Showing posts with label Internet. Show all posts
Showing posts with label Internet. Show all posts

Wednesday, February 24, 2010

Iwan Fals Atau Bukan Iwan Fals


Kemarin ranah Twitter tiba-tiba dihebohkan dengan ditutupnya account si motivator super yang tidak sanggup lagi mendengar kicauan burung yang tidak mendukung pendapatnya. Aduh gara-gara Twitter saja sampai segitunya. Katanya motivator super, masak selip kata sedikit langsung mundur dari dunia cyber yang tidak mengenal tata krama dalam bertutur. Kalau tidak siap menerima cercaan di Internet, maka jangan coba-coba membuat pernyataan di Internet. Dunia maya ini dikenal sudah menelan banyak korban karena saking ganas dan bengisnya.

Di hari yang sama, masih di ranah Twitter, tiba-tiba lahir satu account yang mengagetkan yaitu @iwanfals. Mulut-mulut pengicau langsung ribut. Ada yang iseng tanya ini dan itu, tapi tak sedikit juga yang mempertanyakannya dengan bahasa yang seperti tak pernah mendapatkan pelajaran budi pekerti.

Orang di belakang account @iwanfals menjawab semuanya dengan biasa-biasa saja, cenderung ringan dan sekenanya. Seperti sosok Iwan Fals atau bukan ya jawaban seperti itu? Kami yang tidak mengenal bang Iwan secara pribadi tidak berani berburuk sangka.

Sampai ada media online yang mengkonfirmasikan keaslian account ini sesuai nama aslinya. Itu pun masih menuai banyak tanda tanya di account ini. Apakah ini adalah gambaran orang Indonesia yang suka berburuk sangka? Geleng-geleng kepala.

Kalau ternyata ini bukan bang Iwan sendiri yang buat terus kenapa? Kalau ini bang Iwan yang bikin tetapi yang jawab bukan bang Iwan terus juga kenapa? Geleng-geleng kepala.

Menurut kami foto atau yang disebut avatar di account itu adalah foto yang teramat cupu. Tapi justru karena saking cupunya kami percaya ini account asli. Kalau ternyata pendapat kami salah, ya tidak apa-apa juga. Apa ruginya sih berbaik sangka?

Old Skuller

Thursday, December 17, 2009

Hidup Gaya: Gara-gara Twitter

Jejaring sosial tidak hanya jadi kebutuhan untuk bisnis saja, tapi sudah masuk ke gaya hidup. Tahun lalu, kalau tidak punya account Facebook berasa seperti yang paling kuno di dunia. Sekarang kalau tidak update dengan Twitter, maka segala gosip akan terlewat. Tapi banyak orang memperlakukan kegiatan ganti-ganti status ini terlalu serius. Sebenarnya harus tetap serius, tapi jangan terlalu ditanggapi serius.

Seperti peristiwa Twitter terheboh di Indonesia yang meledak karena kemarahan Luna Maya ke infotainment tertumpah lewat kicauan burung. Hanya 140 karakter, dan gemparlah dunia infotainment. Dasar infotainment dan penggemarnya juga, pesan pendek itu menyebar ke mana-mana dan dijadikan tayangan utama. Buat yang belum kenal Twitter, ini bisa jadi promosi gratis.

Bagaimanapun ini adalah surga dan nerakanya jaringan sosial. Surga karena bisa dapat informasi lebih cepat dari situs berita yang paling cepat, karena bisa ketemu teman lama dan kenalan dengan teman baru, serta untuk menghabiskan waktu luang daripada bengong. Neraka kalau tidak sadar dengan apa yang bisa dihadapi adalah hatethread. Saat mempostingkan sesuatu ke jejaring sosial yang telah menjadi ranah publik walaupun keberadaannya di awan, maka banyak orang yang tidak suka dengan postingan tersebut akan langsung beraksi. Reaksinya pun bisa dilihat oleh orang-orang yang lain.

Kalau tidak kuat menghadapi hatethread maka ini adalah neraka virtual. Tapi kalau sudah siap dengan komentar paling nyelekit menusuk jantung, maka biarlah berlalu. Wajar saja kan punya pendapat yang berbeda?

Tidak di Indonesia saja, di negara mana pun sama. Karena pada kenyataannya jejaring sosial tidak mengenal batas geografis. Jadi gaya seluruh dunia menghadapi jejaring sosial beda-beda tipis lah.

O iya, kami tidak mau berkomentar bahwa kalau artis sebagai sosok publik harus berlaku begini dan begitu di jejaring sosial. Karena semua orang seharusnya sadar dengan apa yang dihadapinya. Kalau tidak sadar, cepat atau lambat jejaring sosial bisa lebih jahat daripada neraka dunia.

Not-so-pink Chick

Monday, October 26, 2009

Tech And Ent: Kepemilikan Digital

Pernahkah memiliki kondisi seperti ini? Kita sudah membeli produk original, entah itu musik, film atau, buku. Tetapi kemudian hari apa yang kita beli rusak (karena terbanting, perawatan yang kurang baik atau termakan umur) atau hilang (karena tercecer saat pindahan, dipinjam teman dan tidak balik). Sayangnya produk itu sangatlah bagus sehingga terasa sekali kehilangannya. Sedangkan pada saat mencari produk itu untuk membeli ulang, yang ditemukan di toko adalah produk dengan harga lebih mahal atau bukan sudah tidak tersedia lagi untuk dijual.

