Thursday, December 17, 2009

Review Album: Rihanna - Rated R


Saat Hip Master menyerahkan CD album ini untuk direview, alis mata ini sempat naik. Gak salah, Not-so-pink Chick had to do the review? Tapi alis mata ini menurun dan kuping semakin terbuka lebar baru pada trek pembukanya saja.

Mad House adalah trek pendek yang membuka pintu pada dunia kegelapan pasca kekerasan domestik. Kalau pada album sebelumnya Rihanna adalah bad girl, di Rated R, Rihana bertransformasi menjadi dangerous lady.

Peringatan berbahaya ini tidak hanya ditunjukkan pada sampul album. Rihanna seperti seorang yang saat ini harus melewati lorong gelap untuk kemudian memuncak pada balas dendam berdarah yang tidak memiliki titik balik.

Sound studio modern yang sudah terlalu sering untuk mengeluarkan suara produk jualan, dibentuk untuk mengitari benteng kelam. Nomor balada tidak terasa sebagai balada karena tempo yang pelan membuatnya sulit untuk dibedakan.

Mereka yang mengharapkan copy paste dari album sebelumnya akan sangat kecewa. Mulai dari trek kedua, Wait Your Turn, pendengar sudah terjebak ke dalam lubang hitam yang menyedot semakin dalam. Vokal Rihanna yang berbau Jamaika dengan teliti bisa masuk ke dalam alam baru. Rockstar 101 yang juga dibesut Slash menggebuk orang-orang yang mengira Hip hop hanyalah untuk berpesta. Russian Roulette yang sempat kami tidak perhatikan di awal dirilisnya sebagai single kini dirasakan relevan dengan keseluruhan album. Russian Roulette hampir terdengar seperti power ballad paling gelap dari glam hair rock band yang tidak mungkin laku di pasar tetapi dipuja oleh penggemarnya.

Photographs yang sempat menaikkan tempo bahkan terdengar seperti cemoohan bagi mereka yang masih berharap akan ada aroma pesta di album ini. The Last Song menuntaskan bahwa album ini adalah album yang terlalu personal.

Ini bukanlah album hip hop biasa. Bukan seperti album hip hop lain yang membuat telinga bebal.

Not-so-pink Chick

Layar Perak: FFI Lewat Begitu Saja


Eh tahu-tahu FFI sudah lewat aja. Kemarin malam, FFI menobatkan film Indentitas sebagai film terbaik. Kami bukannya menentang FFI, tetapi kami bertanya-tanya mana kehebohannya?

Apalagi di jaman begini yang informasinya bak banjir bandang serta alat penyampai informasi bejibun tidak hanya lewat acara Dahsyat, FFI tidak menyisakan bau. Kami yang berada di tengah arus informasi perlu suatu kehebohan untuk menyodok perhatian.

Panitia dari FFI sendiri tidak bekerja lebih keras untuk membuat gosip dan macam-macam berita. Film-film yang dinominasikan juga adem saja menghadapi acara puncak.

Rasanya FFI punya masalah dengan citra, apalagi setelah insiden Ekskul. Padahal event ini, ditangan yang tepat bisa mendatangkan udang sekaligus mengangkat film Indonesia. Ironisnya citra adalah nama piala FFI.

Hip Master

Hidup Gaya: Gara-gara Twitter

Jejaring sosial tidak hanya jadi kebutuhan untuk bisnis saja, tapi sudah masuk ke gaya hidup. Tahun lalu, kalau tidak punya account Facebook berasa seperti yang paling kuno di dunia. Sekarang kalau tidak update dengan Twitter, maka segala gosip akan terlewat. Tapi banyak orang memperlakukan kegiatan ganti-ganti status ini terlalu serius. Sebenarnya harus tetap serius, tapi jangan terlalu ditanggapi serius.

Seperti peristiwa Twitter terheboh di Indonesia yang meledak karena kemarahan Luna Maya ke infotainment tertumpah lewat kicauan burung. Hanya 140 karakter, dan gemparlah dunia infotainment. Dasar infotainment dan penggemarnya juga, pesan pendek itu menyebar ke mana-mana dan dijadikan tayangan utama. Buat yang belum kenal Twitter, ini bisa jadi promosi gratis.

Bagaimanapun ini adalah surga dan nerakanya jaringan sosial. Surga karena bisa dapat informasi lebih cepat dari situs berita yang paling cepat, karena bisa ketemu teman lama dan kenalan dengan teman baru, serta untuk menghabiskan waktu luang daripada bengong. Neraka kalau tidak sadar dengan apa yang bisa dihadapi adalah hatethread. Saat mempostingkan sesuatu ke jejaring sosial yang telah menjadi ranah publik walaupun keberadaannya di awan, maka banyak orang yang tidak suka dengan postingan tersebut akan langsung beraksi. Reaksinya pun bisa dilihat oleh orang-orang yang lain.

Kalau tidak kuat menghadapi hatethread maka ini adalah neraka virtual. Tapi kalau sudah siap dengan komentar paling nyelekit menusuk jantung, maka biarlah berlalu. Wajar saja kan punya pendapat yang berbeda?

Tidak di Indonesia saja, di negara mana pun sama. Karena pada kenyataannya jejaring sosial tidak mengenal batas geografis. Jadi gaya seluruh dunia menghadapi jejaring sosial beda-beda tipis lah.

O iya, kami tidak mau berkomentar bahwa kalau artis sebagai sosok publik harus berlaku begini dan begitu di jejaring sosial. Karena semua orang seharusnya sadar dengan apa yang dihadapinya. Kalau tidak sadar, cepat atau lambat jejaring sosial bisa lebih jahat daripada neraka dunia.

Not-so-pink Chick

Wednesday, December 16, 2009

Review DVD: Nirvana - Live at Reading


DVD Nirvana - Live At Reading jelas memuat isi yang lebih banyak dibandingkan CDnya. Selama satu setengah jam kita melihat kegilaan Nirvana di atas panggung.

Yang dimiliki oleh Nirvana di atas panggung hanyalah set list. Di luar itu, mereka tidak punya renacana untuk tampil seperti apa. Komunikasi yang dijalin dengan penonton bahkan seperti terpaksa dilakukan karena Kurt Cobain terlalu lama mengganti gitarnya. Daripada kosong, maka Krist Novoselic menceritakan lelucon yang tidak lucu.

Dalam salah satu break antar lagu, Kurt sempat mengatakan bahwa ini akan menjadi konser terakhir mereka. Mendengar itu, Krist buru-buru mengkoreksi, bahwa konser penutup Reading festival ini adalah konser penutup rangkaian tur promosi album Nevermind, setelah itu mereka akan membuat album baru dan kemudian kembali turun ke jalan. Kurt tampak tidak sepenuh hati mendukung koreksi dari Krist, dia hanya mengiyakan saja tanpa semangat.

Pada saat tidak bernyanyi dan memainkan gitarnya, Kurt tampak seperti orang penuh tekanan dan stress. Dia sampai harus mengajak ribuan penonton di Reading untuk mengucapkan cintanya kepada Courtney Love, istrinya di rumah yang baru saja melahirkan. Pada saat itu, tekanan media begitu besar sehingga membuat opini bahwa Courtney mengganggu Kurt dan membuat banyak orang membenci istrinya.

Tapi saat mereka bertiga memainkan nadanya, walaupun tidak dalam bentuk musikalitas yang terbaik, gairah mereka begitu terasa sampai keluar layar televisi. Kurt tampak seperti orang yang bahagia selama dia bisa bermusik, tanpa harus ada embel-embel lainnya.

Sensasi konser Nirvana yang kemudian menjadi legenda ini dimulai dari masuknya Kurt didorong masuk panggung menggunakan kursi dorong, seakan dia sedang tidak berdaya. Wig panjangnya juga seperti bukan penampilan yang sebelumnya dipikir matang. Mereka melakukannya hanya agar tampak lucu saja, tanpa bermaksud untuk menjadi keren.

Konser berakhir dengan perusakan alat-alat musik di atas panggung. Bass milik Krist sudah tidak berbentuk. Dave Grohl mencerai-beraikan set drumnya. Kurt turun panggung memberikan gitarnya kepada penonton.

Selama satu setengah jam, kami sempat berharap seharusnya kami berada di tengah penonton dan merasakan energinya. Itu membuat DVD ini layak untuk dimiliki. Tidak perlu untuk mencarinya di lapak DVD bajakan untuk mendapatkan kualitas gambar yang rendah, DVD ini sudah dirilis lokal.

Sedangkan anak tanggung yang menari-nari tidak jelas saat Nirvana menggeber lagu-lagunya, itu menunjukkan selera humor mereka.

Old Skuller

Layar Perak: Avatar dan Avatar

Banyak orang salah menangkap bahwa film Avatar dari James Cameron yang akan diputar dalam waktu dekat ini adalah daptasi dari serial animasi terkenal, Avatar: The Legend of Aang. Padahal Avatar dari James Cameron adalah sepenuhnya film baru yang menceritakan eksplorasi manusia ke planet lain.

Penggemar Avatar versi animasi sempat kecewa mendengar kenyataan ini. Tapi sebenarnya film adaptasi dari serial animasi itu juga sedang dibuat menggunakan aktor manusia. Sutradaranya pun tidak kalah kelas, yaitu M. Night Shyamalan. Karena judul Avatar sudah dipakai lebih dulu, maka film ini diberi judul The Last Airbender yang memberikan penjelasan bahwa ini film tentang Aang yang memiliki kekuatan menguasai angin. Ini adalah teaser trailer dari film yang akan diputar tahun 2010.



