Showing posts with label Universal Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Universal Indonesia. Show all posts

Friday, July 16, 2010

Review Album: Parachute - Losing Sleep


Entah apa yang terjadi dengan saya di musim liburan ini. Hiburan komersil nan renyah yang biasanya saya tekuk, tiba-tiba menjadi teman baik saya. Selain film-film musim panas yang keterlaluan kacangnya, saya juga menikmati album-album musik yang beberapa nomornya sering diputar di radio yang banyak didengar orang di kala menikmati kemacetan.

Parachute, album Losing Sleep, adalah salah satunya. Di antara 10 lagu, plus satu lagu bonus, di dalamnya, yang paling saya sukai adalah nomor balada The Mess I Made. Trek favorit kedua berikutnya juga masih balada, She Is Love. Di luar balada, yang kalau di jaman glam akan disebut power ballad, saya juga menyukai trek Words Meet Heartbeats yang bisa membuat saya melompat-lompat kecil.

Aroma musik yang ditiupkan band berisikan lima orang ini menjauh dari Coldplay dan mendekati Matchbox 20. Kalau saja vokal Rob Thomas digantikan, Parachute bisa mengisi kekosongan Matchbox 20.

Segala yang ada dalam Parachute terasa empuk dan mudah untuk dipeluk. Volume masing-masing instrumen tidak pernah diangkat keluar untuk meninju muka, bahkan warna vokal mudah untuk dilupakan. Karena dalam porsinya masing-masing, album ini menjadi rendah diri dan tidak sombong yang justru menarik saya lebih dalam.

Not-so-pink Chick

Friday, June 25, 2010

Video Not Dead Yet: Lady Gaga - Alejandro



Ada perasaan aneh saat saya menonton video clip Lady Gaga - Alejandro ini. Ada bi-seksual, nafsu dan kekerasan yang disajikan dengan pendekatan menikmati sex dengan cara yang tidak wajar. Keanehan ini berjalan terus selama delapan menit, yang bagaikan tribut kepada Madonna. Tetapi kini Gaga mendorongnya ke area yang membuat orang tua paling moderat juga akan merasa rikuh.

Bra dengan moncong senapan adalah guyonan yang sangat tidak lucu. Pemenang modifikasi bra dipegang oleh Katy Perry.

Hip Master

Thursday, June 24, 2010

Video Not Dead Yet: Ran - Karena Kusuka Dirimu



Lirik dengan visualisasi video tidak harus sama. Lagu cinta dari Ran ditampilkan dalam parodi debat calon presiden yang berakhir dengan kericuhan, lengkap dengan selingan iklan yang dimereki Ran. Bukan sesuatu yang baru, tetapi melokalkannya dan membuatnya lebih dekat kepada kita yang sering berada di depan televisi, membuatnya lebih menarik.

Debat presidennya sendiri kurang menarik karena terasa kurang lincah dan berpanjang-panjang. Tapi perhatikan running text di bawahnya yang memparodikan nama-nama perusahaan yang tercatat di bursa, menjadikannya video ini harus saya putar dua kali.

Selingan iklannya sempat mengingatkan kepada video Foo Fighters - Big Me, yang memparodikan Mentos. Walaupun Foo Fighters juga tidak orisinal, maka usaha Ran ini adalah melanjutkan apa yang menjadi kebiasaan di video klip, yaitu memparodikan iklan. Cukup lucu tapi belum membuat saya tertawa terbahak-bahak guling-guling di lantai. Ya saya punya selera aneh dan tidak mudah disenangkan.

Not-so-pink Chick

Wednesday, May 26, 2010

Barang Baru: Satu Kata Untuk Sampul Album Miley Cyrus Terbaru


Cuma ada satu kata yang diperlukan untuk mengkomentari sampul album terbaru Miley Cyrus, Can't Be Tamed. HOT!

Selamat tinggal Hannah Montana. Miley tidak akan menengok kembali ke belakang, dia sudah besar.

Hip Master

Tuesday, May 25, 2010

Video Not Dead Yet: Rihanna (feat Slash) - Rockstar 101



Pertama, saya menyukai lagu ini. Kedua, saya menyukai video klip ini, walaupun tidak sepenuhnya.

