Beberapa lagu orang yang dibawakan kembali oleh Children of Bodom sempat menghangatkan forum diskusi di Internet. Karena di banyak negara nomor tersebut tidak dirilis, maka lagu cover ala Children of Bodom bersliweran di Internet bagi mereka penggemarnya yang penasaran. Bayangkan seberapa penasarannya bagi penggemar untuk mendengar Oops!...I Did It Again dari Britney Spears (apalagi kami di L@L yang menyukai Britney) direkam ulang dengan gaya melodic death metal.

Skeletons In The Closet mengumpulkan lagu-lagu berserakan itu ke dalam satu album. Album ini menunjukkan bahwa Children of Bodom, atau lebih tepatnya Alexi Laiho sebagai frontmannya, mendapatkan pengaruh, memiliki selera musik dan selera humor yang luas. Terdapat di dalamnya lagu-lagu dari band punk, hair metal, thrash metal sampai pop yang paling manis.

Karena direkam di berbagai kesempatan, sound yang keluar tidak semuanya seragam. Yang pasti, dalam semua lagu yang direkam, Children Of Bodom menyematkan tanda tangannya sehingga terdengar seperti layaknya lagu mereka sendiri.

Bagi mereka yang selama ini hanya punya kesempatan mendengar cover Britney, kini penggemar bisa mendengar lebih banyak cover dari Billy Idol, Andrew WK, Ramones, Sepultura, Slayer, Iron Maiden, Alice Cooper dan Poison. Selain lagu-lagu lama, Children Of Bodom memasukkan trek yang baru cover dari Pat Benatar, Suicidal Tendencies dan Anthrax. Well, sebenarnya bukan benar-benar dari Anthrax karena Antisocial adalah cover dari Trust. Tapi Children Of Bodom mengambil versi cover dari Anthrax untuk dicover.

Pesan kami, jangan terlalu ambil pusing saat mendengarkan album ini. Seperti kami bilang sebelumnya, Alexi Laiho punya selera humor yang luas. Santai saja. Metal juga bisa santai kan?

Old Skuller

Wednesday, November 11, 2009

Album Review: Marie Digby - Breathing Under Water


Setiap generasi punya masanya menggila-gilai penyanyi solo perempuan muda yang melantunkan lagu-lagu cinta mengiringi petualangan romansa mereka. Mulai tahun 80-an, pola ini lebih terbentuk. Tiga dekade sudah dilewati, produk pop dengan identitas ini masih ada tanpa banyak berubah.

Musik sejenis ini bukanlah dari mereka yang menciptakan evolusi pop. Mereka bukan yang tiba-tiba melakukan lompatan jauh, seperti JT dari Nsync ke album solo dan menuju album solo berikutnya. Penyanyi solo perempuan candy pop tidak terlalu pusing untuk merubah tatanan musik. Yang mereka perlu bawa adalah keceriaan dan sedikit kebingungan dalam hidup penuh cinta.


Marie Digby dalam album Breathing Under Water jelas mengadopsi formula lama yang pernah berhasil di dekade 80-an dan 90-an. Beri permen yang manis dan semut-semut akan datang.


Materi Breathing Under Water dan sampul albumnya menunjukkan Marie Digby memiliki modal untuk menjadi diva remaja, baik dari sisi keapikan lagu dan penampilan fisik. Tetapi pendekatan yang dilakukan Marie Digby terlalu sederhana sehingga tidak cukup mampu mendobrak remaja kebanyakan yang terus dicekoki banyak produk.


Avalanche adalah single yang paling menarik perhatian. Chorus catchy masih menjadi andalan yang tepat sasaran. Sedangkan 12 lagu lainnya, walaupun tidak buruk, bahkan sebenarnya bagus, tidak mampu untuk menarik perhatian.

Pilih saja secara acak lagu yang terdapat di album ini. Mereka memberikan tingkat ketenangan yang sama. Buat mereka yang suka hidup tenang dan monoton, mereka akan cari aman dengan menikmati lagu-lagu tenang yang kata mereka dapat membelai jiwa.

Padahal yang diperlukan bagi kami adalah kemampuan lagu atau album untuk membuat kami terdiam sejenak dan berkata, "siapa nih?" Aransemen yang dijajarkan terlalu sederhana, sehingga potensi membuat hook tidak tercapai. 13 lagu yang didengarkan seperti angin tipis yang membuat kami mengantuk, belum sampai tertidur. 13 Lagu dengan unsur ketenangan yang sama bukanlah pilihan yang baik. Paling tidak seharusnya terdapat dua atau tiga lagu yang lebih sedikit berani. Yang kami perlukan hanya sedikit lebih, tidak harus banyak-banyak.

Tampaknya masterpiece dari Marie Digby masih cover Umbrella dengan gitar akustik.