Mana Avatar yang lebih bagus? Semoga The Last Airbender tidak menjadi Dragonball berikutnya. Semoga Shyamalan mengubah kebiasaannya dengan membuat film yang dingin. Aang seharusnya film yang ceria.

Hip Master

Tech and Ent: Demam 3D Dimulai dari Avatar


Posting minggu ini tidak bisa lepas dari akan diputarnya Avatar, film yang disebut-sebut menjadi tonggak arah baru Hollywood. Pada tanggal 18 Desember ini, kita akan melihat apakah perjudian terbesar Hollywood dapat mengembalikan modal dan meraup keuntungan besar.

Setelah lama tidak muncul setelah Titanic, sutradara James Cameron harus menunggu 18 tahun untuk memastikan filmnya yang berikut harus memiliki faktor wow yang membuat mulut penonton menganga. 3D menjadi pilihannya, format yang mengajak penonton di bioskop gelap tenggelam dalam alam buatan layar lebar. James Cameron rela menunggu selama itu untuk memastikan konsep yang dia mau dapat diterjemahkan ke layar, karena dalam kurun waktu tersebut teknologinya terus berkembang.

Film yang diperkirakan akan berdurasi lebih dari dua jam ini akan memunculkan benda, alien dan lingkungan keluar dari layar. Setelah selama banyak dekade film hanya dinikmati melalui dua dimensi saja, ditambah dengan tata suara membahana, penonton cukup puas. Kini mereka diberi sesuatu yang baru.

Walaupun sebelumnya sudah ada beberapa film berformat 3D, tetapi Avatar dijanjikan akan memberikan sesuatu yang lain. Ekspektasi yang dibangun tim pemasaran dan publikasi membuat calon penonton berharap banyak. Seperti publik yang menunggu-nunggu evolusi film saat film bersuara dan berwarna pertama kali diluncurkan. Bukan tidak mungkin, format 3D dengan cepat akan diadopsi oleh sebagian besar film nantinya. Para pelaku industri ini akan menunggu hasilnya setelah Avatar diputar.

Sebagai industri yang berusaha mengeruk profit sebesar-sebesarnya, ada kemungkinan format 3D tiak hanya akan berhenti di layar bioskop saja. Produk film harus diperluas untuk memperpanjang aliran masuknya uang. Setelah puas mendapatkan sensasi 3D di dalam bioskop maka penonton akan mencari produknya untuk dapat dinikmati di lain waktu di rumah.

Untuk saat ini, penonton akan digiring ke bioskop dulu. Teknologi 3D yang hadir di rumah masih ditahan dulu peluncurannya, walaupun di dekade sebelumnya sudah ada tayangan 3D untuk televisi. Tetapi hype 3D di rumah masih dibuat misterius.

Sampai waktunya Avatar mencetak hit besar di bioskop dan kemudian harus turun ke keping DVD, baru misteri menikmati 3D di rumah akan terkuak. Apalagi layar televisi di rumah semakin besar saja, ini membuat format 3D di rumah dapat lebih mulus masuk ke dalam ruang keluarga. Tapi untuk sementara ini, untuk menutup tahun ini, mari kita nikmati sensasi 3D di bioskop dulu.

Hip Master

Monday, December 14, 2009

Gig Gossip: Ketujuh Dalam Tiga Bulan, Java Datangkan 311


Museum Muri seharusnya sudah mulai mempertimbangkan Om Adrie untuk menerima salah satu plakatnya. Dalam tiga bulan ke depan promotor ini sudah menggenggam perjanjian dengan tujuh artis internasional untuk berkonser di Jakarta dan Bandung. Yang akan menutup kegokilan tiga bulan ini adalah band rock reggae berusia hampir 20 tahun, 311. Yeah 311 akan datang!

Tahun ini mereka masih produktif dengan mengeluarkan album Uplifter, walaupun album ini kurang terdengar. Kembali ke katalog lama, penggemarnya tentu tidak akan melupakan lagu seperti Come Original, Don't Stay Home dan cover Love Song.

Dengan rentang karir hampir 20 tahun, 311 akan menggerakkan penggemarnya para om gendut yang kekenyangan bekerja dan kaum muda yang mereasa musik mereka masih relevan. Java Muskindo mematok harga Rp 400 ribu untuk harga normal dan sebagai harga pre-sale, mereka menambahkan selera humor. Harganya Rp 311.303 yang menunjukkan 311 adalah bandnya, dan 303 merujuk pada 30 Maret, tanggal mereka akan memanaskan Jakarta.

Hip Master

Thursday, December 10, 2009

Gig Gossip: Tiket Malam Tahun Baru Terlalu Mahal


Oh my god, sudah mau tahun baru lagi. Kesempatan bagi tempat-tempat hiburan untuk menyedot uang dari mereka yang tidak terlalu peduli dengan isi hiburannya yang penting mahal dan pesta.

Hotel adalah salah satu penggelar pesta yang memasang harga tiket terlalu tinggi dengan sangat keterlaluan. Dengan memasang Kla di malam pergantian tahun, Shangri-La mengutip tiket sebesar Rp 1,5 juta per kepala. Mulia Hotel, yang tahun sebelumnya mendatangkan Boyz II Men, kali ini mengundang Tata Young dengan harga masuk plus makan malam dari Rp 2,4 juta sampai Rp 3,5 juta. Gila kan? Malam tahun baru memang beda.

Kami melihat harga sebegitu tingginya tidak sesuai dengan apa yang akan kita tonton. Set panggung akan seperti biasa. Jangan berharap akan muncul panggung megah berkonsep di depan mata.

Not-so-pink Chick

Wednesday, December 9, 2009

Video Not Dead Yet: Reckless Love - Beautiful Bomb



Glam belum mati! Di luar sana, masih bermunculan band glam baru yang tidak lagi mendapat perhatian dari label besar.

Kalau saja Reckless Love muncul 20 tahun lebih awal, Beutiful Bomb akan menjadi hit seketika dan video ini akan sering diputar di televisi.

Old Skuller

Daftar Penting Gak Penting Gitu Deeeh: 150 Lagu Terbaik Indonesia Yang Tidak Semuanya Kami Tahu


150 adalah jumlah yang sangat banyak. Wajar saja kalau L@L tidak tahu semua 150 lagu tebaik versi Rolling Stone Indonesia yang baru saja diterbitkan. Tidak banyak lagu dari jaman kekinian, yang paling dominan adalah lagu-lagu jaman dahulu yang sering kami nyanyikan di ruang karaoke.

Koes Plus dan Iwan Fals paling banyak menempatkan namanya dalam daftar panjang ini. Dalam jumlah kecil, beberapa band yang mendekati jaman kekinian muncul dalam daftar, seperti Koil, Puppen, Seringai, The Upstairs, The Adams, Efek Rumah Kaca dan Sore. Nama-nama ini kebanyakan muncul di deretan bawah.

Bukannya mau protes, sah-sah saja daftar bikinan mereka menempatkan lebih banyak muka tua, seperti halnya banyak media yang menyebutkan semakin ke sini, tidak ada musik dan film yang kemudian dianggap lagi sebagai karya klasik. Buat kami, apa yang bagus tetaplah bagus, kapan pun rilisannya. Sayangnya kami tidak terlalu peduli untuk membuat 150 lagu terbaik versi L@L. Di lain waktu mungkin, dengan topik yang berbeda mungkin.

Untuk melihat 150 lagu terbaik versi Rolling Stone Indonesia bisa dilihat di sini.

Not-so-pink Chick

Tuesday, December 8, 2009

Video Not Dead Yet: Cobra Starship - Hot Mess



Siapkan taringmu, Cobra Starship akan datang. Siapkan tenagamu, Cobra Starship akan berpesta. Dengan trek seperti ini, kelas festival pasti akan pecah.

Singkat saja. Hot Mess adalah lagu pesta dengan visualisasi pesta. Dan pesta yang akan kita dapat. Pesta yang menyenangkan tidak perlu lebih banyak kata-kata.

Hip Master

Monday, December 7, 2009

Review Film: New Moon


Akhirnya kami menonton juga film terheboh tahun ini yang membuat banyak perempuan tercekat menahan nafas ketika Jacob memperlihatkan badan tatahan dewanya serta perut dan dada Edward yang pucat kering kerempeng. Jangan salahkan sutrada karena badan Edward yang kekasih abadi dari Isabella Swan tidak memiliki badan sesempurna Jacob. Ingat, Edward sebelum berubah menjadi vampir adalah manusia biasa yang hampir mati terkena penyakit.

Tentu sudah banyak yang menonton film dan buku New Moon, karena itu kami tidak mau berlelah-lelah untuk menulis ulang apa yan banyak ditulis dalam sinopsis. Posting ini akan lebih banyak kepada pengalaman kami menontonnya, apalagi kami belum ada yang membaca buku asal muasalnya. Jadi ini adalah sepenuhnya apa yang kami pikir dalam film itu dan kemungkinan lompatan ke film berikutnya.

Sekuel kedua ini bisa jadi periode paling lemah di antara ekspektasi tinggi yang dihantarkan di film pertama menuju periode yang lebih kompleks dan gelap. Sebagai film masa transisi, justru film ini berhasil memberi jembatan untuk memberi rasa penasaran di penghujung filmnya. Tidak seperti film pertama yang tidak memberikan ekspektasi apa-apa di akhir durasi.