Untung di Internet segalanya serba ada, termasuk video klip ini. Karena tanpanya video ini tidak akan mungkin masuk ke layar televisi lokal di Indonesia dengan tubuh Rihanna minim busana.

Entah dari mana rumor itu berasal. Kenyataanya Rihanna masih ada dan tampak lebih berbahaya dari sebelumnya. Tidak ada lagi muka manis di videoklip ini. Adegan dia bersama band terlihat seperti bintang industrial yang muak dengan status bintangnya.

Walaupun Slash tidak nampak di sini, termasuk saya juga tidak tahu bagian mana yang dimainkan oleh Slash, tapi dandanan Rihanna menyerupai Slash sungguh menghibur, glamor dan tetap berbahaya.

Not-so-pink Chick

Barang Baru: Sebenarnya 10 Album Edisi Khusus Bon Jovi Tidaklah Barang Baru, Tapi Bonusnya Yang Menarik

Universal Music Indonesia tanggal 30 Juni nanti akan meluncurkan bukan hanya satu tapi 10 album Bon Jovi edisi khusus. 10 album ini adalah album Bon Jovi masa lampau dari album pertamanya sampai Lost Higway. Jadi ini bukan benar-benar baru sih.

Sebagai iming-iming agar edisi khusus ini dibeli, maka dimasukkan beberapa trek live di setiap albumnya. Masih belum cukup menarik untuk dibeli? Setiap albumnya menyimpan replika ID akses panggung untuk setiap tur yang dilancarkan Bon Jovi untuk mendukung albumnya. Ini baru menarik untuk para kolektor. Kalau sudah punya album Bon Jovi, bisa ada kemungkinan mereka akan kembali membeli hanya untuk mendapatkan replika ID ini. Lihat saja fotonya, para penggemar gila dan kolektor akan meneteskan liurnya.



Masih belum mau beli juga? Setiap album akan dilepas dengan harga 55 ribu rupiah saja, dan tetap ada bookletnya lengkap. Masih mau yang lagi? Sudah cukup, dasar kalian makhluk serakah.

Old Skuller

Review Album: Slash - S/T


Album ini disebut sebagai solo album pertama Slash. Judulnya pun diambil dari nama mantan gitaris band legendaris, Guns N' Roses, walaupun di sampulnya tertera RN'FR. Kita tahulah singkatan dari apa RN'FR.

Tanpa harus menengok ke belakang arsip Guns N' Roses yang hanya dalam hitungan jari, album yang dibuat oleh Slash setelah era Guns N' Roses jauh dari memuaskan, baik itu di Slash's Snakepit maupun Velvet Revolver. Tapi apa mau dikata, sebagai penggemar Guns N' Roses saya tetap penasaran dengan album terbaru yang menggaet banyak featuring artist di dalamnya ini.

Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah apakah album solo Slash ini akan menjadi Probot yang sama sekali berbeda dengan Foo Fighters apalagi Nirvana, atau mirip dengan Supernatural dari Santana yang mencoba untuk eksis lagi mengikuti kemauan dari pasar yang semakin muda? Artis yang diajak kerjasama oleh Slash berpijak di masa lalu dan masa sekarang. Masa lalu diwakili oleh Ozzy Osbourne dan masa sekarang diwakili oleh salah satunya Fergie dari Black Eyed Peas. Dengan begitu strategi yang dijalankan adalah merangkul pasar sebesar-besarnya. Ini membuat saya khawatir.

Trek pertamanya, Ghost, cukup menenangkan hati. Sayatan gitarnya terdengar lebih Slash dibandingkan usahanya sebelumnya setelah Guns N' Roses, keras dan kasar. Menanjak ke nomor-nomor berikutnya, jawaban atas pertanyaan sebelumnya muncul. Slash berusaha keras menggoreskan tanda tangannya, tapi juga secara luwes mengikuti gaya artis yang diajaknya.

Ozzy terdengar seperti Ozzy di solo albumnya. Doctor Aliby yang menampilkan Lemmy Kilmeister terdengar seperti deru Motorhead dengan siraman alkohol. I Hold On adalah fantasi Kid Rock mengentaskan southern rock dengan gitaris yang piawai. Bahkan lagu terbaik di album ini, yaitu nomor instrumental, Watch This, yang menggandeng Duff McKagan dan Dave Grohl nyaris seperti jelmaan Probot yang lagunya tidak jadi dimasukkan ke album.

