Sumber dari operator GSM terkemuka di Indonesia memberitahukan fakta-fakta seputar fenomena RBT di negeri kepulauan tercinta ini. Salah satunya seperti dugaan kami.
RBT tidak disangka-sangka meledak di Indonesia. Karena, di luar negeri RBT bukan layanan andalan untuk mendatangkan uang. Eh malah di Indonesia RBT bisa digila-gilai.
Semakin ke timur, pemakai RBT semakin banyak. Ini mungkin semakin ke timur akses untuk membeli CD original semakin sedikit. Karena itu mereka yang punya dua handphone, membeli RBT untuk kemudian didengar memakai handphone yang lain. Lumayan 30 detik, daripada beli bajakannya.
Hip Master
Showing posts with label RBT. Show all posts
Showing posts with label RBT. Show all posts
Friday, August 7, 2009
Thursday, August 6, 2009
Whatever: Laju RBT Masih Belum Terhenti, Alasan Mengapa Masih Belum Juga Berhenti
RBT adalah tren. Dan orng Indonesia senang dengan yang berbau tren. Selama tren mereka akan mengikutinya.
RBT adalah cara untuk menunjukkan kepribadian. Kepribadian orang Indonesia suka berubah-ubah tiap bulan. Kalau lagi bulan Agustus, kepribadiannya sedang penuh semangat perjuangan. Kalau lagi bulan puasa, kepribadian tiba-tiba berubah jadi alim. Kalau bulan Desember, kepribadian kepenginnya pesta melulu. Kalau bulan Februari, kepribadian jadi mendayu-dayu.
RBT adalah cara menunjukkan kecintaan pada artis. Nih loh gue bayar, gak cuma beli bajakannya aja.
RBT adalah cara penggemar mempromosikan artis kegemarannya. Moga-moga yang dengar RBT jadi ikut beli RBT-nya.
Alasan yang pertama adalah yang paling mendekati kebenaran.
Hip Master
RBT adalah cara untuk menunjukkan kepribadian. Kepribadian orang Indonesia suka berubah-ubah tiap bulan. Kalau lagi bulan Agustus, kepribadiannya sedang penuh semangat perjuangan. Kalau lagi bulan puasa, kepribadian tiba-tiba berubah jadi alim. Kalau bulan Desember, kepribadian kepenginnya pesta melulu. Kalau bulan Februari, kepribadian jadi mendayu-dayu.
RBT adalah cara menunjukkan kecintaan pada artis. Nih loh gue bayar, gak cuma beli bajakannya aja.
RBT adalah cara penggemar mempromosikan artis kegemarannya. Moga-moga yang dengar RBT jadi ikut beli RBT-nya.
Alasan yang pertama adalah yang paling mendekati kebenaran.
Hip Master
Labels:
Hip Master,
industri musik,
RBT,
whatever
Wednesday, August 5, 2009
Tech & Ent: RBT adalah Indonesia, dan Indonesia adalah RBT

Indonesia ini adalah anomali untuk urusan teknologi. Handphone paling mahal justru paling banyak dibeli di Indonesia. Hanya untuk ber-Facebook dan chatting gratis, maka terjadilah demam BB.
Itu dari sisi hardwarenya, dari sisi layanan telekomunikasi, Indonesia juga termasuk anomali. Kelainan yang tidak terjadi di belahan dunia lain tersebut adalah Ring Back Tone atau disingkat RBT. Sementara di negara-negara lain RBT tidak laku, justru di negeri kita tercinta ini RBT laku keras.
Para pemakai handphone dengan suka cita dan rela mengeluarkan sekian rupiah dalam satu bulan, bukan jumlah yang besar memang, untuk menggunakan RBT lagu tertentu. Mungkin ini adalah tanda para penggemar mengapresiasi dengan membeli RBT, daripada beli CD lebih mahal daripada RBT. Juga apresiasi dari para penggemar dengan turut mempromosikan lagu-lagu artis kesayangan ke semua orang yang menelponnya. siapa tahu mereka jadi membeli CDnya.
Sedangkan urusan RBT mencerminkan jati diri penggunanya, itu sih jadi nomor ke sekian. Yang penting eksis.
Hip Master
Labels:
Hip Master,
RBT,
Tech and Ent
Whatever: Mini Album, Artis Semakin Pasrah atau Hidup Segan Mati Tak Mau?
Di mana ada gula di situ ada semut. Tikus mengikuti kemana kejunya berpindah. Industri musik mengikuti di mana uang berada.