Karena film transisi, maka ceritanya harus dimulai dari perkembangan kisah cinta beda dunia antara Bella dan Edward. Pasangan ini harus berpisah (untuk sementara waktu) karena Edward ingin melindungi Bella dengan tidak berada di sebelahnya. Inilah beda logika cinta dari seseorang yang berusia 109 tahun dengan 18 tahun.

Seperti film cinta yang lain, Bella menghadapi kebimbangan di masa kosongnya yang kelam. Jacob kemudian perlahan masuk menggantikan Edward. Porsi film yang diberikan untuk menggambarkan kehancuran cinta Bella terlalu panjang, ini adalah waktu di mana kami sempat menyesal mengapa harus memaksakan diri nonton New Moon demi agar merasa tidak ketinggalan.

Penyesalan kami sempat berlarut-larut sampai Bella harus pergi ke Itali untuk menyusul Edward yang menyerahkan diri ke dewan vampir dunia, yang disebut Volturi. Baru di sini, kami melihat ada dunia vampir yang lain selain dunia vampirnya Edward yang menye-menye. Volturi adalah sosok vampir yang kami harapkan, gelap dan kelam. Akhirnya Twilight Saga menunjukkan sinyal film berikutnya akan menuju ke area yang lebih gelap, plus kisah percintaannya yang seharusnya menjadi lebih dewasa.

Penghujung film yang membuat penasaran penonton memberi kami jalan, bahwa di film berikutnya bisa dinanti konflik yang lebih tajam antara manusia, kumpulan serigala jejadian, vampir baik dan Volturi. Dan di film terakhir, yang ke-empat, kami berharap dapat menemukan puncak dari konflik ini dan tentu saja akhir dari kisah cinta. Kehadiran Volturi yang menjanjikan akan hadir di sekuel berikutnya, membuat kami ingin menonton sekuelnya sampai habis. Bahkan kami sempat melupakan dan memaafkan adegan pertama pemunculan Edward turun dari Volvonya mendekati Bella dengan slow motion, raut muka Bella yang tidak ada bedanya kala di sebelah Edward atau pun Jacob atau waktunya keduanya tidak ada, dan adegan lari pasangan Edward dan Bella dalam gerak lambat yang kami kira hanya muncul di film Indonesia 70-an. Eh belum lupa ding. Ini adalah adegan yang bisa kami tertawakan sepanjang hidup kami.

Not-so-pink Chick

Whatever: Orianthi Sedang Shooting Video Klip Bareng...Steve Vai


Yeah! Menurut kicauan burung, video klip kedua dari album Believe milik Orianthi adalah dan tak bukan Highly Strung yang Steve Vai ikut di dalamnya. Pilihan di jalur yang tepat. Setelah mempesona penggemar candy pop, sekarang saatnya menggedor pintu penggemar rock. Shred belum mati!

Sangat menantikan hasil video klip ini.

Not-so-pink Chick

Tech and Ent: Konten Hiburan Di Mana Pun


Posting minggu lalu adalah membicarakan mengenai kebutuhan storage untuk menyimpan konten hiburan. Bisa dilihat lagi di sini. Setelah punya ruang yang cukup untuk menghimpun semua keserakahan kita, maka selanjutnya diperlukan cara untuk menikmatinya.

Kalau storage itu selalu berada di sebelah perangkat pemutar konten, maka tidaka ada masalah. Tapi seberapa sering storage itu akan selalu berada di samping perangkat? Bagaimana dengan kenyamanan menikmati konten kalau kita harus bergerak berpindah ruangan, atau bahkan bepergian sehingga kita harus meninggalkan storage di rumah?

Terdapat produk teknologi yang bisa memberikan kesenangan kita menikmati file hiburan digital ke mana pun kita melangkah. Salah satu produk yang ada di pasaran adalah Linksys by Cisco Media Hub, untuk singkatnya sebut saja Media Hub.


Sesuai namanya produk ini adalah tempat berkumpulnya konten hiburan, dan setelah dikumpulkan maka konten yang terdapat di dalamnya dapat dialirkan ke mana saja selama ada Internet berkecepatan tinggi. Internet berkecepatan tinggi diperlukan banget di sini agar konten seperti musik dapat distreaming tanpa patah-patah. Sungguh tidak enak kalau kita menikmati musik secara patah-patah. Jadi buat rumah yang punya koneksi Internet yang kecepatannya tanggung dan tidak unlimited penggunaannya, mimpi aja dulu deh.

Apalagi kalau kita punya perpusatakaan konten yang kapasitasnya gila banget. Akhirnya kita punya justifikasi terhadap keserakahan digital. Tidak cuma untuk dinikmati diri sendiri, konten yang yang tetap berad di rumah kita bisa dinikmati oleh orang lain. Tentu perlu password untuk masuk ke dalam Media Hub sebagai penjaga pintu. Karena itu pikirkan baik-baik siapa saja yang akan diberikan akses ke dalam alat canggih ini.

Apakah bisa dinikmati secara tanpa kabel juga? Hari gene harus pakai kabel juga? Tentu saja selama Internetnya cukup kencang. Pasang WiFi di rumah, maka hiburan bisa dinikmati di sudut mana pun di dalam rumah. Dengan teknis tambahan, konten tidak hanya bisa dinikmati lewat komputer saja, tapi juga bisa dinikmati di layar televisi. Kalau pun di luar rumah, asalkan koneksi WiFinya kencang, maka kita juga masih bisa mengakses dan menikmati konten.

Jadi kita tidak harus mengisi iPod (siapa juga yang punya Zune) dengan segalanya dan tidak perlu punya yang kapasitas 120GB? Perhatikan, cuma iPod Touch dan iPhone yang punya kemampuan WiFi. iPod lain dengan spec teknis lebih rendah tetntu tidak berlaku di sini. Dengan sedikit berkeringat dan tanya sana-sini yang mengaku ahli Apple, maka tidak perlu lagi repot mengantungi storage tambahan. Tinggalkan di rumah, dan biarkan Internet bekerja.

Hip Master

Gempita Panggung: Bedanya Lokal Dengan Luar


Para artis lokal boleh bersungut-sungut, mereka selalu dijadikan sebagai artis pembuka konser dari pertunjukan puncak dari artis luar negeri. Yang dimaksud dari artis luar negeri, bukanlah sekedar artis luar negeri, tapi mereka yang sudah memiliki reputasi internasional.

Para artis lokal juga boleh berkomentar bahwa musikalitas mereka tidak kalah untuk disejajarkan dengan artis luar negeri. Memang benar komentar tersebut. Lagu-lagu dari mereka tidak kalah asiknya dan sudah bisa merajai radio dan televisi. Tapi saat mereka di atas panggung, keadaan jadi berbeda. Yang diperlukan bukan hanya lagu hit saja. Masih ada yang perlu untuk lebih diperhatikan di atas panggng demi kenyamanan penontonnya, yang sudah membayar. Peringatan: posting ini membahas mengenai kenikmatan menonton konser yang harga tiketnya cukup tinggi.

Para artis lokal boleh saja menjadi pengumpul massa yang bisa diandalkan. Tapi kalau sudah berhubungan dengan memuaskan mata dan telinga, mereka harus lebih banyak belajar dari artis luar negeri.

Pertama adalah soal sound. Kami melakukan riset tentang mitos bahwa artis luar yang menjadi puncak acara mendapatkan fasilitas lebih pada sound ketimbang artis pembukanya. Jawaban dari mereka sama, kini sudah tidak jamannya lagi memberi fasilitas lebih. Ada kalanya mereka meminta produk tertentu untuk memperkuat sound yang artis lain tidak boleh memakainya, dan tidak jarang juga mereka mengandalkan apa yang sudah disediakan oleh panitia (yang tentu saja sebelumnya sudah melalui persetujuan dari artis luar tersebut). Sehingga terambil kesimpulan bahwa barang yang mereka pakai sebenarnya barang yang sama. Yang membedakan adalah para artis luar negeri lebih serius menangani sound agar suara yang keluar sampai ke kuping penonton bisa dinikmati. Sedangkan artis lokal juga sudah serius menangani sound, tapi masih belum menguasai betul ilmunya. Makanya tidak jarang, sound yang keluar dari artis lokal lebih sering terdengar kencangnya saja tanpa memikirkan kenyamanan kuping.

Kedua adalah kesungguhan aksi panggung. Untuk poin yang ini, sudah ada artis lokal yang memiliki kualitas yang sama dengan artis luar negeri. Tapi perbandingan jumlahnya masih terlalu kecil. Bukanlah hal yang mudah untuk tetap mempertahankan ketertarikan penonton, sepanjang si artis menggeber musiknya di atas panggung. Saat mereka mulai memainkan nada pertamanya, mereka mampu untuk membuat kita berpikir bahwa mereka serius bermain untuk memuaskan penonton. Dan ini terus berlangsung sampai mereka turun panggung.

