Showing posts with label Album Review. Show all posts
Showing posts with label Album Review. Show all posts

Thursday, November 12, 2009

Album Review: Children Of Bodom - Skeletons In The Closets


Segala bayangan liar perkembangan metal yang pernah ada di pikiran kita cepat atau lambat pasti akan terjadi. Menggabungkan rap dan metal, terjadi. Memasang vokal bergaya opera di tengah hentakan metal, terjadi. Mengkombinasikan deathcore dengan elektronik, juga bisa terjadi. Memasukkan keyboard dalam rif gitar yang melodik serta memainkannya bagaikan shreding dalam solo, Children of Bodom sudah melakukannya 12 tahun lalu lewat album debutnya, Something Wild. Dan Children of Bodom masih yang terdepan di genre yang sering disebut sebagai melodic death metal dengan keyboard yang masif.

Di rentang karir mereka selama 12 tahun, band dari daratan dingin Finlandia ini, banyak merekam lagu-lagu cover. Versi cover dari Children of Bodom ditempatkan sebagai lagu bonus dan side B. Beberapa lagu orang yang dibawakan kembali oleh Children of Bodom sempat menghangatkan forum diskusi di Internet. Karena di banyak negara nomor tersebut tidak dirilis, maka lagu cover ala Children of Bodom bersliweran di Internet bagi mereka penggemarnya yang penasaran. Bayangkan seberapa penasarannya bagi penggemar untuk mendengar Oops!...I Did It Again dari Britney Spears (apalagi kami di L@L yang menyukai Britney) direkam ulang dengan gaya melodic death metal.

Skeletons In The Closet mengumpulkan lagu-lagu berserakan itu ke dalam satu album. Album ini menunjukkan bahwa Children of Bodom, atau lebih tepatnya Alexi Laiho sebagai frontmannya, mendapatkan pengaruh, memiliki selera musik dan selera humor yang luas. Terdapat di dalamnya lagu-lagu dari band punk, hair metal, thrash metal sampai pop yang paling manis.

Karena direkam di berbagai kesempatan, sound yang keluar tidak semuanya seragam. Yang pasti, dalam semua lagu yang direkam, Children Of Bodom menyematkan tanda tangannya sehingga terdengar seperti layaknya lagu mereka sendiri.

Bagi mereka yang selama ini hanya punya kesempatan mendengar cover Britney, kini penggemar bisa mendengar lebih banyak cover dari Billy Idol, Andrew WK, Ramones, Sepultura, Slayer, Iron Maiden, Alice Cooper dan Poison. Selain lagu-lagu lama, Children Of Bodom memasukkan trek yang baru cover dari Pat Benatar, Suicidal Tendencies dan Anthrax. Well, sebenarnya bukan benar-benar dari Anthrax karena Antisocial adalah cover dari Trust. Tapi Children Of Bodom mengambil versi cover dari Anthrax untuk dicover.

Pesan kami, jangan terlalu ambil pusing saat mendengarkan album ini. Seperti kami bilang sebelumnya, Alexi Laiho punya selera humor yang luas. Santai saja. Metal juga bisa santai kan?

Old Skuller

Wednesday, November 11, 2009

Album Review: Marie Digby - Breathing Under Water


Setiap generasi punya masanya menggila-gilai penyanyi solo perempuan muda yang melantunkan lagu-lagu cinta mengiringi petualangan romansa mereka. Mulai tahun 80-an, pola ini lebih terbentuk. Tiga dekade sudah dilewati, produk pop dengan identitas ini masih ada tanpa banyak berubah.

Musik sejenis ini bukanlah dari mereka yang menciptakan evolusi pop. Mereka bukan yang tiba-tiba melakukan lompatan jauh, seperti JT dari Nsync ke album solo dan menuju album solo berikutnya. Penyanyi solo perempuan candy pop tidak terlalu pusing untuk merubah tatanan musik. Yang mereka perlu bawa adalah keceriaan dan sedikit kebingungan dalam hidup penuh cinta.