Sedangkan Fergie yang dikhawatirkan banyak orang akan menjadi titik terlemah di album ini, bagi saya terdengar seksi, walaupun ini bukan single yang layak untuk dijagokan. Anehnya, single yang layak untuk diputar lebih sering di radio justru saya pikir adalah nomor Nothing To Say yang mengundang M Shadow, vokalis Avanged Sevenfold, sebagai pengisi suara. Nomor ini penuh energi untuk didengarkan sambil berjalan menggunakan iPod, dan terdengar bagai tutorial Slash kepada Avanged Sevenfold tentang bagaimana memainkan musik secara lebih baik.

Secara keseluruhan album ini lebih memuaskan daripada Slash's Snakepit dan Velvet Revolver. Jiwa dari Slash ada di sini walaupun dikaburkan oleh aspek komersial. Pemilihan trek bonus yang memasukkan Paradise City, nomor ikonik dari Guns N' Roses, bahkan terdengar seperti hanya mengejar sensasi saja. Memasukkan Cypress Hill dan Fergie ke dalamnya tidak membuat Paradise City menjadi lebih paten, dan Slash tahu betul itu.

Kebetulan sebelumnya album Guns N' Roses yang terkatung-katung, Chinese Democracy, juga keluar. Saya jadi mengerti mengapa Slash akhirnya harus mengambil jalan yang berbeda dengan Axl. Sebagai penulis lagu, Axl ingin melebarkan sayapnya dengan lebih ambisius, kompleks dan anggun. Sedangkan Slash tetap ingin berakar pada rock n' roll yang sederhana, pejal dan kasar. Sayangnya kapasitas Slash sebagai penulis lagu berada di bawah Axl. Pertanyaan dari mana musikalitas Gun N' Roses di jaman mereka berdua terjawab sudah.

Old Skuller

Wednesday, May 12, 2010

Video Not Dead Yet: Justine Bieber - Never Let You Go



Justine Bieber membuatnya menjadi terlalu lebih mudah. Resep yang sama dipakai di video klip ini. Pesan yang ingin disampaikan adalah Justin Bieber teramat ganteng sehingga bisa gonta-ganti cewek di setiap video klipnya. Dengan predikat seperti ini, seharusnya JB menjadi idola laki-laki bukannya perempuan, apalagi para orang tua.

Dan untuk berkencan di usia yang masih belia, maka water world adalah tempat yang paling tepat. Penerangan gelap dan hanya ikan-ikan yang yang tahu kalau ada dua sejoli di dalamnya yang sedang di mabuk cinta.

Eeee...tidak akan terjadi di Ancol maupun wahana water world lainnya.

Not-so-pink Chick

Friday, April 30, 2010

Gig Gossip: Slash Mau Datang Benar Gak Sih?


Kalau yang ini benar-benar kabar burung. Tapi ada pihak yang keceplosan ngaku di Twitter. Mahaka yang sebelumnya sukses mendatangkan Imogen Heap, tiba-tiba mengeluarkan tweet akan mendatangkan Slash tanggal 3 Agustus ini ke Jakarta Raya. Kemudian crew L@L yang antusias mulai mencari informasi lebih dalam.

Di sisi yang lain, Universal Music Indonesia yang merilis album solo Slash di Indonesia memberitahukan kalau beli CDnya, struk pembelian jangan dibuang. Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan rencana kedatangan Slash. Jadi struknya bisa diganti dengan tiket nonton Slash? Masak 75 ribu sudah bisa nonton Slash? Mungkin tersedia potongan harga untuk nonton kosernya. Atau mungkin struk itu nanti bisa ditukar dengan merchandise?

Tiba-tiba saja semuanya bungkam, dan spekulasi makin menggila di luar sana. Sementara di websitenya Slash, Indonesia belum masuk dalam daftar.

Jadi kalau ini benar-benar jadi gosip. Maaf ya...

Not-so-pink Chick

Wednesday, April 14, 2010

Review Album: Timbaland - Presents Shock Value II


Timbaland adalah mesin pencetak hit. Yang namanya juga lagu hit, maka haruslah dapat diterima oleh banyak kuping orang. Kalau bisa diterima banyak orang, maka lagunya sebaiknya dibuat dengan renyah dan mudah ditelan. Terdengar kacang, tapi pada prakteknya tidak semudah itu.