Ketiga adalah aura mengendalikan penonton. Ini yang sangat jarang sekali dimiliki oleh artis lokal. Pada saat artis berada di atas panggung, artis harus mampu menguasai penonton. Mereka harus terlihat sangat menyakinkan agar penonton mengikuti apa yang diinstruksikan oleh artis. Kalau artis minta penonton meloncat, maka penonton akan meloncat, kalau artis meminta penonton menyanyi, maka penonton akan menyanyi. Ini bukan hanya memerlukan kemampuan komunikasi yang baik, ini adalah aura kepemimpinan yang dipancarkan oleh sang artis. Di atas panggung, artis adalah gembala dari domba-domba yang membayar tiket.

Not-so-pink Chick

Layar Perak: FFI Masih Ada Lho


Sejak FFI, sebagai ajang pemberian award terbesar dan tertua kepada film Indonesia, memenangkan Ekskul sebagai film terbaik, aura kewibawaannya mendadak sontak sirna. Cercaan demi cercaan harus diterima yang berujung pada penolakan sejumlah pelaku film Indonesia untuk berpartisipasi kembali. Kalau jumlah keseluruhan dan jumlah film Indonesia yang berkualitas melimpah-ruah, mungkin aksi embargo tidak akan terlalu terasa. Tapi kalau keadaannya masih begini, film berkualitas masih jarang dan cepat sekali menghilang dari pemutaran bioskop, maka ketidakhadiran mereka akan lebih terasa.

Bagaimana pun, walau pun masih saja dihantam banyak kritik membangun, acara puncak FFI 2009 akan digelar tanggal 16 Desember. Waaaaak...kok tiba-tiba sudah acara puncak aja? Mana pengumuman nominasinya? Pengumuman nominasi sudah dilakukan pada tanggal 6 Desember lalu melalui acara Dahsyat. Dahsyat bener deh para pemikir promosinya. Mereka menggabungkan ajang film yang seharusnya sudah bisa berdiri sendiri dengan acara musik yang digelar di lapangan parkir mal. Tanpa harus menjelaskan maksud kami, tentunya pernyataan kami sudah bisa diketahui maksudnya.

Beberapa film yang muncul dalam deretan nominasi adalah Rumah Maida, Garuda Di Dadaku, Mereka Bilang Saya Monyet dan Identitas. Di antara nominasi itu, yang kami tonton baru Garuda Di Dadaku. Jadi kami tidak bisa berkomentar terlalu banyak pada nominasi FFI ini. Kami tidak ingin mendahului takdir dengan mengomentari film yang belum ditonton.

Hip Master

Friday, December 4, 2009

Gig Gossip: Java Muskindo Menggila, Dua Band Di Dua Tanggal Maret

Om Adrie lewat twitternya bawa kabar baik buat para penggemar band pop rock. Dua band akan dibawa oleh Java Musikindo ke Jakarta di dua tanggal yang berbeda di bulan Maret 2010. Dengan ini, berarti promotor kugiran ini sudah hampir memastikan akan menggelar lima panggung musik dari artis bule hanya di tiga bulan pertama tahun depan.


Taking Back Sunday, yang kami bicarakan di posting sebelumnya akan berlangsung pada tanggal 3 Maret. Sejujurnya kami cukup heran dengan pilihan Java Musikindo terhadap mereka. Mungkin ini paketan dari agent dari sono. Karena band ini belum tentu bisa mengundang banyak penonton. Kita lihat saja nanti.


Dan yang ditunggu-tunggu, Cobra Starship akan manggung tanggal 23 Maret. Yang ini diramalkan akan ramai penuh gila. Mereka akan membuat perempuan baik-baik jadi lebih bandel.

Akan ada tiket pre-sale. Tunggu saja informasinya.

Hip Master

Cas Cis Cus Musik: Alasan Mengapa Kami Tidak Terlalu Peduli Dengan Grammy


Walaupun Grammy menjadi pusat perhatian dunia sebagai tolak ukur selera musik, kami crew L@L tidak terlalu peduli dengan gegap gempitanya. Daftar nominasi telah dikeluarkan dan seperti biasa jumlah nominasi yang terlalu banyak membuat kami malas untuk menelusurinya satu persatu. Emangnya kami kurang kerjaan apa. Seperti tradisi yang sudah berjalan bertahun-tahu, acara puncak Grammy akan diselenggarakan pada hari minggu terakhir di bulan Januari.

Ini adalah pendapat kami, mengapa kami tidak terlalu peduli dengan Grammy:
  • Seperti kami tulis di paragraf awal, nominasinya terlalu banyak
  • Dengan nominasi terlalu banyak, mereka membagi acara menjadi penyerahan award di pra dan di malam puncak
  • Terlalu banyak nominasi yang membeda-bedakan genre
  • Satu genre kemudian dipecah menjadi nominasi yang lain
  • Pemenangnya biasanya dari arus utama, yang belum tentu paling keren
  • Bukan jadi patokan kami dalam mempertimbangkan membeli CD
Not-so-pink Chick

Seputar Merchandise: Pantas Saja Earache Mau Kue Dari Penjualan Merchandise


Masih tentang Gama Bomb. Dengan perluasan pasar, menyediakan merchandise tidak hanya buat kamu laki-laki, maka langkah Earache mengikat kontrak 360 derajat dengan Gama Bomb menjadi lebih menguntungkan. Jaman sekarang lebih untung jual kaos daripada jual CD album.

I also want one of this.

Not-so-pink Chick

Review Album: Gama Bomb - Tales From The Grave In Space


Tunggu. Kami cari nafas dulu, setelah ngos-ngosan kejar-kejaran dengan tempo cepat yang diusung band retro thrash, Gama Bomb. Album ketiga mereka, Tales From The Grave In Space berisikan geberan 12 trek gas pol. Tidak ada balada manis di album ini. Semua trek mengandung produksi kelas top mengangkat kembali thrash yang sempat mati suri.

Pendekatan yang dilakukan Gama Bomb adalah menderu secepat yang thrash bisa mainkan, vokal semi bersih berderit dan lirik yang...fun! Sementara band thrash yang lain membicarakan tentang pesan sosial, perang dan segala yang berbau kegelapan, Gama Bomb malah menyanyikan lagu tentang Atlantis, ninja sampai mumi. Begitu pula yang dirasakan kami saat mendengarkannya. Tidak perlu terlalu membuat kuping berkerut sampai dengan tekun medengarnya, nikmati saja kesenangan ini.

Dikemas dengan produksi studio modern, musik yang digarap Gama Bomb terdengar seperti Anthrax jaman awal ditambah dengan sedikit polesan punk dan cross over. Kombinasi inimembuat mendengarkan Gama Bomb menjadi lebih lepas.

Dan bagi yang tidak tahu, album ini dapat diperoleh secara gratis. Ini adalah tendangan awal dari Gama Bomb yang mengikat kontrak 360 derajat dengn label rekamannya, Earache Records. Gama Bomb membagikan albumnya secara gratis, kemudian band dan label akan berbagi penghasilan dari pemasukan yang lain misalnya dari merchandise dan tiket konser.

Old Skuller

Video Not Dead Yet: Janet Jackson - Make Me


Make Me

Janet Jackson | MySpace Music Videos


Klip ini jatuh pada kategori klip yang buruk apalagi untuk sekelas Janet Jackson. Koreografi yang tidak ada semangat, efek yang aneh dan tidak ada hubungan dengan keseluruhan klip, dan wajah Janet yang keliahatan lesu. Ini adalah tiga setengah menit yang melelahkan.

Make Me adalah singel terbaru dari Janet Jackson yang juga tercantum pada album Best Ones. Kumpulan lagu hit Janet Jackson yang terdiri dari dua CD ini sudah dapat dibeli di toko CD.

Hip Master

Thursday, December 3, 2009

Gempita Panggung: (Mungkin) Tahun Terakhir Soundrenaline?

Muncul isu bahwa pagelaran festival musik Soundrenaline yang rutin tiap tahun diadakan oleh perusahaan rokok Sampoerna akan berakhir. Kesan itu muncul, karena di tahun-tahun sebelumnya ajang ini diadakan di banyak kota, sedangkan di 2009 Soundrenaline hanya mengambil tempat di Bali.

Belakangan ini, festival musik cukup sering digelar di Jakarta. Mungkin karena alasan itu juga, Soundrenaline di tahun belakangan tidak lagi diadakan di Jakarta. Pindah ke kota lain dengan alasan membuka kesempatan untuk kota lain yang belum pernah disinggahi.

Festival musik yang digelar di Jakarta juga menjadi semakin spesifik ke genre tertentu. Tidak seperti Soundrenaline yang menggabungkan banyak genre ke dalam satu lokasi luas. Bahkan festival yang baru-baru muncul berani mengklaim sebagai ajang internasional. Mungkin maksudnya dengan sedikit penampil dari luar Indonesia, maka mereka berani bilang ini event internasional. Bukannya event internasional yang sanggup mengundang turis asing ke Indonesia hanya bertujuan untuk menonton festival. Di luar Jakarta pun beda-beda tipis. Walaupun tidak sampai mengaku sebagai event internasional, tapi kegiatan semacam juga sering diadakan oleh perusahaan rokok yang lain, operator telekomunikasi dan stasiun televisi. Bahkan tidak jarang, semuanya bisa bebas masuk, alias gratis, tis, tis, tis.

Sampoerna tentu tidak akan mengakui bahwa festivalnya kini sudah turun pamor karena banyak saingan. Sampoerna telah berusaha keras agar dapat menciptakan atmosfer yang berbeda-beda tiap tahun. Yang lain juga melakukan hal serupa, musik plus hiburan lainnya plus kegiatan bersama artis dalam satu lokasi. Tapi ujung-ujungnya, sebuah festival harus mempunyai line-up artis yang mantap untuk tetap gegap gempita.

