Melihat keadaan ini, maka kami melakukan jurus terakhir. Memaksa merangsek ke depan. Usaha kami ini mengundang hujatan dari penonton yang lain. Hmmm...tidak seperti konser-konser biasanya. Prinsip kami adalah kalau bisa maju ke depan, berarti masih ada tempat di depan.
Barisan depan memang sangat rapat, kami sangat kesulitan untuk mendapatkan ruang gerak. Masing-masing penonton mempertahankan posisi. Padahal mereka yang pendek-pendek justru malah tidak bisa melihat ke panggung.
Setelah bersama-sama menyanyikan Indonesia Raya, Mr. Big langsung memulai pertunjukannya. Daddy, Brother, Lover, Little Boy langsung membuat tanah bergoyang untuk sementara waktu. Tentu saja dalam nomor ini, Billy Sheehan dan Paul Gilbert mempertontonkan atraksi bermain gitar dan bass menggunakan bor listrik. Kemudian diteruskan nomor hit lainnya, Take Cover dan Green-Tinted Sixties Mind. Sampai di sini terlihat mana yang benar-benar penggemar Mr. Big dan mana yang menunggu power balladnya saja.
Penonton tetap tak bergeming, kami akhirnya mengalah daripada harus keluar dari arena ditandu karena pingsan. Setelah menemukan tempat yang cukup memiliki ruang, kami kembali gila-gilaan. Walaupun sound yang keluar tidak gagah, tapi kami terus meloncat. Tidak peduli dengan penonton sekitar yang masih menunggu power ballad.
Akhirnya para penonton yang memenuhi arena mendapatkan kepuasannya. Mr. Big memberikan tiga balada: Wild World dari Cat Stevens, Just Take My Heart, dan To Be With You. Mereka terlalu baik. Bagi kami, justru kami berharap mereka memlintir tiga lagu tersebut agar tidak sama dengan yang terdengar dari album. Kami justru ingin mendengar betapa mereka capek menyanyikan balada, dan mereka bisa berbuat semaunya dengan balada yang mereka punya. Tapi sayangnya itu tidak terjadi malam itu.
Pada nomor-nomor kuat seperti Price You Gotta Pay, Alive and Kickin, dan nomor yang pertama kali melambungkan mereka ke dalam tataran bukan band glam biasa, yaitu Addicted To That Rush, kami menjadi paling gila di antara sekitarnya.
Dalam banyak kesempatan, Paul Gilbert dan Billy Sheehan masih mempertontonkan kehebatan mereka. Mereka berdua mash sanggup meniti fret dengan segala cara. Sedangkan Pat Torpey di belakang drum rasanya sudah terlalu tua. Tetapi menurut Old Skuller, penampilan mereka pertama kali ke Jakarta sekitar 10 tahun lebih yang lalu adalah penampilan terbaiknya. Sayang sekali bagi mereka di lautan penonton malam itu yang tidak berkesempatan melihat Mr big yang sebelumnya pernah datang.
Mendengar Colorado Bulldog dimainkan setelah To Be With You, kami yakin ini adalah lagu terakhir. Karena itu kami semakin menuntaskan kegilaan di lagu terakhir ini.
Karena format festival, maka sepertinya Mr. Big memangkas durasi panggungnya. Padahal ini adalah kesempatan untuk melihat Mr. Big bereuni dalam formasi terbaiknya. Di malam itu juga tidak muncul atraksi anggota Mr. Big saling bertukar posisi. Kabarnya trik ini masih dipakai di konser reuni di Jepang.
Secara keseluruhan kami merasa puas mlam itu. Kami mendapat kesempatan melihat penampil terbaik malam itu. Baik yang penontonnya minimum sampai yang memadati arena.
Tanda festival ini bakal ada lagi tahun depan. Dan sebaiknya mengundang line-up yang lebih baik lagi. Dear panitia, pernahkah kalian mendengar ada negara kecil di Eropa sana, Swedia namanya, yang punya band-band bagus?
Old Skuller
No comments:
Post a Comment