
Belum lagi drama tersebut hilang di kepala, tiba-tiba sinetronnya benar-benar muncul. Berhubung belum masuk ke bulan puasa, maka kami masih enak untuk mengomentarinya.
Terus-terang kami belum menonton sinetron dengan judul yang sama dan singkat, Manohara, karena kami juga tidak tertarik untuk menontonnya. Lagian apa yang mau diharapkan dari proyek TV yang dipikirkan kurang dari sebulan? Sepertinya produsernya takut issue Manohara keburu basi.
Tanpa perlu ikut kelas akting, Manohara-nya sendiri yang kemudian didapuk untuk menjadi pemeran utama, memerankan dirinya sendiri. Luar biasa. Kalaupun dicemooh Manohara tidak bisa berakting, tentu saja yang mencemooh benar. Ini adalah resiko yang harus diambil produser. Tapi justru karena Manohara tidak bisa berakting, sinetronnya jadi punya bahan omongan yang lain.
Dan juga kok bisa-bisanya, ini masih tidak habis pikir, belum lagi kemelut keluarganya tuntas, Manohara sudah ber-otobiografi dengan cerita yang dimiring-miringkan, teken kontrak dengan produser untuk melayarkacakan hidupnya. Entah berapa yang diterima oleh Manohara, tapi dengan cara seperti ini, maka yang tercium adalah uang. Ini kah harga yang harus dibayar untuk menjadi selebriti? Dari infotainment menuju sinetron. Bukan kebalikannya.
Not-so-pink Chick
No comments:
Post a Comment