Pilihan artis selalu menjadi pilihan yang sulit. Tapi bukankah penyanyi dan band di Indonesia banyak banget? Betul, tetapi pasar maunya hanya artis yang itu-itu saja. Penyelenggara pun menyerah dengan keinginan pasar demi acaranya ramai. Coba lihat lagi daftar penampil yang pernah hadir di Soundrenaline. Banyak nama hampir selalu muncul.

Parahnya lagi, semua penyelenggara berpikiran sama. Tidak salah kalau dilihat secara angka komersial. Apalagi pengalaman membuktikan, artis bagus tapi tidak gencar terdengar di pasar tidak selalu bisa menarik banyak penonton. Penyelenggara acara menginginkan artis yang dijamin bisa menggiring penonton menikmati pesan sponsor.

Karena itu, lama-lama pasar bisa bosan juga. Bulan sebelumnya mereka sudah menonton artis yang sama, masak besok mau nonton lagi. Penyelenggara bisa bilang bahwa pasar Indonesia luas sekali, tapi seberapa luas sih yang senang nonton musik.

Publik di luar Jakarta katanya haus hiburan. Mereka pasti senang-senang saja dapat hiburan murah bahkan ada yang cuma-cuma. Tapi masak iya, mereka tidak sampai ke titik jenuh kalau suguhannya itu-itu saja.

Jadi kalau sampai Soundrenaline hilang dari peredaran tahun depan, malahan bagus. Istirahat dulu tidak ada salahnya, sambil memformulasikan line-up seperti apa untuk dapat menyegarkan Soundrenaline. Kalau L@L kepinginnya penyelenggara harus lebih berani. Tapi itu L@L lho, bukan menyuarakan pasar.

Hip Master

Video Not Dead Yet: Dewi Sandra - Mati Rasa



Kami tidak peduli apakah video klip ini adalah mini biografi dari kehidupan penikahan Dewi Sandra. Yang kami lakukan hanya mengomentarinya saja.

Video klip ini mengikuti kegemaran artis hip hop lainnya untuk memperlakukan video klip sebagai film feature. Di awal video terlihat nama artis kemudian judul lagunya. Kami sudah terbiasa dengan ini, maka kami sudah tidak tahu lagi apakah harus tertawa atau mengomentarinya lebih jauh.

Gaya video klip ini juga bukan sesuatu yang baru. Keseluruhan adegan diambil dengan slow motion. Adegan Dewi Sandra keluar dari mobil sambil dipayungi menjadi puncak kegemaran kami terhadap slow motion. Tambahkan dua pistol di tangan, maka Mati Rasa akan menjadi master piece copyan John Woo terbaru.

Hip Master

Tayang Televisi: Euphoria Piala Dunia 2010 Dimulai Dari...Sekarang!


Hilang sudah rasa was-was kita. Telah diumumkan bahwa ajang Piala Dunia 2010 akan ditayangkan oleh stasiun televisi RCTI dan Global TV. Semua pertandingan yang ditayangkan dua stasiun televisi ini dapat ditonton dengan gratis. Coba bayangkan, kurang enak apa hidup di Indonesia. Sementara di negara lain harus bayar buat nonton tayangan yang paling heboh di tahun depan, kita bisa nonton tanpa harus mengeluarkan duit sama sekali.

Berhubung gratis, maka penonton tidak boleh banyak protes. Kalau nanti format penyajian masih belum berbda jauh dengan penyelenggaraan piala dunia sebelumnya jangan terlalu protes. Akan ada host yang bagi-bagi hadiah dari sponsor dan akan ada analis sepak bola yang akan beradu argumen dengan analis lainnya.

Serta berkat dukungan sponsor yang berbaik hati menanggung beban pembayaran hak tayang, maka juga angan protes kalau nanti banyak iklannya. Sebanyak mungkin iklan akan muncul saat sebelum pertandingan berlangsung dan waktu turun minum. Ada juga kemungkinan iklan akan muncul saat pertandingan berlangsung, lewat kotak-kotak kecil mengiringi para pemain di layar. Sekali lagi, jangan protes.

Waktu tayang dalam Piala Dunia kali ini cukup bersahabat bagi warga Indonesia. Kita masih bisa punya cukup waktu tidur. Pertandingan akan lebih banyak terkonsentrasi di pukul 9 dan 12 malam. Cihui, tidak perlu lagi menahan kantuk sampai matahari hampir terbit.

Dengan segala yang mungkin terjadi baik itu enak atau tidak, kita harus bersyukur. Dalam waktu kurang dari satu tahun lagi, selama satu bulan kita akan melupakan segala kepusingan dunia dan bergembira bersama menonton acara sepak bola yang entah kapan Indonesia akan bisa ikut bersanding dengan negara lainnya.

Hip Master

Wednesday, December 2, 2009

Review Album: Orianthi - Believe


Inilah gitaris utama yang seharusnya mendampingi Michael Jackson di konser besar This Is It. Sebagai gitaris utama, maka dia pasti bisa memainkan solo Beat It dari Eddie Van Halen, riff dan solo Black Or White dari Slash dan crunchy solo Dirty Diana dari Steve Stevens.

Pemunculan album Believe datang pada momentum yang tepat. Orianthi mendapatkan eksposur yang cukup besar setelah kematian MJ. Orianthi tampil di panggung pemakaman MJ dan mendapat porsi yang mencolok di film This Is It. Promosi sudah berjalan.

Believe terdengar seperti kombinasi candy pop, glam rock, sedikit country dan shred oleh virtuoso. Orianthi bagaikan bunglon dan membubuhkan tanda tangan riff serta solo dalam berbagai lagu. Single pertamanya, According To You adalah wujud Demi Lovato, What's It Gonna Be hampir terdengar seperti Bon Jovi dan Highly Strung adalah nomor instrumental persembahan untuk sang dewa gitar Steve Vai, bahkan Steve Vai juga ikut memainkan gitar di dalamnya.

Belum ada identitas yang solid dari Orianthi di album ini. Sound drum yang tipis membuat keseluruhan album ini tidak terdengar betul-betul ngerock. Pemilihan sound seperti ini sepertinya disengaja agar Orianthi bisa lebih bebas bermain di banyak genre dalam satu album. Tentunya cara ini dipakai untuk memperlebar pangsa pasar. Para penggemar candy pop tentunya keberatan kalau dalam seluruh album harus mendengarkan beat yang terlalu berat. Beleive memberi kesempatan kepada para penggemar candy pop untuk naik ke tingkatan selanjutnya, tanpa harus terlalu keras memaksa.

Justru kami lebih menyukai nomor-nomor yang punya tendensi lebih kencang seperti Suffocated, Think Like A Man dan What's It Gonna Be, serta tentu saja Highly Strung. Tapi kami tidak mengatakan trek yang tidak ngerock tidak bisa kami nikmati. Di dalam trek yang ringan, jiwa Orianthi tetap tidak terhapus.

Di lain waktu, kami berharap Orianthi akan membuat album yang lebih keras. Dan mungkin saja, Orianthi akan mengeluarkan album gitar instrumental.

You go girl!

Not-so-pink Chick

Review Film: Ninja Assasin


Singkatnya, cerita dalam Ninja Assasin terlalu parah. Seorang ninja tang AWOL dari kelompoknya berencana untuk menjatuhkan kelompoknya. Dia punya rencana untuk mengikutsertakan pihak lain yang tertarik dengan cerita ninja, untuk bekerja sama membongkar kelompok pembunuh yang bagaikan legenda urban. Tapi kenyataannya, pihak lain tidak terlalu membantu amat tuh. Jadi kalau ada orang yang masuk bioskop dengan berharap mendapatkan cerita, maka orang itu adalah orang paling jenius di dunia.

Dari segi akting, tidak ada yang bisa diandalkan. Skenario yang mengharuskan para pemerannya untuk berdialog dalam kalimat-kalimat pendek, justru memang dibuat untuk memberi ruang lebih luas bagi pameran aksi membunuh.

Rain adalah daya pikat bagi penonton yang ingin menyaksikan wajah Asia ganteng yang pemutaran film ini pas dengan jadwal konser dia di Jakarta. Apalagi sempat ada adegan Rain mempertontonkan tubuhnya yang bebas dari lemak.

Mari sekarang kita masuk ke bagian paling asik dari film ini. Adegan pembukanya memberikan peringatan kepada penontonnya bahwa akan banyak darah tumpah di layar. Kematian demi kematian beruntun di depan mata seperti menggambarkan lirik mutilasi dari band Cannibal Corpse.

Aksi baku hantam yang muncul tiap lima menit adalah hiburan sebenarnya. Perkelahian adu pukulan, tendangan dan senjata khas ninja nampak keren. Sutradara dan koreografi perkelahian habis-habisan memeras otaknya untuk membuat adegan perkelahian di Ninja Assasin bagaikan The Matrix kelas B.

Bayangkan film cult American Ninja yang menjadi trademark aktor Michael Dudikoff dibuat ulang dengan mengganti adegan perkelahian menjadi aksi yang lebih memuaskan mata.

Old Skuller

Layar Perak: Balibo Undang Kontroversi di Jiffest 2009



Ketika terbit berita tentang Balibo tidak lolos dari LSF untuk diputar di Jiffest, maka YouTube menjadi tempat mencari. Di salah satu halaman YouTube yang memajang trailer Balibo, komentar jadi berlanjut.

