Sudah seminggu lebih sedikit 2010 bersama kita. Seperti memang sifatnya waktu, terus berjalan tidak mau menengok ke belakang siapa saja yang tertinggal. Walau berjalan terus, awal tahun dekade baru ini masih merayap lambat. Seakan para artis terlalu lama mengambil liburan, mereka lupa untuk mengisi sisi otak kita yang sudah terlalu penuh disesaki sampah konsumerisme.
Kalau melihat dari tren berdasarkan sejarah, 2010 adalah awal dekade yang menjanjikan karya-karya bermutu dalam artian sebenarnya. Kilas balik dari tahun 1960-an memperlihatkan musik populer baru meledak, dan karena disebut sebagai musik pop maka keseragaman selera terjadi menyambut industri yang masih berbentuk bayi manis. Tahun 70-an memasuki era penambahan usia. Mulai muncul musisi dan pelaku film yang tidak hanya sekedar melayani apa yang diklaim oleh industri sebagai selera pasar. Terbit art rock yang kemudian dilibas punk, keduanya adalah penolakan terhadap industri yang mulai terlihat seperti pabrik dengan ban berjalan. Walaupun sukses secara komersial, film yang dirilis pada dekade berbunga-bunga ini dijadikan sebagai tolak ukur bagusnya film, The Godfather masih film mafia (atau keluarga) terbaik dengan cerita yang sebenarnya sederhana tapi dieksekusi secara brilian, Apocalypse Now menutup dekade ini dengan penyanggahan perlunya sebuah perang.
Memasuki tahun genap, 80-an adalah masa penuh warna dalam budaya pop dalam bungkus pop corn. Musik pop semakin deras dieksploitasi, musik di luar pop pun menjadi kepop-pop-an. Film Hollywood mulai merajalela mencengkramkan kuku di negara lain, di seluruh dunia. Proses cuci otak dimulai.
90-an adalah puncak dari segala-galanya arus penolakan, sebelum Internet masuk ke relung hidup dan mengakibatkan kekacauan yang belum bisa diselesaikan sampai sekarang. Artis indie bermunculan dan memutuskan arus utama. Mereka muncul dari mana saja, tidak peduli tempat mereka berasal. Selama di luar kebiasaan, maka mereka dianggap yang paling hebat. Hebatnya lagi, ledakan ini terjadi tanpa bantuan teknologi Internet. Entah dari mana tiba-tiba seseorang bisa sudah mendengar albu terbaru dari artis yang belum pernah kita dengar sebelumnya, dan entah bagaimana caranya seseorang bisa mendapatkan copy sebuah film cult yang dipuja di belahan dunia yang lain.
Milenium awal kembali ke era 80-an, bahkan tren di tahun tersebut dicopy ulang untuk diangkat kembali. 00-an bukanlah era yang terlalu menggembirakan. Teknologi membantu dalam lebih cepat menyebarkan informasi dan produk. Tetapi teknologi juga menggampangkan mereka yang belum benar bisa menciptakan sesuatu dan kemudian tiba-tiba menjadi pencipta. Walaupun jumlah pembajakan meningkat, tapi jumlah karya tidak juga berkurang, bahkan melonjak cepat. Untungnya masih ada pop indie yang menyelamatkan 10 tahun terakhir.
Tahun 2010 seharusnya adalah refleksi dari 00-an. Kita sudah hampir muak dengan timbunan tak berguna. Kita harus mengais-ngais untuk mendapatkan sesuatu yang belum tentu bagus benar. Era penolakan harus dimulai lagi. Siapkan dulu senjatanya, tidak perlu buru-buru. Untuk sesuatu yang bagus, kami bisa menunggu sedikit lebih lama.
Live@Loud Crew
Showing posts with label whatever. Show all posts
Showing posts with label whatever. Show all posts
Tuesday, January 12, 2010
Monday, December 7, 2009
Whatever: Orianthi Sedang Shooting Video Klip Bareng...Steve Vai

Yeah! Menurut kicauan burung, video klip kedua dari album Believe milik Orianthi adalah dan tak bukan Highly Strung yang Steve Vai ikut di dalamnya. Pilihan di jalur yang tepat. Setelah mempesona penggemar candy pop, sekarang saatnya menggedor pintu penggemar rock. Shred belum mati!
Sangat menantikan hasil video klip ini.