Shock Value 2 mencoba meneruskan apa yang telah dikerjakan Timbaland di Shock Value sebelumnya. Menggandeng banyak featuring dengan nama-nama besar, turut memperlihatkan pesona dan pengaruh Timbaland di dunia musik.

Diawali dengan Carry Out bersama JT, trek ini menjadi trek terbaik di album ini. Walaupun belum mendekati yang tak tertandingi Cry Me A River, tapi Carry Out masih menunjukkan bahwa Timbaland dan JT adalah duet yang maut.

Selanjutnya trek-trek dihiasi dengan auto tone dan efek suara berlapis-lapis. Terdengar sama seerti Shock Value sebelumnya? Ini adalah sekuel. Tentu saja resepnya tidak boleh berbeda jauh.

Walaupun menawarkan deretan banyak bintang tamu, tapi ini adalah sepenuhnya album Timbaland. Sepenuhnya dia memegang kontrol bagaimana para bintang tamu melantunkan nadanya dan mengikuti beat renyah yang dapat memuaskan selera paling rendah sekali pun.

Tidaklah dosa untuk membuat model musik seperti ini. Tetapi meninggalkan rasa berdosa bagi yang sangat menikmatinya. Apalagi di saat CD berhenti berputar, terasa ada lubang dalam menganga untuk minta diisi.

Hip Master

Cas Cis Cus Musik: Justin Yang Satu Ini Sedang Banyak Penggemarnya Di Indonesia


Saya jauh lebih menyukai Justin Timberlake. Tapi yang dibicarakan di posting ini bukan Justin yang bersama Timbaland mencetak salah satu lagu terbaik yang pernah ada di dunia, Cry Me A River. Justin yang sedang digila-gilai di Indonesia adalah Justin Bieber, cowok imut 13 tahun dari Kanada yang di video klipnya terlihat seperti lelaki yang punya keinginan merayu cewek terlalu berlebihan. L@L pernah berbicara kotor mengenai video klipnya di sini dan di sini.

Sedangkan fenomena tetaplah fenomena, terlepas dari apa yang L@L pernah tulis. Album terbarunya, My Worlds, yang baru dirilis 13 hari sudah berhasil mencapai status gold, atau dalam angka adalah 5.000 unit. Suatu prestasi luar biasa bagi artis luar negeri yang posisinya digerus oleh artis lokal dan lapak bajakan. Dengan cepat, My Worlds yang berisikan dua disc, satu dari mini album sebelumnya dan satu lagi dari mini album terbarunya, sudah menyalip kompilasi Dahsyat. Tepuk tangan yang meriah buat JB!

Yang menariknya lagi adalah antusiasme penjualan album ini. Dikabarkan beberapa toko CD sudah mulai memesan kembali karena stok menipis dan permintaan masih deras mengalir. Pada hari pertama pemunculan album ini, walaupun tidak terjadi antrian mengular sampai keluar toko, pembeli yang tidak sabar sampai menyambar CD tersebut dari kotak kardus yang belum terdisplay di rak. Sekali lagi applaus bagi JB!

Antusiasme seperti ini sudah lama tidak terjadi, apalagi untuk ukuran artis luar negeri yang penjualannya biasa-biasa saja. Orang-orang kembali menyerbu toko CD. Ini yang L@L suka. Penggemar masih mencari album fisik, dan kalau saja lapak bajakan musnah, mungkin toko CD akan kewalahan dan penggemar yang kecewa akan membakarnya karena tidak bisa pulang membawa My Worlds (yang ini terlalu berlebihan). Bahkan JT harus iri dengan fenomena ini.

Tahun ini JB bisa bersanding dengan Cinta Laura sebagai penyemarak album fisik. Masih ada harapan buat toko CD.

Hip Master

Tuesday, April 13, 2010

Review Album: Four Year Strong - Enemy Of The World


Seperti halnya rock dan metal yang dikawinsilangkan dengan genre atau sub-genre lainnya sehingga semakin membingungkan untuk dikategorikan, emo juga mengalami hal yang sama. My Chemical Romance mendapatkan pencapaian musikalnya dengan membaurkan rock klasik ke dalamnya. The Fall Of Troy diperdebatkan apakah masuk ke kategori progresif oleh mereka yang terjebak di masa lalu keemasan Yes. Sedangkan Four Year Strong mengambil sedikit dari power metal agar bisa dibedakan dengan serbuan band sejenis.