Marie Digby dalam album Breathing Under Water jelas mengadopsi formula lama yang pernah berhasil di dekade 80-an dan 90-an. Beri permen yang manis dan semut-semut akan datang.


Materi Breathing Under Water dan sampul albumnya menunjukkan Marie Digby memiliki modal untuk menjadi diva remaja, baik dari sisi keapikan lagu dan penampilan fisik. Tetapi pendekatan yang dilakukan Marie Digby terlalu sederhana sehingga tidak cukup mampu mendobrak remaja kebanyakan yang terus dicekoki banyak produk.


Avalanche adalah single yang paling menarik perhatian. Chorus catchy masih menjadi andalan yang tepat sasaran. Sedangkan 12 lagu lainnya, walaupun tidak buruk, bahkan sebenarnya bagus, tidak mampu untuk menarik perhatian.

Pilih saja secara acak lagu yang terdapat di album ini. Mereka memberikan tingkat ketenangan yang sama. Buat mereka yang suka hidup tenang dan monoton, mereka akan cari aman dengan menikmati lagu-lagu tenang yang kata mereka dapat membelai jiwa.

Padahal yang diperlukan bagi kami adalah kemampuan lagu atau album untuk membuat kami terdiam sejenak dan berkata, "siapa nih?" Aransemen yang dijajarkan terlalu sederhana, sehingga potensi membuat hook tidak tercapai. 13 lagu yang didengarkan seperti angin tipis yang membuat kami mengantuk, belum sampai tertidur. 13 Lagu dengan unsur ketenangan yang sama bukanlah pilihan yang baik. Paling tidak seharusnya terdapat dua atau tiga lagu yang lebih sedikit berani. Yang kami perlukan hanya sedikit lebih, tidak harus banyak-banyak.

Tampaknya masterpiece dari Marie Digby masih cover Umbrella dengan gitar akustik.

Hip Master

Tuesday, June 23, 2009

Review Album: The Bird And The Bee - Ray Guns Are Not Just The Future


Setelah scene metal indie meledak di tahun 80-an, alternatif dan hip hop indie merajalela di tahun 90-an, akhirnya pop indie menyeruak di tahun 2000-an. And we thought this would never happen.

Sebenarnya apa definisi pop indie menurut live@loud? Selain tidak sepenuhnya berasal dari major label, adalah pop yang asik, berbeda dengan buble gum pop yang menguasai era milenium. O iya dan para artis pop indie tidak ragu untuk melantunkan kata-kata kotor di trek hitnya.


The Bird and The Bee, band pop indie, walau di bawah label jazz Blue Note, merilis satu lagi album yang berisikan lagu-lagu tanpa cela. Semuanya diproduksi dengan cermat sehingga tetap mempertahankan citra mereka sebagai bukan band pop biasa.

Mendengarkan Ray Guns Are Not Just The Future seperti mendengarkan sekuel dari album self-titled sebelumnya. Struktur, tempo, cara menyajikannya tetap sama. Untungnya album terbaru ini masih memiliki trek-trek yang keren, enak didengar saat duduk sendiri di rumah atau saat pesta kecil dengan sekelompok teman dekat.


Walaupun tetap terasa ringan dan mudah dicerna, tetapi The Bird and The Bee masih memberikan nuansa bahwa lagu mereka bukanlah lagu yang akan diterima major label tapi cocok untuk bagi mereka yang mencari pop pintar.
Duo Greg Kurstin dan Inara George tetap membuat album ini seminimal mungkin. Karena itu pada saat tertentu, mendengarkan keseluruhan album bisa menjadi membosankan karena tidak ada joyride naik dan turun.

Selain Love Letter To Japan yang banyak diputar di radio, trek-trek lainnya juga tidak kalah cemerlang. Hanya saja jangan memaksa diri untuk mendengarkan albumnya langsung dari awal sampai habis. Nikmati satu persatu.

Not-so-pink Chick
 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by