Not-so-pink Chick
Labels:
Not-so-pink Chick,
Orianthi,
Steve Vai,
whatever
Friday, November 13, 2009
Whatever: Orianthi Lagi
Buat mereka yang belum benar-benar percaya this lady benar-benar bisa bermain gitar, check out this video. Orianthi membuka konsernya Steve Vai. Steve Vai ladies and gentlement. The god of guitar himself.
Not-so-pink Chick
Labels:
Not-so-pink Chick,
Orianthi,
whatever
Friday, October 2, 2009
Whatever: Capeeee Deeeeh Sama Wakil Rakyat
Walaupun kami ikut memilih para wakil rakyat yang kemarin diambil sumpahnya, tetapi kami tidak peduli apakah pilihan kami akhirnya duduk di kursi empuk di Senayan sana. Anehnya ini tidak hanya terjadi pada kami. 100% responden yang kami tanya juga menyatakan hal yang sama.
Sebenarnya kami juga tidak peduli, kapan para pilihan rakyat akan menggantikan anggota terdahulu. Kalau saja biaya pelantikannya tidak dihebohkan oleh media, berita ini pasti kami lewatkan karena gak ada asik-asiknya.
Bicara mengenai wakil rakyat, kami sulit sekali menemukan lagu yang sesuai dengan kondisi ini. Yang paling melekat di kepala kami adalah lagu Surat Buat Wakil Rakyat dari Iwan Fals. Lagu ini dibuat saat Bang Iwan masih muda. Aransemennya pun jadul sekali. Perhatikan suara keyboard yang menyamai suara recorder. But anyway, lirik lagu ini masih sesuai dengan kondisi sekarang. Mereka yang ada di sana tidak banyak membantu kami.
Daripada keluar biaya besar lagi untuk studi banding keluar negeri gak jelas maksudnya, lebih biayanya buat pelatihan mensensitifkan indera perasa terhadap karya yang indah-indah. Yang celakanya, artis-artis yang terpilih ke gedung mblenuk gak jelas itu masih jauh dari standar indah yang kami rasakan. Diharapkan dengan menajamkan indera mereka terhadap seni, maka akan terpanggil jiwa mereka untuk membuat Indonesia menjadi negara yang lebih indah.
Not-so-pink Chick
Labels:
Iwan Fals,
Not-so-pink Chick,
whatever
Wednesday, September 16, 2009
Whatever: Siapkan Playlist Untuk Perjalanan Panjang

Lebaran sebentar lagi. Liburan sudah datang. Bakal mudik nih. Yeeeey!
Buat yang perjalanan mudiknya tidak memakan waktu panjang, seperti piknik ke Bogor, maka tidak perlu terlalu repot untuk mempersiapkan pengisi waktu. Tapi bagi yang mudiknya bisa memakan waktu berjam-jam sampai mungkin tertahan 24 jam karena macet gila, maka perlu dipikirkan pengisi waktu yang bisa menghibur dalam perjalanan.
Karena hidup di jaman digital, tidak perlu lagi membawa setumpuk CD ke dalam mobil. Cukup siapkan playlist di pemutar MP3, maka perjalanan akan menjadi lebih nyaman.
Kalau perjalanan ini akan inikmati bersama dengan keluarga yang berarti di samping kanan kiri ada bapak, ibu, kakak dan adik, lebih baik pilihan lagunya dibuat bervariasi. Janganlah egois, karena perjalanan mudik berarti stuck dengan mereka dalam waktu beberapa jam.
Buat bapak dan ibu, sediakan lagu-lagu dengan tempo tidak cepat. Sedangkan buat adik agar tetap gembira di jalan, sediakan hit pop catchy dan lagu anak-anak. Untuk membuang kebosanan dan agar tetap tenang di jalan, ada baiknya juga untuk mempersiapkan lagu klasik yang mendayu dan bergairah.
Terus kapan lagu-lagu kita mulai dipasang? Tetap bawa headphone. Saat kita sudah memuaskan mereka, giliran mereka mendengarkan radio lokal, copot pemutar MP3 dari dockingnya dan dengarkan sendirian lewat headphone.
Dengan begini, semuanya dapat bergembira di perjalanan mudik.
Hati-hati di jalan. Tetap waspada.
Hip Master
Labels:
Hip Master,
whatever
Thursday, September 10, 2009
Whatever: Van Canto, Metal Tanpa Instrumen (Kecuali Drum)
Saat berpikir kami telah melihat dan mendengar semuanya, ada saja yang tiba-tiba muncul tanpa pernah kami pikirkan sebelumnya. Siapa juga yang terpikir untuk membuat grup vokal metal acapella? Seperti Manhattan Transfer menyanyikan Fear Of The Dark-nya Iron Maiden.