Sekejap, saya sempat berpikir Four Year Strong adalah band kloning dari Blessed By A Broken Heart yang mengumbar banyak tendangan double bass drum dan mengawinkannya dengan elektronik. Ternyata kadarnya saja yang berbeda. Terdapat double bass drum yang terpencar di sana sini, dan elektronik yang minimal. Kadar persamaannya mungkin hanya di sisi break yang seperti menaiki roller coster.

Kalau saja dihilangkan double bass drum dan elektronik, maka Four Year Strong akan sama dengan Fall Out Boy era From Under the Cork Tree. Oh band ini ternyata berada di bawah label Decaydance milik Pete Wenz.

Sementara Fall Out Boy semakin meninggalkan formula keberhasilannya, Four Year Strong mengambil tempat itu dengan sedikit modifikasi. Trek-trek di awal album seperti It Must Really Suck To Be Four Year Strong Right Now, On A Saturday dan trek lain dengan judul tidak nyambung khas emo adalah ekstasi chorus bermelodi yang para penonton konsernya akan bersemangat menyanyikannya.

Tak heran, Four Year Strong sebelum albumnya dirilis secara resmi oleh Universal Music Indonesia sudah mendapat hati dari banyak pengikutnya yang berusia kinyis-kinyis. Ini bagaikan anthem pemberontakan mereka, seperti hair band di 80-an dan alternatif di era 90-an. Chorusnya dibuat bertenaga sehingga mulut dapat mengeluarkan suara sekerasnya dan kepalan tangan menghajar udara.

Menyimak 11 lagu di dalam album ini, yang merupakan album ketiga dari Four Year Strong, tak ubahnya mengikuti rentetan kumpulan trek emo yang terasa pernah didengar sebelumnya. Lama-lama intensitasnya menghilang dan menjadi sekedar lagu yang lewat saja. Kalau sudah begini putar ulang dari awal untuk mendapatkan gairahnya kembali.

Old Skuller

Wednesday, April 7, 2010

Barang Baru: Solo Album Pertama Slash, Mengambil Konsep Supernatural Dan Probot


Slash, The Album, diklaim oleh Slash sendiri sebagai album solo pertamanya. Velvet Revolver pastilah bukan proyek solo. Dan dengan klaim ini, maka Slash's Snakepit juga bukan sebuah proyek solo.

Dalam album solo perdana ini, Slash mengambil konsep seperti album suksesnya Santana, Supernatural, dengan menggamit musisi lain dan menampilkan bintang tamu untuk setiap pengisian vokal. Pemilihan bintang tamu diracik untuk memenuhi kriteria bintang muda sampai ke legenda. Resep ini terbukti membuahkan hasil bagi Santana yang praktis saat itu sudah tidak dikenal oleh generasi yang lebih muda.

Dari yang didengar lewat streaming keseluruhan album minus trek bonus, The Album juga melakukan pendekatan seperti Dave Grohl lewat proyek Probot. The Album tidak akan mengigatkan pada Appetite Of Destruction, ini adalah Slash yang mengikuti jaman. Terdengar gaya bermusiknya mengalir saja tanpa takut terkotak di citra Slash sendiri.

Akan beredar di Indonesia lewat Universal Music Indonesia mulai tanggal 19 April ini. Kalau merindukan solo gitar, dapatkan album ini secepat mungkin.

Old Skuller

Thursday, March 25, 2010

Video Not Dead Yet: Ecoutez - Sakit



Sebuah band dengan nama yang diambil dari bahasa Perancis seharusnya memiliki materi yang berkelas dan bergaya. Lagu Sakit dari Ecoutez punya dua hal tersebut. Kecuali video klipnya.

