Monday, November 23, 2009

Review Film: 2012

OK, kami menjilat ludah sendiri demi atas nama pergaulan. Kami sepakat untuk tidak ikut mengantri di penayangan spesial lanjutan Twilight, yaitu New Moon yang diputar di empat studio EX XXI di Jakarta, dengan seluruh empat studionya. Pertama karena Tidak ada yang bersedia mengantri, sementara temannya yang lain berjalan-jalan di sekitar Mal, dan kedua tidak ada yang mau disalahkan kalau akhirnya perjuangan mengantri tidak menghasilkan tiket di tangan. Akhirnya kami menonton 2012.

Sebagai langkah awal, karena kami sudah mendengar berbagai cercaan terhadap 2012, kami menyetel ulang ekspektasi. Kami tidak ingin menonton film yang bagus. Misinya singkat, selama dua jam, hiburlah kami.

Penjelasan-penjelasan pendek yang ditebarkan sepanjang film, mengenai mengapa dunia tiba-tiba hancur, tidak terlalu kami hiraukan. Kunyahan pizzza kami lebih lezat daripada kemalasan penulis skenario yang tidak berusaha membuatnya lebih sains.

Kemudian kita langsung meloncat ke frame di mana bumi mulai bergonjang-ganjing. Secara tidak masuk akal, jagoan kita bersama rombongan keluarganya berhasil meloloskan diri dari keretakan bumi dan letusan besar gunung berapi, menggunakan moda transportasi mobil dan pesawat terbang.

Karena sudah jelas banyak adegan tidak masuk akal, maka kami juga mengesampingkan pemikiran negatif "tidak masuk akal." Hasilnya, kami menikmati ketegangan jagoan kita dikejar-kejar oleh bencana, dan bagaimana dia berhasil lolos dari lubang jarum. Kalau saja terdapat sedikit pikiran "tidak masuk akal, nggak banget," rasa tegang itu tidak akan muncul sekelebat pun.

Mari sekarang kita tinjau efek visualnya. Roland Emerich bukan pertama kalinya membuat film bencana dan 2012 bukan satu-satunya film bencana yang pernah ada di pasar, karena itu penggambaran terbelahnya tanah, gunung meletus dan ombak besar tsunami bukan sesuatu yang baru. Yang membuat kami penasaran adalah bagaimana bentuk bahtera yang dibayangkan oleh Hollywood. Di 2012 diceritakan bahwa umat manusia hampir semuanya tersapu oleh bencana kecuali mereka yang berhasil naik ke bahtera. Bahtera rekaan Hollywood berbentuk seperti Titanic versi kapal batu. Gelombang besar yang melanda dunia berhasil ditaklukkan Hollywood dengan kapal sekeras karang.

Sebagai film hiburan, jangan terlalu anggap serius film 2012. Jangan terlalu dipikirkan apakah terdapat pesan subliminasi pada film tersebut. Pada akhirnya jangan terlalu anggap serius pro dan kontra terhadap film ini. Semuanya adalah keberhasilan publisis film 2012.

Old Skuller

No comments:

Post a Comment

 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by