Van Canto membuat mulut menganga karena grup vokal ini ditambah dengan satu drum berhasil mendapatkan aroma metal, tanpa harus memanggul gitar. Cover dari di antaranya, Nightwish, Metallica, Iron Maiden, Manowar dinyanyikan dengan intens tanpa harus membuatnya menjadi lenje. Kami bagaikan ditampar bolak-balik mendengar mereka mengimitasi bunyi rif dan solo gitar.
Ini adalah dua trek favorit kami.
Old Skuller
Van Canto membuat mulut menganga karena grup vokal ini ditambah dengan satu drum berhasil mendapatkan aroma metal, tanpa harus memanggul gitar. Cover dari di antaranya, Nightwish, Metallica, Iron Maiden, Manowar dinyanyikan dengan intens tanpa harus membuatnya menjadi lenje. Kami bagaikan ditampar bolak-balik mendengar mereka mengimitasi bunyi rif dan solo gitar.
Ini adalah dua trek favorit kami.
Old Skuller
Labels:
Old Skuller,
Van Canto,
whatever
Whatever: Jumlah Yang diperlukan Untuk Sebuah Boy Band

Berasal dari Korea Selatan, Super Junior adalah boy band beranggotakan 13 orang. Diulangi lagi pakai tanda seru 13 orang! Korea mengikuti semangat Hollywood. Lebih besar dan lebih banyak.
Apa yang bisa dilakukan oleh boy band berisikan 13 orang. Tidak banyak berbeda dengan Backstreet Boys, yaitu menyanyi dan menari. Dengan jumlah sebanyak itu, bahkan Super Junior tidak memainkan alat musik sendiri. Jauh sekali dibandingkan dengan Beastie Boys.
Jumlah 13 orang ini menjadikan 13 kali kelipatan kegantengan yang ditawarkan untuk menggaet penggemar wanita muda. 13 orang akan memberikan lebih banyak pilihan untuk dipandang-pandang. 13 orang akan membuat koreografi lebih rancak. Tetapi tidak menyelamatkan kenyataan yang benar-benar menyanyi hanya satu orang saja. 12 orang lainnya bahkan tidak mampu untuk menjadi penyanyi latar.
Not-so-pink Chick
Labels:
industri musik,
Not-so-pink Chick,
Super Junior,
whatever
Tuesday, September 8, 2009
Whatever: Rp 6,7 Triliun Itu Banyak Lho...

Pemerintah adalah organisasi yang senangnya buang-buang duit. Mereka pikir cari duit gampang kali ya. Rp 6,7 triliun dikeluarkan sebagai dana talangan buat Bank Century. Yang jadi pertanyaan adalah bank mati aja dikasih dana talangan.
Seharusnya dana sebesar itu bisa untuk hal-hal lain agar Indonesia lebih kuat dalam bersaing dan makin kreatif. Duit segitu bisa buat tambah-tambah proyek pemerataan broadband yang tak kunjung terwujud. Atau bisa buat menyekolahkan banyak anak, yang anak-anaknya boleh memilih bidang kesukaannya. Kalau suka matematik, dimasukkan ke sekolah yang kuat di matematika, kalau sukanya gambar maka masuk ke sekolah gambar, dan seterusnya.
Mari kita berandai-andai jika saja pemerintah lebih bijak untuk menghabisakan dana sebasar 6,7 triliun tersebut. Seberapa banyak aktivitas yang bisa dijalankan dengan 6,7 triliun rupiah? Yang jelas bisa banyak sekali.
Karena blog L@L membicarakan yang indah-indah, maka sebaiknya dana tersebut kita alokasikan untuk yang indah-indah saja untuk membangun moral bangsa (teori ini memang masih perlu pembuktian, tapi untuk sementara kami percaya dengan teori ini). Aktivitas pertama adalah mengamankan aset-aset kebudayaan negeri ini. Dengan cara menginventarisnya dan dipatenkan. Jadi kalau ada yang mau memakai budaya bangsa Indonesia sebagai gimmick marketing oleh negara lain, pemerintah mendapatkan pemasukan dari lisensi. Tidak perlu untuk mencak-mencak lagi kalau ada negara lain yang ngaku-ngaku.Cukup langsung kirim tagihannya saja nanti.
Aktivitas berikutnya adalah memperbanyak kegiatan seni bagi anak-anak. Entah itu sekolah seni atau memperbanyak perjalanan wisata yang bersifat kesenian, misalnya ke museum atau panggung budaya.