Karena namanya bernuansa Perancis, maka harapannya adalah video klip dari Sakit akan berisikan adegan romantis di mana hanya Paris yang mewujudkannya. Alih-alih mengalihkannya ke lokasi romantis di Indonesia atau di Jakarta agar anggarannya bisa ditekan, Ecoutez memilih taman entah di mana letaknya. Siapa yang masih suka ber-Rendezvouz di taman hayo angkat tangan?! Taman bisa jadi suatu tempat yang romantis. Apalagi jauh di dalam hati benak para kaum urban, mereka ingin sekali punya momen romantis di taman yang sayangnya sekarang lebih sering dipakai oleh mbak-mbak dan mas-mas pacaran sehingga kaum urban tidak mau gengsinya turun drastis ke titik terendah.

Hal lain yang gatal sekali ingin dikomentari adalah jaket oranye yang dipakai oleh si mas itu lho. Mungkin akan lebih kelihatan bagus kalau dipakai di mal, walaupun tidak yakin juga, tapi tentunya tidak dipakai di taman di siang hari bolong, kepanasan dan terang benderang.

Ini yang terakhir yang ingin dikomentari adalah mengapa begitu sering terjadi adegan sang kekasih mengejar pasangannya sampai ke bandara untuk berdamai karena sedang dirundung prahara. Tetapi terlambat sudah, pasangannya sudah naik pesawat pergi jauh, sehingga sang kekasih tidak lagi bisa menyatakan rasa cintanya yang paling dalam. Kenapa bisa terlambat? Kalo sudah tahu macet dan tidak ada harapan untuk mengejar, kenapa harus diteruskan perjalanan ke bandara? Atau kalau sudah lepas landas, masih ada kesempatan ketemu tatap muka lewat Yahoo! Messanger. Teknologinya sudah ada, tapi tidak bisa dipakai untuk ciuman berbaikan.

Ah saya terlalu mencari-cari bolong dari video klip. Sebenarnya dengan adegan seperti ini, dramatisasi pasangan sedang galau dilanda cinta semakin terasa. Aduh kalau sudah cinta apa saja bisa jadi benar. Termasuk pakai jaket oranye dan mengejar sampai ke bandara.

Hip Master

Thursday, March 11, 2010

Review Album: Lady Gaga - The Fame Monster


Kalau hanya diberi dua kata untuk menjelaskan album ini, maka kedua kata tersebut adalah enak didengar. Dan seharusnya review album ini cukup berhenti di sini saja untuk menyakinkan album ini sebaiknya dibeli.

Namun review ini tidak bisa berhenti di dua kata saja. Tidak perlu disanggah lagi kalau Lady Gaga adalah ratu hit yang mengharu biru pendengar musik arus utama. Gema yang ditabirkan album sebelumnya, The Fame, masih bergaung sampai sekarang dan belum ada tanda untuk tenggelam. Pihak Universal Music Indonesia juga menkonfirmasikan bahwa penjualan album The Fame masih berjalan baik.

Karena itu pemunculan The Fame Monster dirasakan seperti album yang dipaksakan harus keluar mengingat Lady Gaga masih memiliki daya jual dan belum terlupakan. Di jaman seperti ini, orang mudah untuk lupa dan dilupakan.

Bukan berarti album ini berisikan lagu yang tidak bisa didengar. Faktanya, seperti yang kami bilang dari awal, album ini enak didengar. Tapi jalinan antar lagu tidak terasa sebagai album penuh. Ini terasa seperti mengumpulkan lagu yang tersisa dari sesi rekaman sebelumnya dan tambahkan beberapa lagu baru untuk kemudian bisa dianggap sebagai album baru. Industri telah sepenuhnya memanfaatkan sukses fenomenal Lady Gaga untuk mengeruk keuntungan lebih besar.

Hal ini tidak sepenuhnya ditampik oleh perusahaan rekamannya. The Fame Monster disebt sebagai expanded album dari album sebelumnya. Jadi ini menjadi semacam pelengkap dari album sebelumnya. Apa pun itu namanya selama masih enak didengar kami terima saja. Lagi pula tidak terlalu penting juga menjelaskan lebih jauh mengapa secara teknis album ini enak didengar bukan?

Bad Romance punya segala yang diperlukan untuk menjadi hit. Intro yang bisa dibuat bernyanyi bersama dan hook di mana-mana. Selanjutnya kita dibawa mengingatkan kembali bahwa dulu di jaman 80-an ada yang namanya pop elektronik. 20 tahun kemudian, pop elektronik dihidupkan kembali dengan lebih memukau.