Meluncurkan album baru bagi industri musik kini menjadi pertaruhan yang semakin tinggi saja resikonya. Diperlukan biaya untuk rekaman, kemudian promosi untuk mengangkat lagunya ke chart. Apalagi bajakan menggila menggerus margin industri ini. Agar resiko makin kecil dan margin terjaga, maka industri melihat mini album dan berujung ke RBT.
Mini album berarti tidak harus menyediakan lagu bagus sebanyak album penuh. Cukup dua atau tiga lagu dan sisa tiga lagu bisa berupa remix atau stok lagu lama. Buat dua atau tiga lagu itu lebih banyak didengar, dan kemudian tunggu pemasukan dari RBT. Penjualan mini albumnya sih gak usah dipikirin lagi. Ini hanya umpan untuk mengejar RBT.
Apakah ini cara yang kreatif? Bukan. Ini adalah langkah putus asa. Baik industri dan artis seperti tidak punya jalan lagi untuk mengejar pemasukan. Mereka seperti sudah tidak punya rasa percaya diri bahwa kalau memang albumnya bagus, maka pasti akan dibeli. Walaupun jumah yang dibeli tetap lebih sedikit, paling tidak seharusnya album mengalami penjualan yang lebih baik.
Kalau yang dipikirkan hanya menjual dan menjual saja, maka tujuan akhir untuk menjual lebih banyak CD tidak akan tercapai di jaman seperti sekarang ini. Harus digunakan jalan lain yang kadang melingkar jauh terlebih dahulu baru sampai ke sasaran. Apakah maksudnya memberi himbauan kepada pasar untuk tidak membeli produk bajakan? Iya, tapi tidak harus mengatakannya secara langsung seperti itu saja.
Pasar ingin lebih dihargai, apalagi mereka sekarang punya kontrol penuh akan cara mendapatkan album. Mereka punya banyak pilihan yang secepat kilat dapat dieksekusi. Intinya adalah kenali lebih baik pasarnya. Pasar yang dulunya terus dicekoki untuk dipaksa membeli. Keadaan sudah berubah. Perlu kerja lebih keras untuk mengejar ketinggalan.
Not-so-pink Chick
Meluncurkan album baru bagi industri musik kini menjadi pertaruhan yang semakin tinggi saja resikonya. Diperlukan biaya untuk rekaman, kemudian promosi untuk mengangkat lagunya ke chart. Apalagi bajakan menggila menggerus margin industri ini. Agar resiko makin kecil dan margin terjaga, maka industri melihat mini album dan berujung ke RBT.
Mini album berarti tidak harus menyediakan lagu bagus sebanyak album penuh. Cukup dua atau tiga lagu dan sisa tiga lagu bisa berupa remix atau stok lagu lama. Buat dua atau tiga lagu itu lebih banyak didengar, dan kemudian tunggu pemasukan dari RBT. Penjualan mini albumnya sih gak usah dipikirin lagi. Ini hanya umpan untuk mengejar RBT.
Apakah ini cara yang kreatif? Bukan. Ini adalah langkah putus asa. Baik industri dan artis seperti tidak punya jalan lagi untuk mengejar pemasukan. Mereka seperti sudah tidak punya rasa percaya diri bahwa kalau memang albumnya bagus, maka pasti akan dibeli. Walaupun jumah yang dibeli tetap lebih sedikit, paling tidak seharusnya album mengalami penjualan yang lebih baik.
Kalau yang dipikirkan hanya menjual dan menjual saja, maka tujuan akhir untuk menjual lebih banyak CD tidak akan tercapai di jaman seperti sekarang ini. Harus digunakan jalan lain yang kadang melingkar jauh terlebih dahulu baru sampai ke sasaran. Apakah maksudnya memberi himbauan kepada pasar untuk tidak membeli produk bajakan? Iya, tapi tidak harus mengatakannya secara langsung seperti itu saja.
Pasar ingin lebih dihargai, apalagi mereka sekarang punya kontrol penuh akan cara mendapatkan album. Mereka punya banyak pilihan yang secepat kilat dapat dieksekusi. Intinya adalah kenali lebih baik pasarnya. Pasar yang dulunya terus dicekoki untuk dipaksa membeli. Keadaan sudah berubah. Perlu kerja lebih keras untuk mengejar ketinggalan.
Not-so-pink Chick
Labels:
industri musik,
Not-so-pink Chick,
RBT,
whatever
Subscribe to:
Posts (Atom)