Agar aktivitas yang disebut sebelumnya berjalan menarik bagi anak-anak, maka sarana pendukungnya harus disiapkan. Dengan dana sebesar itu, museum dipugar agar lebih cantik, karyawan museum dinaikkan gajinya, di sisi lain tiket masuk museum harus menjadi lebih mahal, sedangkan subsidi tiket masuk diberikan untuk murid sekolahan. Panggung budaya menjadi sasaran make-over berikutnya. Tempat pertunjukan direnovasi agar lebih enak dilihat, biaya pemeliharaan ditingkatkan serta para penampil harus diberi pelatihan manajemen. Di sisi lainnya, harga tiket masuk harus dinaikkan juga. Semua biaya masuk dinaikkan karena orang Indonesia kan senang tuh dengan barang-barang mahal. Pasti laku deh.
Kalau masih ada dana sisa, maka pemerintah seharusnya menggelar festival musik bulanan, bukan lagi tahunan. Festival musik ini dengan dana sebesar itu ditambah dengan sponsor yang masuk pasti bisa menghasilkan pemasukan besar bagi negara. Ditambah dengan devisa yang masuk dari para wisatawan luar negeri karena mereka tertarik dengan wisata budaya dan festival Indonesia.
Kalau pemerintah lebih mau berpikir sedikit dalam membelanjakan uang dari rakyat, pasti negara ini lebih bener.
Hip Master
Labels:
Hip Master,
whatever
Monday, September 7, 2009
Whatever: Lagu Religi Indonesia Paling Metal
Selain Ungu, ada band lain yang konsisten menyuarakan ayat-ayat Tuhan dan menyebarkan kebajikan. Bahkan band-band ini lebih keras daripada Ungu yang mengharu-biru. Mereka metal beragama.
Salah satunya adalah Purgatory, walaupun bukan nama yang sering didengar oleh anak-anak trendy, tapi mereka sejauh ini tetap dapat bertahan. Dianggap sebagai pengikut Slipknot, karena di panggung mereka sering menggunakan topeng. Tapi kemudian, setelah mereka menyadari tidak mungkin untuk terus mengikuti Slipknot yang sering berganti topeng, Purgatory akhirnya melepas topengnya. Ini salah satu video mereka yang berlatar belakang sejarah Islam.
Salah duanya adalah Tengkorak. Sebenarnya mereka tidak sepenuhnya bernuansa religi. Tapi vokalisnya, Ombat, di atas panggung seringkali berdakwah. Sempat menjadi band grind core terpanas di Indonesia, sebelum mereka membubarkan diri.
Sebagai saran saja, kalau membawakan pesan positif di lagunya, jangan memakai vokal yang suaranya tidak bisa kita mengerti. Karena suaranya gak bisa dimengerti, maka pesan gak sampai. Mungkin bisa dicoba metal core dengan vokal bersih.
Old Skuller
Salah satunya adalah Purgatory, walaupun bukan nama yang sering didengar oleh anak-anak trendy, tapi mereka sejauh ini tetap dapat bertahan. Dianggap sebagai pengikut Slipknot, karena di panggung mereka sering menggunakan topeng. Tapi kemudian, setelah mereka menyadari tidak mungkin untuk terus mengikuti Slipknot yang sering berganti topeng, Purgatory akhirnya melepas topengnya. Ini salah satu video mereka yang berlatar belakang sejarah Islam.
Salah duanya adalah Tengkorak. Sebenarnya mereka tidak sepenuhnya bernuansa religi. Tapi vokalisnya, Ombat, di atas panggung seringkali berdakwah. Sempat menjadi band grind core terpanas di Indonesia, sebelum mereka membubarkan diri.
Sebagai saran saja, kalau membawakan pesan positif di lagunya, jangan memakai vokal yang suaranya tidak bisa kita mengerti. Karena suaranya gak bisa dimengerti, maka pesan gak sampai. Mungkin bisa dicoba metal core dengan vokal bersih.
Old Skuller
Labels:
industri musik,
Old Skuller,
Purgatory,
Religi,
Tengkorak,
whatever
Friday, September 4, 2009
Whatever: Bukti Lagi Bahwa Artis termasuk Pekerjaan Berbahaya
Kami telah memperingatkan sebelumnya bahwa artis termasuk dalam daftar pekerjaan yang berbahaya. Sama berbahayanya dengan tukang pembersih jendela gedung tinggi. Iming-iming uang besar tentu disertai dengan resiko besar juga.