Film politik yang melibatkan reputasi negara lebih sering menimbulkan kontroversi. Balibo yang dalam keterangannya menyebutkan sebuah film yang berlatar belakang Timor Leste di tahun 1975, di mana lima jurnalis Australia hilang, juga menyulut sumbu pendek hubungan Indonesia dengan Asutralia.

LSF yang bisa jadi mewakili otoritas negara Indonesia memutuskan untuk tidak memberikan kesempatan film ini untuk diputar. Tidak ada keterangan lebih lanjut, alasan mengapa LSF tidak memberi ijin.

Bagaimana pun film adalah karya yang subyektif. Hasil akhirnya berasal dari pemikiran dan sudut pandang dari penulis ceritanya. Karena sudut pandang orang sering kali berbeda-beda, maka orang juga sering kali menanggapinya dengan cara yang berbeda-beda.

Kalau melihat dari cara pandang L@L dengan gaya sok analisa, LSF sebagai wakil negara yang seharusnya dan dididik untuk bercara pandang konservatif, melarang pemutaran film Balibo untuk meredam perseteruan lebih lanjut dan kemungkinan yang tidak diinginkan. Sedangkan dari pihak para pecinta nonton film, mereka berargumen bahwa sebuah film harus ditonton dengan cara yang lebih dewasa. Diskusi lebih lanjut boleh, tapi jangan sampai rusuh.

Sedangkan dari sudut pandang L@L (boleh dong kami berpendapat, negara bebas kan katanya), sekarang ini jaman digital. Kontroversi memicu rasa penasaran. Kalau memang benar-benar pengin nonton dan filmnya tidak boleh diputar di layar lebar, dengan sedikit usaha filmnya bisa dicari di Internet. Atau jangan-jangan filmnya sudah bisa dengan udah didapat di lapak DVD bajakan.

Old Skuller

Video Not Dead Yet: Killing Me Inside - Tanpa Dirimu



Kalau Air Terjun Pengantin berharap filmnya mendapat dukungan dari soundtracknya dengan salah satu pengisinya Killing Me Inside menyanyikan Tanpa Dirimu, maka mereka salah besar. Tidak ada yang bisa diharapkan dari sini.

Killing Me Inside sepertinya ingin sekali dianggap sebagai band rock. Tetapi sound yang keluar sama sekali tidak membuat kita menginjak pedal gas lebih dalam. Yang terlihat rock dalam video klip ini hanya pemain drumnya. Selainnya mudah terlupakan, kecuali vokalisnya yang menyanyi dengan gaya kurang darah.

Hip Master, masih yakin mau nonton Air Terun Pengantin besok?

Not-so-pink Chick

Video Not Dead Yet: Taking Back Sunday - Sink Into Me

Om Adrie dari Java Musikindo lagi getol-getolnya berTwitter untuk mengeliminir kemungkinan konser yang digelarnya tidak lagu. Dengan lebih dari 10.000 follower, Om Adrie menjalankan survey sebelum mengusahakan artisnya datang ke sini.

Yang sedang dijaring surveynya adalah dua band Cobra Starship dan Taking Back Sunday, dari Twitter yang kami dapat hari ini. Cobra Starship kita sudah tahu. Kalau ada yang belum tahu Taking Back Sunday, ini videonya. Taking Back Sunday adalah band pop rock yang lebih ngerock daripada Boy Likes Girl, All Time Low dan Cobra Starship. Mungkin karena mereka bernaung di bawah label Victory Records, yang pada jaman dahuu kala adalah label khusus untuk punk dan hardcore. Tampaknya Victory records melebarkan sayapnya sampai jauh sekali. Karena itu pula label ini sekarang jadi sasaran hatethread dari mereka yang mengaku penggemar punk dan hardcore. Guys, orang juga perlu makan.



Lagunya tidak jelek. Videonya tidak menarik untuk ditonton lagi. Satu band tersedot ke dalam pit hitam. I don't think so.

Not-so-pink Chick

Tuesday, December 1, 2009

Review Album: Nirvana - Live At Reading


Pada tahun 1992, setelah meledak lewat album Nevermind dan sebelum mengeluarkan In Utero, Nirvana melakukan salah satu konser yang paling legendaris di Reading Festival. Trio dari Seattle ini menjadi penutup dari festival besar yang tiap tahunnya diadakan di Inggris. Di saat itu, Nirvana sedang berada di puncak semua band di seluruh dunia. Bersamaan dengan popularitas yang diraihnya, Nirvana justru juga berusaha untuk menjauhi popularitasnya dengan cara membunuh citranya sendiri. Berulang kali wawancara yang dilakukan oleh band ini menghasilkan artikel yang tidak jelas juntrungannya. Di atas panggung, mereka pun melakukan hal yang sama. Tidak di mana-mana termasuk di Reading.

Ini menjadi latar belakang mengapa konser legendaris mereka juga bisa dikatakan sebagai konser yang tidak sepenuhnya bagus secara musikalitas dan produksi. Terdapat tiga kemungkinan mengapa di konser ini terjadi penurunan dibandingkan dengan versi albumnya.

a. Nirvana tidak memiliki keahlian bermusik yang mumpuni
Kelahiran Nirvana justru menghancurkan benteng besar yang dibangun oleh para pemusik yang benar-benar mengerti cara bermain musik, bahwa membuat musik harus bisa dengan benar dan baik memainkannya. Nirvana justru melecehkannya. Mereka mendemonstrasikan bahwa keahlian bermusik jauh di bawah para musisi malah bisa menghasilkan album yang cemerlang. Ini dibawa sampai ke atas panggung. Permainan Nirvana tidak stabil di setiap lagu. Kadang terlalu keras, kadang terlalu cepat dan kesalahan yang lain.

b. Terlalu mabuk untuk bermain dengan benar
Sudah bukan rahasia lagi kalau Kurt Cobain sering teler, termasuk saat naik panggung. Ini memberikan dampak kepada totalitas pemunculan mereka di atas panggung. Saat permainan mereka berantakan dan seakan tidak punya runtutan yang jelas di atas panggung, Nirvana memberikan kejuutan-kejutan. Kurt Cobain naik panggung dengan kursi roda, wig dan baju terusan seperti perempuan. Di akhir set mereka menghancurkan peralatan. Di dalam komunikasinya dengan penonton, Kurt meracau.

c. Nirvana dengan sengaja menjelekkan permainannya
Ini menjadi salah satu untuk membunuh citra mereka yang populer. Terlihat jelas saat mereka memainkan Smell Like Teen Spirit, nomor mereka yang paling hit. Justru di sini mereka melencengkan nada petikan gitar dan memberantakkan bagian solo.

Bagaimana pun, rilisan ini mencoba memberikan gambaran apa yang terjadi di konser yang banyak dibicarakan oleh media. dalam satu setengah jam lebih, Nirvana memainkan koleksi dari kebanyakan lagu di album Bleach dan Nevermind, serta beberapa lagu cover. Di dalam versi CD, terdapat total 24 lagu dimainkan, sesuatu yang tidak bisa kita dapatkan lagi di konser-konser band sekarang. Dibuka dengan Breed dan ditutup dengan Teritorial Pissing, Nirvana memperdengarkan energi mereka di atas panggung. Disertai dengan kesalahan-kesalahan permainan mereka, ini membuat Nirvana adalah Nirvana yang seharusnya.

Not-so-pink Chick

Tech and Ent: Siapkan Ruang Simpan Untuk Ledakan File Hiburan

Siapa bilang file digital tidak memerlukan ruang yang besar? Untuk menyimpang piringan hitam, kaset dan CD memang memerlukan ruangan fisik yang luas, bahkan bisa memerlukan ruangan yang luas kalau untuk kolektor sejati. Tapi kalau file digital? Yang diperlukan hanya hardisk dengan ukuran fisik kecil yang sekarang banyak tersedia di mal TI. Secara fisik memang kecil, tapi bagaimana dengan luas ruang simpan di dalamnya?

Sekarang ini, hardisk yang tersedia di pasaran bukan lagi berkapasitas di bawah 100 GB. Yang ditawarkan sudah lebih di atas angka 100 GB dan bisa mencapai 1 TB. Pada awalnya terasa cukup besar, tapi lihat apa yang terjadi kemudian.

Mari kita misalkan saja terdapat hardisk yang kita dedikasikan untuk hiburan. Yang termasuk dalam hiburan adalah file yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran sekolah dan pekerjaan. Maka, mari kita singkirkan segala file yang dekat dengan format word, excell, power point serta pdf brosur dan buku pelajaran. Mari lebih fokus ke konten hiburan.

Konten hiburan yang pertama akan dibahas dalam posting ini adalah e-book. Ini adalah file dengan ukuran yang paling kecil. Satu buku tipis bisa berukuran tidak sampai 1 MB, sedangkan yang tebal bagaikan tumpukan batu bata masih dalam ukuran angka kecil MB.

Berikutnya adalah foto. Foto dengan resolusi rendah bisa berukuran ratusan KB saja. Tapi foto dengan detil tinggi yang dapat diperbesar untuk dijadikan wallpaper kamar bisa bermega-mega ukurannya. Foto menempati urutan kedua dalam ukuran besar file, apalagi kemudahan foto digital membuat kita semakin banyak menumpuk gambar tanpa dicetak di dalam hardisk.