Alasan lain untuk membeli album ini adalah bagi mereka yang belum membeli album sebelumnya. The Fame Monster dipaketkan bersama dengan The Fame. Cepat dapatkan sebelum euphoria ini menghilang.

Old Skuller

Monday, February 22, 2010

Video Not Dead Yet: Justin Bieber - Baby



Jika berpikir Justin Bieber dapat mengisi ceruk pasar yang menilai Justin Timberlake sudah terlalu mesum, maka berpikirlah ulang. Bahkan berhentilah berpikir, Justin Bieber terlalu jauh untuk menyamai Justin Timberlake. Ini adalah usaha keras Justin Bieber lagi yang makin memperlihatkan bahwa dia tidak bisa menari sebagus dan seanggung JT. Kenyataannya, JB bahkan tidak bisa menyamai satu pun anggota boy band jaman dulu, NKOTB.

DAn JB berhentilah mengejar-ngejar perempuan. Anak kecil yang bergaul dengan Ludacris akan dianggap miring oleh para orang tua. Usaha JB mengejar-ngejar perempuan juga terlihat terlalu kasar di video ini. Pasti ini ajaran dari Ludacris.

Not-so-pink Chick

Wednesday, December 16, 2009

Review DVD: Nirvana - Live at Reading


DVD Nirvana - Live At Reading jelas memuat isi yang lebih banyak dibandingkan CDnya. Selama satu setengah jam kita melihat kegilaan Nirvana di atas panggung.

Yang dimiliki oleh Nirvana di atas panggung hanyalah set list. Di luar itu, mereka tidak punya renacana untuk tampil seperti apa. Komunikasi yang dijalin dengan penonton bahkan seperti terpaksa dilakukan karena Kurt Cobain terlalu lama mengganti gitarnya. Daripada kosong, maka Krist Novoselic menceritakan lelucon yang tidak lucu.

Dalam salah satu break antar lagu, Kurt sempat mengatakan bahwa ini akan menjadi konser terakhir mereka. Mendengar itu, Krist buru-buru mengkoreksi, bahwa konser penutup Reading festival ini adalah konser penutup rangkaian tur promosi album Nevermind, setelah itu mereka akan membuat album baru dan kemudian kembali turun ke jalan. Kurt tampak tidak sepenuh hati mendukung koreksi dari Krist, dia hanya mengiyakan saja tanpa semangat.

Pada saat tidak bernyanyi dan memainkan gitarnya, Kurt tampak seperti orang penuh tekanan dan stress. Dia sampai harus mengajak ribuan penonton di Reading untuk mengucapkan cintanya kepada Courtney Love, istrinya di rumah yang baru saja melahirkan. Pada saat itu, tekanan media begitu besar sehingga membuat opini bahwa Courtney mengganggu Kurt dan membuat banyak orang membenci istrinya.

Tapi saat mereka bertiga memainkan nadanya, walaupun tidak dalam bentuk musikalitas yang terbaik, gairah mereka begitu terasa sampai keluar layar televisi. Kurt tampak seperti orang yang bahagia selama dia bisa bermusik, tanpa harus ada embel-embel lainnya.

Sensasi konser Nirvana yang kemudian menjadi legenda ini dimulai dari masuknya Kurt didorong masuk panggung menggunakan kursi dorong, seakan dia sedang tidak berdaya. Wig panjangnya juga seperti bukan penampilan yang sebelumnya dipikir matang. Mereka melakukannya hanya agar tampak lucu saja, tanpa bermaksud untuk menjadi keren.

Konser berakhir dengan perusakan alat-alat musik di atas panggung. Bass milik Krist sudah tidak berbentuk. Dave Grohl mencerai-beraikan set drumnya. Kurt turun panggung memberikan gitarnya kepada penonton.

Selama satu setengah jam, kami sempat berharap seharusnya kami berada di tengah penonton dan merasakan energinya. Itu membuat DVD ini layak untuk dimiliki. Tidak perlu untuk mencarinya di lapak DVD bajakan untuk mendapatkan kualitas gambar yang rendah, DVD ini sudah dirilis lokal.

Sedangkan anak tanggung yang menari-nari tidak jelas saat Nirvana menggeber lagu-lagunya, itu menunjukkan selera humor mereka.