Bisa jadi artis punya banyak pesanan berpentas live dengan bayaran menggunung. Tetapi ketatnya jadwal mengharuskan si artis untuk terus menjaga kesehatan. Sakit bukan lagi pilihan. Ini bukan pekerjaan model kantoran yang bisa segampang itu ijin sakit dan bisa berbaring-baring di rumah. Show must go on!
Madonna baru-baru ini tak sadarkan diri sejenak di konsernya di Sofia. Di sini faktor U mungkin juga berpengaruh, secara di setiap konsernya Madonna sangat banyak bergerak menguras tenaga.
Old Skuller
Bisa jadi artis punya banyak pesanan berpentas live dengan bayaran menggunung. Tetapi ketatnya jadwal mengharuskan si artis untuk terus menjaga kesehatan. Sakit bukan lagi pilihan. Ini bukan pekerjaan model kantoran yang bisa segampang itu ijin sakit dan bisa berbaring-baring di rumah. Show must go on!
Madonna baru-baru ini tak sadarkan diri sejenak di konsernya di Sofia. Di sini faktor U mungkin juga berpengaruh, secara di setiap konsernya Madonna sangat banyak bergerak menguras tenaga.
Old Skuller
Labels:
industri musik,
Konser,
Madonna,
Old Skuller,
whatever
Thursday, September 3, 2009
Whatever: Seimbang Antara Ibadah dan Kesenangan

Sebelum memulainya, perlu ada disclaimer di postingan ini. Post ini adalah murni pendapat dari Hip Master tanpa ada pengaruh dari Old Skuller dan Not-so-pink Chick. Reaksi mereka saat membaca postingan ini hanyalah manggut-manggut dan kemudian cekikan berdua.
Ini berhubungan dengan himbauan untuk tidak melakukan kegiatan bersifat mengumpulkan kebahagian secara massal. Lebih jelasnya, di bulan puasa ini segala-segala yang ujung-ujungnya dikomentari sebagai ajang hura-hura, sebaiknya tidak dilakukan. Kalau misalnya masih ada yang nekad untuk meminta ijin keramaian karena mau mengumpulkan massa untuk bersenang-senang, maka hampir 100% ijin tersebut tidak akan kunjung keluar.
Di sini Hip Master tidak akan membicarakan tentang klub-klub pagi siang malam yang tutup selama bulan puasa, tetapi lebih menitikberatkan pada konser yang tidak disarankan untuk diadakan. Ini bukan generalisasi, karena kami yang terus mengamati pergerakan dunia hiburan di Indonesia melihat masih ada konser yang dijalankan. Termasuk konser Chicago tanggal 11 September ini dan konser mereka yang punya lagu-lagu rohani. Dari contoh konser yang tetap boleh dijalankan, maka kebayang kan konser seperti apa yang tidak mendapatkan ijin?
Dari yang dibaca di berita dan milis, alasan dari tidak keluarnya ijin, adalah karena konsernya tidak senafas dengan semangat bulan puasa. What? Hari gene masih pakai alasan yang sama di jaman orde baru?
Sudah pada tahu sendiri lah, maksud sebenarnya adalah para penegak hukum tidak mau repot. Kalau konser tiba-tiba digrebek FPI kan mereka bakal repot juga.
Tetapi seharusnya yang namanya bulan puasa, segala kegiatan harus tetap berjalan seperti biasa. Ibadah memang harus diperbanyak sehingga ada aktivitas yang harus dikurangi. Tetapi kita tidak bisa mengatur kalau ada artis bagus yang pas di bulan puasa menggelar tur di sekitar kawasan Indonesia.
Kalau memang konser ini dikhawatirkan akan mengurangi ibadah di bulan puasa, maka adakan saja buka puasa dan shalat tarawih di arena konser. Setelah semuanya selesai maka konser pun dimulai.
Agar suara konser tidak saingan dengan corong masjid, maka arena konser sebaiknya dilakukan di tempat tertutup sehingga suara hanya terdengar di dalam saja. Kostum penampil juga harus diperhatikan. Usahakan agar kostumnya mengikuti budaya timur sehingga tidak muncul headline di koran besoknya: Sesudah Tarawih, Artis X Muncul Dengan Kostum Panas. Ini bisa digrebek FPI.
Selesai konser, maka bisa dilakukan doa bersama dan ajakan untuk sahur bersama. Seimbang kan jadinya. Ibadah dapet, hiburan juga dapet.