Masuk di urutan ketiga adalah file musik. Tergantung dari bit rate dan jenis filenya, dengan kualitas yang layak dengar, satu lagu bisa berukuran sekitar 10 MB. Jika satu album diasumsikan berisikan 10 lagu, maka totalnya mencapai 100 MB. Kalau punya fasilitas broadband, sering kali kita tergoda untuk mendownload sebanyak-banyaknya (baik dari sumber resmi maupun bajakan), tanpa kemudian kita dengan seksama mendegarkannya satu persatu. Parahnya lagi, file-file lagu tersebut kita biarkan tersimpan dalam hardisk.

Film adalah file yang mengkonsumsi ruang simpan digital terbesar. Satu film kualitas DVD biasa sudah mencapai angka giga. Kalau HD bisa jauh lebih tinggi lagi. Untuk mengawetkan koleksi film, maka menyimpannya dalam hardisk adalah salah satu caranya.

Masih berpikiran menyimpan file digital hanya perlu sedikit ruang? Bayangkan seberapa sering dan seberapa cepat kita bisa memenuhi ruang kosong di dalam hardisk. Kemudahan foto digital, bandwidth makin tinggi dan murah serta produk bajakan membuat kita semakin rakus dan memerlukan banyak ruangan untuk menyimpan.

Pola hidup digital seperti ini akan membuat kita memerlukan ruang simpan lagi dan lagi. Satu hardisk memang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan satu lemari CD. Kapasitasnya pun jauh melampaui lemari.

Saat file sudah tersimpan dengan baik di dalam hardisk, kemudian timbul pertanyaan berikutnya. Dengan sebegitu banyak file yang tersimpan, sedangkan waktu di rumah sedikit, bagaimana caranya agar bisa lebih banyak menikmati konten digital yang berada dalam hardisk di rumah? Problem lagi bukan, karena keserakahan kita? Ikuti terus di posting berikutnya untuk mendapatkan jawaban.

Hip Master

Layar Perak: Sebegitu Penting dan Perlukah Menonton Sekuel?

Statistik membuktikan bahwa lebih banyak sekuel dengan kualitas lebih rendah daripada orisinilnya, dibandingkan sekuel yang bisa melampui prestasi pendahulunya. Tetapi tetap saja. Perasaan itu muncul setiap sekuel terbaru meluncur di bioskop terdekat.

Perasaan penasaran, itu perasaan yang muncul. Sudah tahu mungkin bakal kecewa, tapi tetap keukeuh sumekeuh kepengin menontonnya.

Perasaan itu muncul karena para ahli pemasaran dengan cerdik membuat suasana hip seputar peluncuran sekuel. Teman dan tetangga membicarakannya, jadi kalau tidak menontonnya maka akan terseret ke dalam kasta ketinggalan tren. A ha! Jadi bukan karena penasaran dong. Tapi lebih karena takut dibilang ketinggalan tren.

Kalau sudah begitu, mantapkan hati untuk tidak menonton sekuel. Apa pun yang terjadi, apa pun yang jadi trending topic di luar sana, bentengilah dirimu dengan kekuatan hati bahwa nonton sekuel tidak penting-penting dan perlu-perlu amat.

Jadi tidak usah takut tidak ikutan arus untuk antri menonton New Moon. Biarlah kami yang jadi korban menonton New Moon dan membuat kalian bahagia karena sudah melewatkan kekonyolan ini.

Not-so-pink Chick

Gig Gossip: Kla Project Grand Reunion


Kalimat promosi yang dipakai dalam rangka pemasaran memang berlebihan. Untuk konser Kla Project tanggal 4 Desember nanti di ballroom Kempinsky Hotel Grand Indonesia, mereka memberi embel-embel Grand Reunion. Apa pula ini maksudnya?

Dalam keterangannya juga tidak ada yang lebih menjelaskan. Hanya menjelaskan bahwa di konsernya nanti Kla Project akan memberikan kejuta serta memainkan lagu yang belum pernah dikemas dalam album sebelumnya. Halo....bagian mana dari Grand Reunion kah keterangan itu?

Dalam bayangan kami, Grand Reunion berarti mengumpulkan para mantan anggota Kla Project ke dalam satu konser. Seperti Metallica menampilkan kembali Jason Newstead dan membangkitkan Clif Burton dalam kuburnya untuk satu kali konser saja. Pertanyaannya adalah siapa saja mantan Kla Project yang cukup ngetop untuk diketahui? Lilo pernah cabut dari band ini, tapi kemudian kembali lagi. Jadi seharusnya bukan Lilo yang kita bicarakan di sini.

Biarlah pertanyaan tersebut terus menggantung sampai terjawab tanggal 4 Desember nanti. Untuk harga tiketnya kami tidak punya keluhan. Rentang harga Rp 500 ribu sampai Rp 250 ribu adalah harga yang pas untuk band sekaliber Kla. Lagipula, kalau kita mau mengeluarkan ratusan sampai jutaan rupiah untuk band dari luar negeri, kenapa kita harus mengeluh untuk mengeluarkan duit buat artis lokal? Mereka layak mendapatkan perlakuan yang sama selama bisa menyajikan lagu yang bagus dan aksi panggung menarik.

Not-so-pink Chick

Layar Perak: Siap-siap, Freddy Datang Lagi di 2010



Akhirnya trailer dari remake A Nightmare On Elm Street sudah bisa dilihat di Internet. Yang masih tetap ada adalah lagu anak-anak yang menandakan Freddy Kruger sudah dekat, anak-anak muda yang jadi korban mimpi mengerikan dan jari berpisau siap membelah badan.

Yang selalu dijadikan pertanyaan untuk film remake adalah bagaimana jika dibandingkan dengan versi orisinilnya. Seharusnya pembuat film memiliki kebebasan luas untuk menginterpretasikan versi barunya. Dari penglihatan seklias, dalam versi terbaru ini, muka Freddy terlihat seperti karakter yang dimainkan oleh Gary Oldman dalam film Hannibal. Suara Freddy seperti orang yang malas membuka mulutnya lebar-lebar. Wajar saja terdengar seperti itu karena mulutnya lengket dibakar oleh para orang tua.

Di trailer ini, kita diberi peringatan. Bersiaplah menemui Freddy yang baru dan berbeda di tahun depan.

Hip Master

Monday, November 30, 2009

Review Album: Owl City - Ocean Eyes


Kapan terakhir kalinya kita dengar satu album pop penuh dan berani mengatakan ini album pop yang keren? Oh belum lama yang lalu, waktu dengar album keduanya Mika. Kini perasaan itu muncul lagi.

Owl City adalah synth pop band yang beranggotakan hanya satu orang saja, Adam Young orangnya. Dalam album yang diberi titel, Ocean Eyes, dengan memajang ikonnya Dubai, Adam Young tidak bertendensi untuk bersusah-susah. Justru itu seharusnya makna pop yang sesungguhnya. Gampang masuk kuping dan terdengar enak tanpa ada rasa bersalah.

Adam Young memainkan mesin drumnnya sehingga selalu memberikan atmosfir gembira dalam setiap lagunya. Synthesizernya memberikan kesan blip-blip lampu kelap-kelip, bukannya di suatu pesta rave, tapi lampu di kamar. Seperti yang digambarkan dalam klip Fireflies.

Perasaan gembira yang datang juga bukan perasaan melonjak-melonjak yang tiba-tiba datang merasuk mengajak berdansa sampai berkeringat. Tapi lebih tepat kalau dikatakan sebagai perasaan gembira ketika kita membuka jendela dan melihat embun pagi.

Kalau didengar sekilas, warna yang ditampilkan di setiap lagu hampir mirip-mirip, yaotu beat drum yang berentet dan synth bebunyian lonceng-lonceng kecil. Tapi putar lagi album ini, variasi beat drumnya menjadi tidak membosankan, dan synthnya adalah suasana yang dibangun untuk setiap lagu.

Owl City - Ocean Eyes, punya apa yang seharusnya ada di setiap album pop. Mudah dan senang untuk didengar. Bahkan album ini lebih tepat kalau dikatakan sebagai indah.

Kami sempat mendengar album ini hampir tidak dirilis di Indonesia. Karena perjuangan dari karyawan Universal Music Indonesia, akhirnya album ini bisa di dapat dengan lebih mudah di sini. Pilihan yang berani dan tepat.

Not-so-pink Chick

Layar Perak: 11 Tahun Jiffest dan Masih Yang Paling Besar


Kalau ada penghargaan untuk festival urban Jakarta yang masih tetap bertahan dan terus konsisten diadakan tiap tahun, maka penghargaan jatuh kepada Jiffest. Tahun ini adalah tahun ke-11 Jiffest hadir di tengah para penggemar film, atau buat mereka yang sekedar ingin ikut meramaikan bioskop.

Selama lebh dari satu dekade Jiffest berusaha menyajikan tontonan alternatif yang bukan biasa kita tonton di studio-studio yang dipenuhi film Hollywood dan film kacangan Indonesia. Sampai kemudian Jiffest mendapatkan saingan, yaitu DVD bajakan yang murah dan mudah sekali didapat. Di tengah deru kisruh digital, Jiffest sempat limbung. Panitia tentu bingung bagaimana menarik calon penonton yang sudah mendapatkan substitusi pemuasan dahaga menonton film lewat DVD bajakan. Jalan yang diambil adalah harus semakin kreatif.