Hip Master

Video Not Dead Yet: Pink - I Don't Believe You



Di tangan Pink, lagu yang biasa saja bisa menjelma menjadi istimewa. Pink adalah solois perempuan yang layak mendapatkan respect. Lagu sedih I Don't Believe You semakin menyayat ketika Pink mengerahkan segala emosinya. Perempuan satu ini memang berbeda. Dengan attitudenya, yang juga tercermin di topik lagu-lagunya, Pink adalah kiblat dari solois perempuan lain yang juga menonjolkan attitude. Lily Allen dan Katy Perry adalah titisan Pink dalam format pop yang berbeda.

Eeeee.....videonya? Biasa aja sih.

Not-so-pink Chick

Barang Baru: Rihanna - Rated R


Kami tidak terlalu tertarik dengan single baru Rihanna, yaitu Russian Roulette. Berirama tanpa pelan, kami selama tiga menit menunggu hook yang tidak kunjung datang. Single ini akan termasuk dalam album barunya, Rated R, yang akan diluncurkan November ini.

Satu lagi berita yang berhubungan dengan album ini dan juga tidak terlalu menarik adalah peluncuran Rated R akan menggandeng Nokia. Produsen telepon mobile dari Finlandia ini akan menyiarkan langsung lewat Internet, konser Rihanna yang akan membawakan beberapa lagu dari album terbarunya. Setelah menonton U2 lewat YouTube, tawaran konser gratis Rihanna lewat Internet ini kelihatannya bukan sesuatu yang menarik bukan?

Nokia sepertinya punya rencana untuk mendapatkan sedikit porsi dari penjajaan musik lewat Internet. Teleponnya nanti juga akan disertai layanan musik. Well, bukan barang baru. Nokia sebenarnya sudah mencobanya dari dua tahun lalu, tapi terus tenggelam ditelan merek yang bergambar apel.

Nokia dan Rihanna, tidak menjadikannya lebih menarik.

Hip Master

Video Not Dead Yet: The Black Eyed Peas - Meet Me Half Way



Hanya The Black Eyed Peas yang masih mampu membuat video mewah di tengah kondisi ekonomi seperti sekarang ini. Sebagai ciri dari video hip hop, dengan noraknya mereka memasang title Meet Me Half Way, tepat di tengah layar. Seakan-akan ini adalah feature film yang dibuat oleh mereka.

Untuk video ini BEP menyewa properti besar seperti gajah, membangun setup studio, layar hijau dan efek visual. Cukup mewah bukan? Lagipula lagu bagus perlu digambarkan dengan cara yang mahal. Dan hanya BEP yang punya banyak uang untuk melakukannya.

Satu hal yang juga penting, Fergie masih kelihatan cantik. Selama Fergie masih kelihatan cantik, tiga lelaki anggota BEP lainnya tidak penting.

Yang didapat dari video ini adalah: norak+mewah+mahal+Fergie.

Hip Master

Video Not Dead Yet: Kesha - Tick Tock



Tren 80-an masih belum berakhir. Tick Tock dari Kesha membawa keceriaan pesta 80-an ke tingkatan selanjutnya. Dari awal sampai akhir perasaan bergelombang yang muncul adalah ingin segera berpesta di malah hari sampai subuh. Dari awal sampai akhir lagu ini mudah diikuti. Ini adalah lagu klasik 80-an yang muncul di akhir 2000-an.

Hampir semua elemen pesta ada di video ini. Budget yang kecil, kaos sabrina warna pastel, jeans robek, b-boys, dan oh no...tape besar itu muncul lagi untuk digendong-gendong. Om-om kita yang berpesta berat di tahun 80-an kini bisa merasa bangga.

Hip Master

Tuesday, November 10, 2009

Review Album: Pearl Jam - Backspacer


Pertanyaan yang timbul saat pertama kali memegang album terbaru dari Pearl Jam ini di tangan adalah apakah Backspacer masih bisa mengikuti selera anak muda? Kemudian kami kembali berpikir, Pearl Jam tidak pernah peduli dengan selera. Pearl Jam seharusnya selalu lebih maju daripada jamannya.

Terus terang kami memutar CD ini dengan penuh kekhawatiran. Apakah mereka sudah terlalu tua untuk kita dengarkan? Album Ten terdengar sangat keren ketika kami masih bercelana pendek dan Om kami menyodorkan sekeping CD sambil berkata, "Dengarkan ini untuk membuat masa muda kalian lebih memberontak." Nyatanya memang iya. Walaupun kami terlambat untuk menyimak Pearl Jam, tetapi sound 90-an masih terdengar modern di kuping kami. Selanjutnya kami menempatkan Pearl Jam sebagai dewa yang tidak bisa diutak-atik posisinya, baik dari sisi musikalitas maupun dilihat dari pemberontakan mereka melawan kemapanan.