Foto dari detik.com
Hip Master
Labels:
Hip Master,
Konser,
whatever
Whatever: Nasihat Kami Dalam Membeli Produk-Produk Rohani

Menurut kami, semua ini hanyalah usaha para pemasar agar barangnya lebih laku terjual. Salah satu strategi yang paling banyak dipakai adalah manfaatkan momentum. Seperti saat bulan puasa ini semuanya tertuju untuk lebih banyak beribadah. Untuk mendukungnya maka suasananya pun dibuat untuk mendukung lebih banyak ibadah.
Buku adalah hal lain, kami akan mengeluarkan item ini dalam posting ini. Tetapi baju, film dan CD album adalah barang konsumsi yang mengikuti tren. Kami sering bilang if it is crap, then it is crap. Mau lagu rohani kek, mau lagu membangun kek, mau lagu depresi kek, mau lagu putus cinta kek, kalau memang jelek ya jelek aja. Kami harus mengatakannya dengan tegas, karena orang Indonesia suka nggak ngerti kalau dibilangin secara halus: beli baju, film dan album karena memang bagus, bukan karena trend.
Not-so-pink Chick
Labels:
industri film,
industri musik,
Lagu rohani,
Not-so-pink Chick,
whatever
Wednesday, September 2, 2009
Whatever: Pilihan saat Sang Ikon Meninggalkan Band

Ini terjadi juga pada band-band lain pada saat salah satu anggotanya yang paling terkenal keluar dari band tersebut, maka band itu telah dianggap bubar oleh para mereka yang menyebut dirinya penggemar, padahal band itu belum tentu bubar. Saat Sebastian Bach mundur dari Skid Row, banyak yang melihat bahwa Skid Row akan mati. Sedangkan pada kenyataannya Sebastian Bach tidak pernah lagi mengeluarkan album bagus. Oronisnya, dia kini lebih dikenal sebagai bintang reality show. Skid Row sendiri dengan anggota yang tersisa, ditambah dengan pergantian beberapa personil, tetap mengeluarkan album. Walaupun albumnya tidak pernah lagi sebaik album di era Bach, tetapi album Skid Row lebih baik daripada album solo Bach.
Lebih mundur lagi ke belakang, Genesis dan Marillion, keduanya ditinggalkan vokalis utamanya yang karismatik sekaligus motornya. Peter Gabriel dan Phish adalah ikon dari dua band tersebut. Kejadian ini ibaratnya kalau di Indonesia adalah Dewa ditinggal Dhani, dan Ariel meninggalkan Peter Pan. Tapi sejarah memeprlihatkan kedua band tersebut tetap terus jalan, dan terus memproduksi album.
Sebuah band bisa diibaratkan sebagai sebuah perusahaan. Selayaknya perusahaan, orang-orang yang mengisi posisi tertentu berubah silih berganti. Aktivitas PR telah membuat perusahaan juga memiliki ikonnya tersendiri, seperti mislanya Bill Gates yang identik dengan Microsoft. Padahal saat Bill Gates mengundurkan diri, maka Microsoft terus berjalan.
Apa yang tertanam bahwa band anu identik dengan si anu, tidak lain tidak bukan dikarenakan akivitas promosi dan PR yang dijalankan oleh mereka. Sebastian Bach tidaklah aka menjadi ikon kalau tidak ada gegap gempita pemberitaan. Karena saking seringnya berita tersebut keluar, maka pembaca sudah mematrinya di dalam kepala tanpa disadari.
Selanjutnya setelah ditinggal oleh si pembuat berita, maka sisa anggota band yang lain harus tetap berusaha agar lahan uangnya tidak habis. Mereka pasti sedikit terguncang akibat ulah para ahli komunikasi yang sebelumnya berhasil melambungkan ikon disertai oleh bandnya. Para ahli komunikasi kemudian akan lepas tangan dan berkomentar, sulit membangun brand band ini kembali karena sang ikon telah pergi.
Yang bisa dilakukan oleh band mendengar komentar dari ahli komunikasi yang tidak penting itu adalah tetap membuat album baru dengan kualitas yang lebih baik, dan tentu saja tidak lupa memasarkannya. Serta pilihan lainnya adalah tetap beraksi panggung dengan hit di masa sang ikon berada.
Terakhir, penggemar sebagai pasar juga harus memilih. Berhenti mendengarkan mereka karena kepercayaan sudah hilang, mengikuti sang ikon yang belum tentu akan menghasilkan sesuatu yang bagus, atau mengikuti band yang mungkin juga belum tentu mengeluarkan album bagus lagi tetapi paling tidak di panggung mereka memainkan hit lamanya.