Menghadapi kondisi seperti itu, apa yang harus kita lakukan? Kalau termasuk sebagai warga dunia yang baik, maka penyelesaiannya adalah jelas membeli ulang. Kalau memang punya duit, beli yang lebih mahal, ingat tiap tahun ada inflasi. Kalau belum punya duit, menabunglah atau menunggu dengan harap-harap cemas toko akan mengeluarkan produk dengan harga yang lebih murah. Kalau tidak ada di toko sekitar, larilah (atau lebih tepatnya kliklah) toko virtual yang bisa saja sebenarnya tokonya adalah tetangga dekat kita.

Bicara mengenai virtual, maka kita juga bisa berbicara tentang digital. Produk yang bukan fisik. Produk non fisik ada yang legal dan ilegal. Teman-teman sekitar yang bingung kenapa kami di Live@Loud sering sekali membeli produk legal memberikan kata-kata bijaknya sehubungan dengan topik ini. Begini kesimpulan dari obrolan yang kami petik, "Ingat, kita sudah pernah membelinya. Kita punya hak kepemilikan dari produk tersebut. Kalau ternyata produk yang kita miliki rusak atau hilang dan kemudian kita tidak bisa membelinya karena apapun alasannya, maka kita bisa mengunduh versi digital yang ilegal. Karena toh kita sebenarnya sudah membelinya secara teori." Kata kuncinya adalah kita sudah pernah membelinya, ngapain kita beli untuk kedua kalinya.

Kalau tidak dipikir lebih lama, alternatif untuk mencuri di Internet adalah pilihan yang sangat menggoda. dengan modal komputer dan koneksi Internet dibayarin orang tua, maka format digitalnya sudah bisa langsung siap dinikmati. Tapi kalau dipikir berkali-kali lagi, apakah cara ini benar? Seberapa jauh kita bisa memperpanjang hak kepemilikan kita terhadap suatu produk. Apakah kita memang punya hak untuk mengambilnya di Internet, dengan segala alasannya?

Logikanya begini. Bayangkan kalau produk yang rusak dan hilang itu bukan produk yang tersedia secara digital. Bayangkan kalau produk itu sebuah jam tangan, baju, celana dan lainnya. Tidak lah mungkin kita bisa datang ke toko untuk kemudian meminta ganti dengan alasan barang yang kita beli sebelumnya sudah rusak atau hilang.

Setelah kami pikir ulang dan melalui diskusi panjang, yang seharusnya kita lakukan adalah membelinya kembali.

Old Skuller

Thursday, October 15, 2009

Tech & Ent: Broadband dan Perilaku Berinternet

Kadang kami suka berandai-andai, apa yang kami lakukan kalu saja kami diberi kemewahan broadband seperti yang didapat di negara lain, seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan. Kami tidak memikirkan biayanya, karena yang pasti semakin cepat semakin mahal. Yang kami bayangkan adalah seandainya saja di Indonesia tercinta ini, broadband bisa berarti lebih cepat dari biasanya.

Pasti kami akan sangat tergoda untuk mendownload segala macam benda yang bisa didownload. Benda tersebut bisa berupa musik, film, buku, komik dan segala macam yang bisa masuk di hardisk kami yang kapasitasnya terbatas. Maklum namanya juga berkhayal, boleh dong lebih besar keinginan daripada kapasitas hardisk.

Tapi setelah didownload mau diapain lagi? Dengan kemampuan super cepat tentunya jumlah yang bisa didownload lebih banyak daripada kemampuan download kami yang maksimal 200 mega per hari. Itu pun sudah kami tinggal ke mana-mana, pagi dimulai hari gelap baru matang.

Tapi tidak adakah hal berguna lainnya yang bisa dilakukan oleh kami? Seharusnya ada. Misalnya kami akan lebih banyak membuat video untuk kemudian kami pamerkan ke dunia. Kami akan membuat toko virtual dengan tampilan menarik dengan flash dan video sehingga menarik pembeli. Kami akan lebih sering cari uang saku tambahan dengan menjajakan energi kreatif ke siapa saja di dunia ini yang bersedia membayar. Danlainnya masih banyak lagi.

Selesai membuat daftar panjang yang dapat kami lakukan dengan broadband, kami kemudian membandingkannya dengan aktivitas negatif. Ternyata daftar positif kami jauh lebih panjang daripada daftar seputar download konten ilegal. Ini memberikan kami keyakinan bahwa broadband bagaimanapun pasti lebih banyak gunanya daripada mudaratnya.

Jadi siapa saja yang membaca konten ini dan memiliki kuasa untuk menggelar broadband secara lebih cepat dan lebih luas, jangan ragu-ragu lagi. Kalau kata koran-koran dan para pakar, broadband nantinya pasti akan mendorong perekonomian. Kami tidak mengerti maksudnya, tapi untuk saat ini kami amini saja dulu.

Hip Master
 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by