Kemudian Om kami yang tumbuh bersama Pearl Jam sekarang sudah semakin sibuk dengan pekerjaannya dan berpakaian rapi setiap pagi ke kantor. Tidak ada bekasnya kalau Om kami pernah memberikan pernyataan yang membuat kami seperti disambar geledek.

Hal yang berputar di sekeliling kami membuat kami menjadi bertanya-tanya apakah Pearl Jam juga turut berputar? Yang berarti menyerahkan jiwa kepada setan untuk membuat lagu hit sekali dengar dan kemudian dilupakan.

Ada rasa yang berubah di keseluruhan album ini. Got Some membawa kami kembali ke lagu terenyah yang terdapat di album Vs. Johny Guitar menyalak galak mengingatkan bahwa Pearl Jam belum mati. Gonna See My Friend dan The Fixer adalah lagu-lagu awal yang memberikan peringatan untuk bersiap-siap mendegarkan yang berbeda dari Eddie Vedder dan kawan-kawan.

Backspacer terasa lebih santai dibandingkan dengan album-album mereka sebelumnya. Kalau pada trilogi awal, kami perlu untuk mengunyahnya lebih lama agar musiknya semakin menghujam di dalam kepala, kali ini tidak. Konteks penyelewengan rumusan industri musik hanya terasa sedikit sebagai bumbu identitas grup dari Seattle ini.

Dalam pembelaan kami, Pearl Jam sangat ingin menyindir bahwa lagu yang renyah tidak harus dibuat polos telanjang untuk dapat didengar oleh kuping sekarang. Musik harus tetap memiliki identitas agar kuping sedikit dipaksa untuk mengeksplorasinya lebih jauh.

Backspacer menjadi usaha yang terlalu berani, bukan dalam bentuk eksplorasi tapi lebih kepada mendekatkan diri pada pasar yang sudah berganti generasi. Dan bencinya lagi, kami menyukai keberanian mereka.

Not-so-pink Chick

Gig Gossip: Rain Deras Di Bulan Desember



Memang cocok mendatangkan Rain di bulan Desember. Kalau Jakarta tetap kering di tanggal 3 Desember nanti, Rain akan membuat para fansnya mengalir deras ke arena pertunjukan Jitec di Mangga Dua Square. Superstar dari Korea ini akan mengharu biru penggemarnya yang dikenal sangat fanatik. Sudah bisa dipastikan akan ada jeritan keras setiap Rain bergerak. Apalagi kalau pada kesempatan nanti Rain membuka bajunya dan menggoyang badannya di bawah aliran air.

Pertunjukan dari daratan kuning akan berbeda dengan penampilan dari artis daratan Amerika dan Eropa. Saat para penampil bule makin mempersingkat waktunya dengan set minimum, justru para artis kuning tampil pol-polan memberikan hiburan penuh tanpa penontonnya pulang dalam keadaan tanggung.

Akan ada koreografi lengkap beserta rombongan penari penggiringnya. Kostum yang akan disandang juga bukan hanya sekedar untuk dipakai. Semuanya akan memuaskan mata.

Apalagi penontonnya harus menebus tiketnya dengan harga tinggi. Paling mahal Rp 3 juta dan paling murah Rp 750 ribu.

Hip Master

Gig Gossip: Amon Amarth Batal Sebatal-Batalnya

Selain penundaan, akhir tahun ini juga diwarnai dengan pembatalan jadwal konser. Tadinya band viking metal ini akan mengobarkan perang di Jakarta pada 1 Desember. Tapi karena berbagai pertimbangan, Amon Amarth membatalkan pertunjukannya di Jakarta.

Sebenarnya tidak diketahui pasti sebab musababnya. Tapi kalau melihat dalam kurang dari satu bulan, sedangkan persiapan promosi belum terlihat, maka pihak promotor daripada rugi lebih baik membatalkannya.

Khalayak metal janganlah kecewa. Sampai akhir tahun ini sitirahatlah dari konser impor. Kalau masih ingin menikmati konser, datanglah ke konser underground lokal. Tahun depan pasti akan lebih metal lagi daripada tahun ini. Beberapa nama sudah muncul, dan beberapa nama sedang dihembuskan.

Karena batal, tidak ada gambar untuk posting ini.

Old Skuller

Monday, November 9, 2009

Gig Report: Arch Enemy

Kalau butuh satu kata buat menjelaskan konsernya Arch Enemy minggu lalu di Jakarta: Anjriiiiiiit! Buat mereka yang tidak datang untuk memenuhi tenis indoor stdion malam itu: Menyesallah!

Tanpa terlalu memperhatikan Melody Maker sebagai band pertama yang naik panggung dan Psycroptic yang pol-polan tapi maaf kami tidak tahu lagu-lagunya - jadi kami lebih sibuk ngobrol - kita langsung saja melaporkan penampil utama yang ditunggu-tunggu, Arch Enemy.