Old Skuller
Labels:
Old Skuller,
whatever
Monday, August 31, 2009
Whatever: Noel Keluar Dari Oasis (Akhirnya)
Berita keluarnya Noel Gallagher dari Oasis sebenarnya tidak terlalu mengejutkan kami. Sebagai sebuah band, dalam kurun waktu 18 tahun, mereka terlalu banyak membuat berita tentang ketidakcocokan dan pertengkaran yang siling berganti. Di antaranya yang paling seru adalah perselisana antara dua bersaudara Gallagher, Noel dan Liam.
Apakah ini akhir dari Oasis? Belum tentu. Sejarah musik mencatat apa saja bisa terjadi. Sifat kekanak-kanakan para rocker di usia dewasa, bisa kemudian menjadi dewasa setelah mereka tua. Atau saat tabungan mereka sudah mulai menipis. Segalanya masih bisa terjadi, persis seperti opera sabun.
Dalam waktu dekat memang belum diketahui bagaimana nasib Oasis. Tanpa Noel, rasanya band ini akan susah berjalan terus. Karena Oasis sebenarnya lebih baik tanpa Liam daripada tanpa Noel.
Not-so-pink Chick
Labels:
Not-so-pink Chick,
Oasis,
whatever
Whatever: Di Mana Band-Band Tua Itu Sekarang Berada?

Dalam salah satu obrolan biasa dengan teman-teman di luar L@L, tiba-tiba topik pembicaraan berubah menjadi band-band lama yang dulu pernah muncul dan terkenal. Salah satu band yang disebut adalah Judas Priest. Semua orang di lingkaran obrolan itu, kecuali Old Skuller, bertanya-tanya, apa kabar dan di mana Judas Priest sekarang. Mereka mengambil kesimpulan band yang tidak pernah lagi terdengar pasti sudah benar.
Mendengar Judas Priest masuk ke topik obrolan apalagi dipertanyakan ke-eksis-an mereka sekarang, hati ini langsung panas. Sebagai jawaban dari pertanyaan mereka adalah: Judas Priest masih ada, kemudian dijelaskan setelah kickin' ass album, Painkiller, Rob Halford digantikan oleh Tim Owen untuk dua album saja. Kemudia Rob masuk kembali dan sudah bikin album lagi. Bahkan mereka sudah melakukan tur.
Bukannya gembira mendengar Judas Priest masih ada, mereka malah melihat Old Skuller dengan muka yang aneh. Seperti berkata mengapa kamu masih mengikuti band lama dan sudah tidak seterkenal dulu lagi? Dan darimana pula sumber informasinya? Tentu saja sumbernya dari Internet, you fool.
Karena itu, kalau masih ada yang bertanya-tanya pada kemana band-band tua itu, maka jawabannya adalah ya mereka memang lebih tua sekarang seperti juga kita yang semakin menua. Tapi banyak di antara mereka yang masih saja bermusik dengan album-album baru yang masih terdengar asik. Kalau penasaran, cari saja di Google.
Old Skuller
Labels:
Judas Priest,
Old Skuller,
whatever
Thursday, August 27, 2009
Whatever: Metal Menuju Arah Yang Lain

Tapi untuk saat ini, rasanya mereka mendorongnya terlalu jauh.
Old Skuller
Labels:
Old Skuller,
whatever
Whatever: Tidak Pernah Untuk Percaya Farewell Tour

Tahun ini Nine Inch Nails menyatakan: ini adalah tur terakhir. Apakah benar? Eee...maaf kami tidak mempercayainya. Di tahun ini juga NIN memperluas cakupan turnya. Negara-negara Asia yang biasanya tidak kebagian jatah, kini mendapat perhatian dari Trent Reznor. Kalau dilihat dari perhitungan ekonomi, semuanya menjadi masuk akal. Berita yang mengejutkan, judul yang menghebohkan, supply dijanjjikan akan dipotong, membuat demand meningkat. Akhirnya...uang mengalir.
Salah satu hal yang menarik para artis untuk kembali menggelar tur, tentu saja uangnya. Band-band yang dahulu bubar karena perbedaan pendapat akut, kemudian dapat bersatu lagi, bepergian bersama-sama dalam periode satu tahun. Pemandangan yang mustahil saat mereka menyatakan bubar, tetapi kedewasaan telah mengubah mereka. What? Memangnya mereka kurang dewasa pada waktu bubar?