Buat tema yang hip. Seperti yang dilakukan tahun ini dengan memutar ulang film-film Indonesia paling hit dalam 10 tahun terakhir ini. Mereka yang ketinggalan, tentunya tidak mau ketinggalan untuk yang kedua kalinya. Tidak perlu dipungkiri, hasrat menonton film Indonesia itu sebenarnya ada di masing-masing hati para penggila film, cuma kadang ragu saja. 10 ilm paling laris telah dijejerkan, waktunya untuk memperkaya pengalaman nonton film sendiri.

Selain itu, panitia Jiffest harus berkejaran dengan waktu. Film-film yang hendak diputar sebaiknya belum ada DVD bajakannya, paling tidak dalam versi yang "sudah bagus." Dengan begitu penonton bersedia melangkahkan kakinya ke tempat pemutaran.

Yang paling penting adalah eksklusifitas. Maksudnya bukan penonton Jiffest kemudian menjadi golongan eksklusif. Tetapi Jiffest harus punya film jagoan yang hanya diputar di Jiffest lebih dahulu. Tahun ini Jiffest menempatkan Sang Pemimpi, sekuel dari film laris Laskar Pelangi, di posisi terhormat dengan memutarnya di malam pembuka.

Jadi apa yang harus ditunggu? Nyamankan pantat kalian di pemutaran film-film Jiffest. Keterangan lengkap dan jadwal bisa dilihat di sini.

Hip Master

Gig Gossip: BMTH GGL LG


Untuk kedua kalinya, Bring Me The Horizon gagal lagi didatangkan ke Indonesia. Kalau sudah gagal untuk kedua kalinya biasanya tidak akan ada lagi ketiga kalinya. Jadi mari kita lupakan menonton BMTH di Jakarta.

Yang lucu, kegagalan kali ini adalah karena bentrok dengan jadwal rekaman mereka. Berikut kutipan dari blognya Om Adrie:
”Full apologies to all but due to the scheduling of the recording of the
next BMTH record the band will no longer be able to make the trip to
south east asia at the end of May - we would like to look to play in
Indonesia as soon as our schedule allows and we’ll let you know as soon
as we know when that is… BMTH WILL Come!!!”

Aneh sekaligus menggelikan. What a lame excuse. Tidak bisakah mereka mengurus jadwal? BMTH Will Not Come!!!

Not-so-pink Chick

Video Not Dead Yet: All Time Low - Weightless


All Time Low - Weightless

All Time Low | MySpace Music Videos


80-an kembali dijadikan tren di penghujung dekade awal milenium ini. Pop dicopy habis-habisan ditambahi dengan sentuhan sound modern. Tapi era glam rock tidak atau belum berhasil mencapai zaman keemasannya lagi. Atau glam mecari bentuk baru?

Emo dan terusannya yang cukup disebut pop rock sangat laku di era 2000-an ini. Apakah ini bentuk glam yang baru? Secara dandanan, sub genre ini mendapatkan olok-olok yang tiada henti. Secara bentuk musik, emo sampai ke pop rock 2000-an dilecehkan sebagai pengumbar musik yang hanya mengejar popularitas. Mirip dengan glam rock bukan?

Salah satunya adalah All Time Low. Video klip Weightless memberikan gambaran olok-olok yang mereka terima, dan mereka tetap jalan terus karena toh masih tetap dapat dijual. All Time Low memberikan video yang lucu dengan cara menertawakan diri mereka sendiri.

Tonton terus video ini dari awal sampai akhir. Mereka memberikan sesuatu yang glam rock di jaman puncaknya tidak berani melakukannya.

Hip Master

Tayang Televisi: Pertanyaan Paling Bodoh Di Acara Talkshow


Talkshow tidak pernah menjadi acara paling populer di tanah nusantara. Kenapa tidak pernah mendapatkan rating tinggi, kata koran dan majalah yang pernah mewawancarai para pakar media, penonton televisi di Indonesia tidak menyukai tontonan yang bikin otak berpikir.

Karena itu, acara bincang-bincang yang ngawur-ngawuran seperti Empat Mata (sekarang menjadi Bukan Empat Mata), mendapat hati di banyak penonton. Acara kosong ini memberikan tawa yang renyah, sehingga kami berpendapat acara ini adalah tayangan lawak dengan setting acara talkshow.

Di dalam acara konyol ini, termasuk juga acara yang mengatasnamakan talkshow lainnya, selalu ada satu persamaan. Yaitu terdapat pertanyaan bodoh yang selalu ditanyakan oleh pembawa acara. Pertanyaan paling bodoh itu adalah: "Sedang sibuk apa?"

Cmon lah. Dalam sebuah acara yang sifatnya mewawancarai seseorang, maka si pewawancara harus lebih dulu melakukan riset. Kalau saja pembawa acara sudah melakukan risetnya maka pertanyaan bodoh seperti itu tidak akan muncul. Pertanyaan yang seharusnya muncul adalah pertanyaan yang bersifat mendukung film, acara televisi, buku atau album terbaru dari tamu acara. Lagi pula apa untungnya mengundang tamu yang lagi tidak punya kegiatan apa-apa. Karena itu tamu yang diundang pasti harus punya kesibukan tertentu.

Memang membuat tayangan talkshow bukanlah hal yang mudah. Malah terhitung sulit. Pembawa acara harus punya kapasitas sebagai penghibur dengan cara yang cerdas, mampu melakukan wawancara dengan ringan tapi sanggup menjual barang dagangan si tamu tanpa harus terlalu berpromosi dan lagi-lagi harus sanggup mengundang senyum.

Bagaimana caranya? Terus terang kami tidak tahu caranya. Tapi kami adalah penonton yang tahu dengan apa yang ingin kami cari di televisi.

Not-so-pink Chick

Review Album: Ensiferum - From Afar


Mengikuti perkembangan arah genre metal kadang menggelikan. Perkembangannya tidak hanya didasari oleh musik saja, tetapi juga tema. Karena itu lahir lah metal bajak laut dan metal lagu rakyat atau dalam bahasa Inggrisnya folk metal. Ensiferum mengambil tema folk metal.

Musiknya adalah campuran dan kombinasi dari musik Eropa jaman kegelapan, power metal, melodic death dan vokal yang kasar. Sudah terbayang? Mendengarkan satu album Ensiferum seperti membawa kita kembali ke Eropa abad pertengahan dengan diiringi soundtrack metal. Dalam From Afar kita akan merasakan hembusan dingin angin di Eropa Utara, mengarungi lautan, penjelajahan ke desa-desa kecil, mabuk di tavern dan tentunya peperangan klasik.

Berarti ini adalah album yang bagus, karena kami bisa merasakan apa yang Ensiferum coba tawarkan kepada kami. Riff dan gempuran drum yang bertalu tidak diragukan lagi. Elemen folk tidak hanya berada di lapisan atasnya saja, tetapi berhasil masuk ke dalam ritme modern gitar, bas dan drum. Vokal kasar juga efektif digunakan tanpa menjadi terlalu menggelikan.

Apakah kami bilang tidak terlalu menggelikan? Karena ada momen yang sebenarnya terasa menggelikan, tetapi kemudian hilang dilibas oleh deru sound metal modern.

Kalau saja kami bisa lebih flus mendengarkannya tanpa mencoba mencari bahan tertawaan, Ensiferum adalah band yang serius. Serius dengan tema yang dibawakannya. Sampai anginnya pun terasa menusuk tulang.

Old Skuller

Thursday, November 26, 2009

Hidup Gaya: Sale Terus Menggoda


Bagi kami kamu perempuan, sale adalah kata yang sangat menggoda. Sale adalah kata sakti yang membuat kami mengeluarkan uang lebih banyak dari yang semestinya dan membeli barang yang belum tentu kami perlukan.

Logika dari sale adalah kesempatan untuk membeli barang dengan harga lebih murah dan kalau tidak cepat-cepat maka kesempatan itu akan hilang. Setahun belakangan ini, sale selalu kita lihat di mana-mana. Sedangkan setahun belakangan ini, uang di saku semakin pas-pasan.

Kata koran-koran, sale adalah cara terakhir dari para penjaja untuk mengembalikan gairah belanja yang melesu setelah negara ini terkena dampak krisis dunia. Dan dasar orang-orang Indonesia gila, saat mal-mal besar melancarkan jurus sale, yang terjadi tempat parkir tidak bisa lagi menampung gairah belanja yang berlebihan.

Coba perhatikan lagi. Sale sebenarnya tiap hari dilakukan oleh mereka. Hanya saja untuk waktu tertentu mereka menggembar-gemborkannya. Momen libur panjang akhir pekan juga tidak luput dari godaan sale. Para keluarga di kota-kota besar (maksudnya Jakarta dan sekitarnya) yang kehilangan akal mengajak pergi keluarganya untuk bersantai bersama, ujungnya lari ke mal.

Di sana, maka keluarga akan mengeluarkan uang untuk jajan dan kalau naluri mumpung sale muncul, biaya akhir pekan jadi melonjak.

Moral dari posting ini (damn, kenapa tema hari ini harus terlalu positif. Salahkan ke Hip Master) jangan terlalu tergoda untuk langsung membeli sale. Karena besok juga masih ada sale yang lain. Sale akan selalu ada.

Not-so-pink Chick


Foto dari www.sxc.hu
 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by