Old Skuller

Friday, December 4, 2009

Video Not Dead Yet: Janet Jackson - Make Me


Make Me

Janet Jackson | MySpace Music Videos


Klip ini jatuh pada kategori klip yang buruk apalagi untuk sekelas Janet Jackson. Koreografi yang tidak ada semangat, efek yang aneh dan tidak ada hubungan dengan keseluruhan klip, dan wajah Janet yang keliahatan lesu. Ini adalah tiga setengah menit yang melelahkan.

Make Me adalah singel terbaru dari Janet Jackson yang juga tercantum pada album Best Ones. Kumpulan lagu hit Janet Jackson yang terdiri dari dua CD ini sudah dapat dibeli di toko CD.

Hip Master

Thursday, December 3, 2009

Video Not Dead Yet: Dewi Sandra - Mati Rasa



Kami tidak peduli apakah video klip ini adalah mini biografi dari kehidupan penikahan Dewi Sandra. Yang kami lakukan hanya mengomentarinya saja.

Video klip ini mengikuti kegemaran artis hip hop lainnya untuk memperlakukan video klip sebagai film feature. Di awal video terlihat nama artis kemudian judul lagunya. Kami sudah terbiasa dengan ini, maka kami sudah tidak tahu lagi apakah harus tertawa atau mengomentarinya lebih jauh.

Gaya video klip ini juga bukan sesuatu yang baru. Keseluruhan adegan diambil dengan slow motion. Adegan Dewi Sandra keluar dari mobil sambil dipayungi menjadi puncak kegemaran kami terhadap slow motion. Tambahkan dua pistol di tangan, maka Mati Rasa akan menjadi master piece copyan John Woo terbaru.

Hip Master

Wednesday, December 2, 2009

Review Album: Orianthi - Believe


Inilah gitaris utama yang seharusnya mendampingi Michael Jackson di konser besar This Is It. Sebagai gitaris utama, maka dia pasti bisa memainkan solo Beat It dari Eddie Van Halen, riff dan solo Black Or White dari Slash dan crunchy solo Dirty Diana dari Steve Stevens.

Pemunculan album Believe datang pada momentum yang tepat. Orianthi mendapatkan eksposur yang cukup besar setelah kematian MJ. Orianthi tampil di panggung pemakaman MJ dan mendapat porsi yang mencolok di film This Is It. Promosi sudah berjalan.

Believe terdengar seperti kombinasi candy pop, glam rock, sedikit country dan shred oleh virtuoso. Orianthi bagaikan bunglon dan membubuhkan tanda tangan riff serta solo dalam berbagai lagu. Single pertamanya, According To You adalah wujud Demi Lovato, What's It Gonna Be hampir terdengar seperti Bon Jovi dan Highly Strung adalah nomor instrumental persembahan untuk sang dewa gitar Steve Vai, bahkan Steve Vai juga ikut memainkan gitar di dalamnya.

Belum ada identitas yang solid dari Orianthi di album ini. Sound drum yang tipis membuat keseluruhan album ini tidak terdengar betul-betul ngerock. Pemilihan sound seperti ini sepertinya disengaja agar Orianthi bisa lebih bebas bermain di banyak genre dalam satu album. Tentunya cara ini dipakai untuk memperlebar pangsa pasar. Para penggemar candy pop tentunya keberatan kalau dalam seluruh album harus mendengarkan beat yang terlalu berat. Beleive memberi kesempatan kepada para penggemar candy pop untuk naik ke tingkatan selanjutnya, tanpa harus terlalu keras memaksa.

Justru kami lebih menyukai nomor-nomor yang punya tendensi lebih kencang seperti Suffocated, Think Like A Man dan What's It Gonna Be, serta tentu saja Highly Strung. Tapi kami tidak mengatakan trek yang tidak ngerock tidak bisa kami nikmati. Di dalam trek yang ringan, jiwa Orianthi tetap tidak terhapus.

Di lain waktu, kami berharap Orianthi akan membuat album yang lebih keras. Dan mungkin saja, Orianthi akan mengeluarkan album gitar instrumental.

You go girl!

Not-so-pink Chick
 

Copyight © 2009 Live@Loud. Created and designed by