Satu band lagi akan bereuni dan menggelar tur. The Cranberries, tentu saja lengkap dengan vokalisnya Dolores O'Riordan, akan kembali menemui penggemarnya. Beberapa band glam juga sudah banyak yang melakukan kumpul lagi dan menyambangi fansnya yang tidak lagi menemukan musik yang sama di era ini.
Selama masih ada pasar, berarti masih ada uang. Selama masih ada uang, pasti ada pihak yang tertarik untuk melakukannya.
Karena itu juga, God Bless yang tidak pernah jelas pernah bubar atau nggak, sesekali masih naik panggung. Dengan dilabeli legenda di belakangnya.
Old Skuller
Labels:
God Bless,
Konser,
Nine Inch Nails,
Old Skuller,
The Cranberries,
whatever
Friday, August 21, 2009
Whatever: To Be With You Yang Lebih Metal
Di Java Rockin' Land, Mr Big memainkan To Be With You dalam versi aslinya. Ini merupakan kutukan bagi band yang memiliki hit besar power ballad.
Seharusnya mereka memainkan lagu ini dalam versi lebih metal, agar sebagian besar penonton bengong, dan penggila Mr Big yang sebenarnya bisa lebih gembira.
Tapi kutukan ini untuk selamanya.
Old Skuller
Labels:
java rockin' land,
Mr Big,
Old Skuller,
whatever
Thursday, August 20, 2009
Whatever: Vote Britney For President
Seharusnya janji-janji calon president bisa sejelas ini.
Hip Master
Labels:
Britney Spears,
Hip Master,
whatever
Whatever: In Metal, Chick Rules!
Semakin banyak saja perempuan yang sekarang bergabung dengan atau bahkan menjadi frontwoman dari band metal. Padahal pada periode sebelumnya metal didominasi oleh laki-laki.
Perempuan banyak mengambil porsi vokal, yang biasanya terjadi di band-band gothic, tapi sekarang sudah mulai mengambil lahan vokal tinggi di power metal dan growl di death metal. Posisi terbanyak kedua adalah keyboard. Mungkin urusan mengetuk kunci ini masih sering dipersepsikan perempuan lebih jago memainkannya. Posisi ketiga yang semakin mengerucut adalah posisi bas.
Bagaimana pun posisi para perempuan di dunia metal memberikan lebih banyak warna. Apalagi penggemar metal yang lebih banyak laki-laki juga turut senang ada pemanis yang bisa lebih enak dilihat.
Terdapat dua kemungkinan perempuan dipasang dalam sebuah band metal. Pertama adalah kemahiran mereka untuk pantas ditempatkan di posisinya. Yang kedua adalah urusan daya jual, karena band dengan perempuan di dalamnya bisa lebih laku daripada tidak ada perempuannya. Bisa juga dua kemungkinan itu digabung jadi satu.
Untuk band seperti Winds Of Plague ini, apa pemikiran mereka untuk memasukkan Kristen Randall dalam band? Untuk menjawabnya, maka harus dibayangkan band ini tanpa Kristen Randall.
Old Skuller
Perempuan banyak mengambil porsi vokal, yang biasanya terjadi di band-band gothic, tapi sekarang sudah mulai mengambil lahan vokal tinggi di power metal dan growl di death metal. Posisi terbanyak kedua adalah keyboard. Mungkin urusan mengetuk kunci ini masih sering dipersepsikan perempuan lebih jago memainkannya. Posisi ketiga yang semakin mengerucut adalah posisi bas.
Bagaimana pun posisi para perempuan di dunia metal memberikan lebih banyak warna. Apalagi penggemar metal yang lebih banyak laki-laki juga turut senang ada pemanis yang bisa lebih enak dilihat.
Terdapat dua kemungkinan perempuan dipasang dalam sebuah band metal. Pertama adalah kemahiran mereka untuk pantas ditempatkan di posisinya. Yang kedua adalah urusan daya jual, karena band dengan perempuan di dalamnya bisa lebih laku daripada tidak ada perempuannya. Bisa juga dua kemungkinan itu digabung jadi satu.
Untuk band seperti Winds Of Plague ini, apa pemikiran mereka untuk memasukkan Kristen Randall dalam band? Untuk menjawabnya, maka harus dibayangkan band ini tanpa Kristen Randall.
Old Skuller
Labels:
Kriten Randall,
Old Skuller,
whatever,
Winds of Plague
Subscribe to:
Posts (Atom)