Di depan penonton yang jumlahnya tidak sebanyak konser Lamb Of God, band melodic death metal dari Swedia tetap memberikan sajian yang memuaskan. Dari nomor pembuka, Blood In Your Hands, kami sudah merangsek maju untuk lebih dekat dengan empat laki-laki dan satu perempuan yang menguasai panggung.

Hilang sudah kekhawatiran kami Arch Enemy bakal setengah hati naik panggung di Jakarta, karena malam sebelumnya sampai sore menjelang waktu konser, kami mendengar berita bahwa mood mereka sedang tidak baik. Daniel Enlarson dengan disiplin menjalankan tugasnya di belakang set drum pearl. Walaupun fisiknya tidak terlihat lengkap dan tidak pernah keluar dari sarangnya, tetapi suara yang keluar dari gebukannya terus membekas di penonton yang hadir malam itu. Sharlee D'Angelo bukanlah model pemain bas yang tenang berada di kegelapan panggung. Sharlee maju ke depan, dan menggila bersama personil lainnya yang berada di garis depan.


Ammot bersaudara, Michael dan Christoper adalah pusat perhatian di sisi kiri kanan panggung. Kocokan gitarnya tidak berhenti mebuat penonton terkagum dan fingering di atas papan fret adalah yang diperlukan oleh penonton untuk menyaksikan bukti dari banyaknya pujian yang telah disematkan pada duo gitaris bersaudara ini. Sesekali Michael menghampiri Christoper, atau mereka berdua berada di sisi tengah panggung saat solo mereka bersautan atau sedang membuat harmoni melodi.


Tentu saja perhatian malam itu lebih banyak dialamatkan pada vokalisnya, Anggela Gossow, sebagai salah satu fonted female yang paling populer saat ini. Angela dengan gagah meraung membuktikan bahwa vokalnya bukanlah olahan studio, tapi juga sanggup terdengar garang di atas panggung. Bahasa tubuh perempuan bertubuh langsing ini juga suatu tontonan yang menyedapkan mata. Setiap rif dan solo diikuti dengan gaya yang menerjemahkan lagunya.

Nomor-nomor yang dibawan oleh Arch enemy bukanlah jenis metal yang menghasilkan moshpit dan circle pit setiap saat. Trek-trek yang didominasi oleh kecepatan seperti Ravenous, Diva Satanica dan Nemesis menghasilkan pit yang paling besar dan paling buas.

Tapi tidak berarti nomor-nomor yang memiliki kecepatan medium tidak ditanggapi panas oleh penonton. Dengan nama besar dan penggemar fanatik, setiap melodi dari setiap trek dikumandangkan oleh penonton dari bawah panggung mengiringi sayatan Ammot bersaudara. Ini membuat nomor seperti I will Live dan We Will Rise menjadi nomor yang lebih bertenaga saat dibawakan secara langsung.


Dari awal sampai akhir, konser Arch Enemy adalah konser yang memuaskan secara visual dan audio. Aksi panggung mereka habis-habisan dan sound sistemnya tidak mengecewakan. Ini termasuk dalam salah satu konser terbaik tahun ini.

Buat promotornya, Solucite, kami selalu mendukung. Bawa lebih banyak metal ke negeri ini. Atau sekalian bikin festival.

Not-so-pink Chick

Gig Gossip - Java Musikindo Makin Berisik Dengan Membawa Bring Me The Horizon


Baru saja kami mendapatkan konfirmasi bahwa Java Musikindo akan mendatangkan band nan berisik asal Inggris Bring Me The Horizon ke Jakarta pada tanggal 31 Mei tahun 2010. Dengan ini, maka Java Musikindo masuk dalam jajaran promotor yang membawa band bising ke Indonesia. Bring Me The Horizn akan membawakan nomor-nomor deathcore yang dipadukan dengan sedikit punk serta elektronik.

Kami belum tahu seberapa banyak penggemar deathcore di Indonesia. Tapi dengan mesin promosi dari Java Musikindo, maka kami berharap konser ini akan lebih banyak didatangi penonton dibandingkan konser dari promotor lain yang rajin mendatangkan band berisik ke Indonesia.

Trivium bukanlah tantangan sebenarnya, karena nama mereka sudah cukup banyak dikenal. Sedangkan Bring Me The Horizon? Ini bisa menjadi kasus yang menarik. Kalau Java Musikindo berhasil membuat Stadion Tennis Indoor Senayan penuh dan mendapatkan sponsor yang layak, maka promotor lain yang mengkhususkan diri pada metal harus berani untuk menjadikannya sebagai contoh.

Penggemar metal adalah pasar yang jelas dan mereka loyal. Hanya memang memerlukan lebih usaha dan tiket yang tidak terlalu mahal untuk mendatangkan penonton.

Old Skuller
 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by